Maaf typo bertebaran.
Kinal Pov
Kedua kakiku berjalan gontai menyusuri jalanan aspal yang jarang sekali orang lain menjamahnya, setengah hari ini aku menghabiskan waktu ditempat biasanya, padang ilalang. Rasanya tidak ada semangat rasanya untuk beberapa hari ini. Entahlah hal apa yang menyebabkan aku seperti ini.
Tas yang aku gendong sedikit aku benarkan, emm rasanya punggung sedikit pegal begitu juga dengan kedua bahuku. Apa karena tas ini terlalu berat?
"Bubu, sepertinya berat badanmu meningkat. Kamu berat sekali," gumamku dengan kepala yang aku tolehkan kebelakang.
Bagaimana pungggungku tidak merasa pegal, jika tas yang aku gendong sekarang berisi anak panda yang semakin berkembang besar.
Tidak ada jawaban dari Bubu. Tentu saja dia tidak akan menjawab, ada-ada saja. Kubenarkan lagi tas yang aku gendong, sekarang bukan berada dibalik punggungku, melainkan aku alihkan kearah depan. Dan kedua tanganku aku percayakan sebagai penahan.
Ya hitung-hitung ini memperingan beban yang bahuku tanggung.
"Kenapa melihatku seperti? Hmnn?"
Kini Bubu menatapku seperti meminta penjelasan. Jika aku memberinya penjelasan dia juga tidak mengerti. Lalu? Hmmn?
Oh! Aku tau sekarang.
"Bambu milikmu sudah habis ternyata ya? ujarku menatap Bubu yang masih diam dengan sesekali kedipan matanya. Gemas sekali rasanya.
Beruntung aku membawa beberapa bambu yang sengaja kusimpan pada bagian tas paling depan.
"Baiklah ini untukmu," aku menyodorkan sebuah bambu muda berukuran pendek, dengan cepat Bubu meraihnya dan kembali menguyah.
"Jadi itu cara terbaru milikmu untuk meminta sebuah bambu? Menarik," ujarku lagi menatapnya yang asyik menguyah bambu. Jika sudah seperti ini, dia bisa mengabaikan aku hingga bambu miliknya habis.
Aku tak lagi mengajak Bubu berbicara, biarkan saja dia fokus dengan bambu miliknya.
Pikiranku kembali melayang kearah waktu yang telah aku lewati. Didalam otakku sekarang berbagai macam kejadian terputar dengan sekejap. Cuplikan-cuplikan kejadian dengan waktu yang berbeda namun dengan kasus yang sama.
Beby! Satu nama itu menyembul begitu saja setelah cuplikan-cuplikan tadi berakhir dengan sendirinya. Nama yang sampai sekarang terus bergelayut manja didalam otakku. Namanya selalu diam didalam otakku dan tidak mau enyah, meskipun aku berusaha menghapusnya.
Entahlah, akhir-akhir ini aku sering memikirkan Beby. Ada yang aneh dari sikap Beby kepadaku. Sudah beberapa hari ini, ketika aku bertemu dengannya dia seakan enggan untuk menyapaku. Jangankan menyapa, melirikku saja dia enggan sekali.
Dia seperti menghindar dariku, jika berpapasan dia selalu buru-buru pergi. Ketika aku bertanya kenapa dia seakan menghindar dariku, dia selalu menjawab dengan jawaban yang sama.
"Aku tidak apa-apa,"
Ya, seperti itulah jawaban yang selalu dia berikan untukku. Tidak ada yang berubah dari jawabannya, tidak dikurangi atau bahkan dilebihkan.
Dengan jawaban semacam itu apa aku tau kalau dia sedang baik-baik saja? Apakah aku tau kalau dia tidak membunyikan seseuatu dariku? Entahlah.
Huftt..
KAMU SEDANG MEMBACA
Dandelion
FanfictionDandelion. Sama kah hidupku dengan bunga Dandelion? Rapuh, sendiri, tak terlihat oleh siapapun Hanya sebuah karya fiksi semata.