Hallo semuanya.
Update nih, maaf typo bertebaran.
Sekolah hari ini terasa membosankan. Sudah dua mata pelajaran tidak ada yang mengajar dan yang aku dengar jam pelajaran selanjutnya akan kosong kembali. Tentu saja kabar ini membuat teman sekelasku girang.
Aku bangkit dari tempat dudukku, berjalan keluar meninggalkan ramainya kelas saat ini. Mencoba mencari udara segar mungkin akan lebih baik untuk membunuh rasa bosanku.
Tak terasa langkah kaki ku telah membawaku ke ujung koridor tak bertuan. Koridor ini hanya aku yang sering melewatinya, bisa dibilang koridor ini hampir tidak terjamah oleh siswa ataupun guru. Yang aku dengar dari mereka, koridor ini terkenal akan cerita mistisnya. Memang kenyataan koridor ini sedikit memberi kesan menyeramkan, tapi selama aku melewatinya tidak ada hal mistis yang aku rasakan. Sepertinya itu hanya sebuah karangan turun-temurun.
Aku menutup pintu yang menghubungkan koridor tersebut dengan area yang sekarang aku injak. Sebuah anak tangga menyambutku ketika menutup pintu tersebut.
Duduk diantara anak tangga dengan pemandangan belakang sekolah yang sedikit tidak terawat setidaknya sedikit memberiku udara segar.
Fikiranku kembali melayang menembus kejadian-kejadian yang menganggu fikiranku. Fikiran yang sangat mengganggu!
Flashback on
"Bayi yang dilahirkan prematur berat badannya dibawah normal, jaringan tubuhnya lemah dan mudah terserang anoxia atau kekurangan oksigen. Hal ini dapat merusak fungsi Cochlea sehingga bayi yang dilahirkan menderita tunarungu." Ujar dokter.
"Biasanya bayi yang terlahir prematur mempunyai resiko lebih tinggi untuk mengalami gangguan pendengaran atau ketulian karena infeksi. Kekurangan oksigen (anoxia) juga dapat mengakitbatkan kerusakan pada inti brain stem, yang mengakibatkan bayi tunarungu atau kekurangan pendengaran pada taraf ringan atau tingkat berat."
Flashback off
"Hufft."
Helaan nafas kembali lolos begitu saja. Daguku kembali aku tumpangkan dengan lenganku yang menjadi peyangganya.
"Prematur." Gumamku pelan. "Tunarungu." Lanjutku.
****
Author Pov
Hiruk-pikuk rasanya tidak pernah lepas dari tempat ini. Dua orang perempuan berjalan berdampingan, dengan sesekali candaan yang terlontar. Hingga pada akhirnya dua orang tersebut memasuki ruangan mirip dengan kantin dan memilih duduk di sudut kanan ruangan itu.
"Rame ya hari ini." Celetuk salah satu dari mereka dengan pandangannya mengitari seluruh sudut ruangan itu.
Gadis yang duduk didepannya itu hanya menatapnya sekilas. "Maklumlah, lagi jam makan siang."
"Tapi ini lebih rame dari sebelumnya Kak."
"Mungkin hanya perasaanmu saja Shan." Sahut gadis didepannya. "Bukankah setiap hari seperti ini."
Gadis yang dipanggil dengan sebutan Shan itu hanya mengangguk kecil. Tidak ada lagi percakapan yang terjadi antara mereka berdua. Sepertinya sibuk dengan fikiran masing-masing.
Seorang pelayan datang membawa makanan yang mereka pesan. Dua buah Es teh dan dua mangkuk bakso yang masih terasa panas. Keduanya kembali fokus dengan makanan yang ada didepannya. Maklumlah, permintaan perut memang harus segera dilaksanakan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dandelion
FanfictionDandelion. Sama kah hidupku dengan bunga Dandelion? Rapuh, sendiri, tak terlihat oleh siapapun Hanya sebuah karya fiksi semata.