Tidak, aku hanya salah lihat!
Semua bayi memang memiliki wajah yang mirip, bukan?Dengan beribu perasaan aku membawa bayi itu ke bagian informasi, tidak mempedulikan troliku yang sudah terisi separuhnya. Otakku tidak dapat berpikir dengan baik, tidak mungkin bayi ini benar Angkasa. Di mana Angga kalau begitu? Di mana Aurora? Apa mereka ada di sini juga?
Sesampainya aku di bagian informasi, langsung saja kukatakan bahwa aku menemukan bayi ini secara tidak sengaja.
"Tiba-tiba dia ada di depan troli saya dan tanpa sengaja saya menabrak tubuhnya. Dia menangis dan saya berusaha menenangkannya. Tetapi kemudian saya sadar tidak ada orangtua di sekitar kami. Akhirnya saya memutuskan untuk membawa anak ini ke bagian informasi, dan.." Andira terus mengoceh dengan mata tidak fokus. Bagaimana pun dia berusaha menolak, bayi ini begitu mirip dengan Angkasa. Aromanya, wajahnya dan ada perasaan familiar begitu Andira menggendongnya.
"Mbak tenang dulu. Sebentar kami akan menginformasikan melalui speaker. Bisa mbak duduk dulu?" Ucap seorang staff dengan ramah.
"Tidak bisakah saya meninggalkan bayi ini sendirian sambil menunggu orangtuanya?" Andira terlihat putus asa, bukannya ia tak punya hati. Tetapi membayangkan Angga dan Aurora akan datang dengan mesra sambil menjemput Angkasa adalah hal terakhir yang ingin dia lihat.
Sang staff terlihat berpikir, kalau anak yang hilang diatas 3 tahun, tentu masih memungkinkan untuk ditinggal. Tetapi bayi ini jelas berumur di bawah 3 tahun. Tentu akan sulit.
"Saya rasa, ada baiknya mbak bersama dengan bayi ini terlebih dahulu. Bisa saya minta nomor ponsel mbak?"
"Kalau begitu saya akan menunggu di sini saja." Jawab Andira sambil duduk di bangku panjang yang memang disediakan. Tidak dipedulikannya barang belanjaan yang bahkan benar-benar ia butuhkan. Andira berusaha melihat wajah bayi itu sekali lagi untuk memastikan.
"Angkasa?" Ucap Andira tanpa sadar. Bayi itu tertawa, menampilkan dua gigi bagian atas dan dua gigi bagian bawah.
Tanpa sadar Andira tersenyum.
Begitu lihai takdir mempermainkannya, hingga ia tak sadar sedang dipermainkan.
"Gigi kamu sudah empat? Waaaah." Kata Andira mengagumi Angkasa. Waktu memang merubah banyak hal.
"Papa kamu apa kabar?" Andira mulai bermonolog "Mama kamu juga apa kabar? Pasti sangat baik ya? Andira sebetulnya rindu sama papa kamu."
Angkasa hanya berceloteh ria membalas perkataan Andira. "Bawel banget kamu sekarang, ya!" Kata Andira gemas.
Setelah obrolan singkat itu, Angkasa pun terlelap di dalam pangkuan Andira. Tidak ada tanda-tanda orangtua yang akan menjemput Angkasa.
"Mas? Belum ada juga orangtua yang datang, ya?" Tanya Andira pada staff informasi.
"Belum, mbak. Saya juga bingung. Ini pertama kalinya ada anak hilang dan tidak ada orangtua yang menjemput setelah 2 jam. Padahal kami sudah mengumumkannya berkali-kali." Ujar si staff dengan tampang bingung.
Andira mulai khawatir, bagaimana jika Angga dan Aurora tak kunjung datang?
Matahari mulai terbenam, gurat jingga sudah tidak terlihat lagi. Angkasa yang baru saja bangun dari tidurnya tiba-tiba menangis keras membuat Andira bingung setengah mati.
"Kenapa sayang? Ssshhh jangan nangis, sebentar lagi papa datang. Sebentar ya, sayang." Andira berdiri berusaha menenangkan Angkasa. Sudah 3 jam berlalu dan masih belum ada tanda-tanda Angga atau Aurora akan datang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny
Romansa[PART DIPRIVATE ACAK] Andira lupa ingatan! Yang dia lihat pertama kali adalah wajah dokter tampan yang bernama Angga. Baru saja Andira merasa tertarik, ternyata Angga sudah punya anak. Malah, Andira menyanggupi untuk jadi babysitter anak Angga. U...