Chapter 8

1.3K 114 24
                                    


Maaf typo bertebaran dimana-mana!





Shania Pov


Hari ini aku berencana akan ikut dengan Kak Veranda dan juga Kak Fandy untuk mencari Kinal kembali. Sudah tiga hari berturut-turut mencari, tetapi Kinal masih belum ditemukan. Bahkan kemarin Kak Veranda dan juga Kak Fandy melapor ke polisi.

Aku tau bagaimana rasnya ada di posisi Kak Veranda. Dia pasti begitu khawatir, setiap hari aku melihatnya tidak begitu bersemangat. Bagaimana tidak khawatir kalau kehilangan Adik semata wayangnya.

"Kita tunggu Kak Fandy sebentar Shan." Ujar Kak Veranda sembari membuka pintu mobil.

Aku hanya mengangguk. Lalu aku juga masuk kedalam mobil yang sama dengan Kak Veranda.

"Hari ini kita mau cari kemana Kak Ve?" Tanyaku.

Kak Veranda menoleh kebelakang. "Entahlah, Kak Ve sendiri tidak tau. Kita ikut apa kata Kak Fandy saja." Jelasnya.

"Maafin Kak Ve ya Shan. Karena Kakak kamu harus ikut mencari Kinal seperti ini, padahal yang Kakak tau kamu sangat sibuk akhir-akhir ini." Ujarnya yang sepertinya merasa bersalah.

Aku cepat-cepat menggeleng. "Tidak Kak Ve. Kak Ve jangan meminta maaf seperti itu. Shania senang bisa bantu Kak Ve untuk mencari Kinal." Jelasku berusaha menepis rasa bersalahnya.

"Makasih ya Shan."

"Sudahlah Kak Ve. Kakak jangan bilang terimakasih terus. Sudah berapa banyak kata terimakasih yang Kakak ucapkan kepada Shania."

"Bahkan Shania merasa tidak dapat menghitungnya."

Kak Veranda yang mendengarnya terkekeh kecil. Sudah lama rasanya aku tidak pernah lihat Kak Veranda terkekeh seperti itu. Kedua matanya yang menyipit dan pipinya yang mengembang seperti bakpao. Lucu sekali!


Shania Pov end


****


Author Pov


Sesuai niat Beby waktu itu. Kini, dia menemani Kinal pergi ke rumah sakit karena demam yang Kinal alami tidak kunjung sembuh. Bukan hanya Beby yang menemani, tetapi juga ada Bibi Airi.

Kinal, Beby dan Bibi Airi turun dari sebuah taxi yang mengantarkan mereka. Dengan perlahan mereka membantu Kinal berjalan.

Mata milik Kinal menatap satu obyek yang menyita perhatiannya, langkah kakinya terhenti. Tubuhnya diam mematung dengan Beby dan Bibi Airi disisi kanan dan kirinya.

Bola matanya menatap lekat apa yang dia perhatikan, bahkan kepalnya sedikit bergerak agar dapat mengikuti obyek yang dipandangnya. Sebuah mobil, itulah obyek yang Kinal perhatikan.

"Kenapa Nal?" Tanya Beby menatap Kinal heran, begitu juga dengan Bibi Airi.

Merasa tidak direspon oleh Kinal. Beby mengikuti pandangan Kinal.

"Sesuatu macam apa yang Kinal lihat hingga seperti ini?"

Hanya sebuah mobil yang telah berjalan keluar area parkir. Memang sebuah mobil, tapi Kinal yang melihatnya sampai serius semacam itu.

DandelionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang