Oh My

69 23 0
                                    

1 Bulan 2 minggu 4 hari kemudian,
Minggu 14 november 2015.

Jam 06.15 pagi

Bulan masih aktif membuat pulau-pulau dibantalnya. Tersesat ditengah mimpi kelabu suram yang dalam, seolah menahannya untuk tetap tinggal lebih lama. Tapi,

"Biarin, tuli, tuli dehh lo!"

"Trreeeettttt.. tttrruueettttt.. ttett" Suara terompet menggemparkan seisi rumah. Sumber suara itu hanya berjarak 30 cm dari telinga bulan.

Disusul dengan suara yang tidak kalah nyaring.

"Gedebukk!" Daging seberat 45 kg terjatuh dari tempat peristirahatannya (kasur).

Ahra jatuh setelah jantungnya lepas karena bunyi terhina itu.

Pelaku peniup terompet itu mendekati ahra, memastikan apakah kakanya masih hidup.

Ahra yang menyadari kedatangan jingga itu pun berpura-pura pingsan.

"Ka, kalo lo mati kamar lo buat jingga aja ya." Sungguh tidak ada penyesalan sedikit pun dari pejantan setengah alay ini.

Ahra membuka mata dan secepat kilat mengambil guling untuk memukuli adik semata wayangnya itu.

"Lo mau punya kaka tuli ha?!"

"Dasar ade durhaka!"

"Keluarr ga loo haa!! Kebangetan lo ya.." Bertubi-tubi pukulan dari ahra tanpa ampun.

"Aaa!! Mamaa ka Bulan jahat!" Teriak Jingga.

"Kakaa diapain tuh adenya ka?!!" Teriak mama dari luar.

"Blee ble blee!!" Jingga menyombongkan lidahnya.

"Enggak kok ma.." Bulan berhenti memukuli jingga.

"Keluar ga lo!" Bulan memelankan suaranya tapi ekspresi bulan udah kaya macan kelaparan. Serem abiees!

Jingga berlari keluar dari kamar bulan.

Bulan kembali ke kasurnya.

"Aaaa!kenapa niih pinggang gue!" Sakit akibat terjatuh tadi baru kerasa sekarang.

Ahra nelpon via, curhat.

"Hallo, pagi-pagi gini, kenapa bulan?"

"Vi, lo ada duit ga?"

"Duit? Ga ada."

"Yaudah, gapapa gratis deh, lo pungut gih tu ade gue si jingga."

"Jingga udah balik?? Wahh.. seneng dong."

"Seneng? Barusan gue dibangunin pake toa tau ga. Parah!"

"Rame dong! Pagi-pagi udah disemangatin. Keluarga lo asik kali bulan, ga kaya rumah gue, sepii.. kaya kuburan. ade gue satu, pendiam pula. Kerjaannya ngurung diri terus dikamar. Berasa ga punya ade."

Nasib mereka serupa tapi tak sama.

Ahra ga tau harus berkata apa, ade pendiam jauh lebih menakutkan buat ahra.

Ahra membayangkan kalo Jingga jadi pendiam. Gak! Jingga lebih menakutkan kalo dia diem. Gue suka Jingga yang berisik!.

"Ra? Ko diem!" Via memecah lamunan ahra.

"Masih nginget yang kemarin lo?! Udahh.. gue yakin lo salah orang ra!" Via menyambung kalimatnya.

"Gak vi, gue yakin itu dia." Suara ahra datar, ahra langsung kehilangan semangat setelah via kembali mengungkit kejadian kemarin.

#Flashback on

Hujan deras menyirami seluk-beluk kota. Jika sudah begini, Ahra akan dijemput papa pulang sekolah. Walaupun Ahra tidak pernah mau dijemput karena Ahra tau orangtua nya sibuk bekerja, tapi Papa atau Mama akan tetap menjemput anak sulung mereka itu jika sedang hujan deras seperti ini.

MoonlightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang