Chapter 15

1K 114 22
                                    


Awas typo bertebaran dimana-mana!



Hubungan pertemanan Beby dan Kinal terlihat semakin memburuk. Entah hal apa yang menyebabkan pertemanan mereka bisa memburuk seperti ini.

Beby selalu menghindar dari Kinal, bahkan seakan menghilang dari kehidupan Kinal. Sebaliknya, Kinal hanya ingin tau kenapa Beby menghindarinya, tiba-tiba pergi tanpa alasan yang jelas, hanya itu yang ingin Kinal tau. Tidak lebih!

Tapi sepertinya sulit, melihat tingkah Beby yang terus menghindar dan tidak ada penjelasan lebih darinya. Tentu saja hal itu membuat Kinal sedikit berpikir keras, kenapa Beby menghindar setiap kali bertemu dengannya.

Seperti saat ini Beby tidak sengaja bertemu dengan Kinal yang berada di perpustakaan. Tentu pertemuan yang tidak sengaja ini memberikan Kinal kesempatan. Tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan yang ada, Kinal langsung mengambil kesempatan tersebut.

"Aku ingin bicara denganmu Beb, sebentar saja," pinta Kinal menahan pergelangan tangan Beby.

"Aku sedang sibuk Kinal." tolak Beby dan berusaha lepas dari cengkaraman tangan Kinal. Namun, nihil tenaga Kinal lebih besar dari tenaganya.

"Sibuk menghindar dariku?" tanya Kinal menatap Beby penuh selidik. Namun, Beby hanya diam dengan mengembuskan napas kesalnya, bahkan wajahnya dia palingkan ke semabarang arah agar tidak menatap Kinal.

"Tak banyak yang ingin aku tanyakan Beb. Aku hanya ingin tau kenapa kamu menghindar seperti ini dariku?" celoteh Kinal masih menatap Beby. "Katakan alasan yang sesungguhnya kenapa kamu menghindar seperti ini."

"Jika kamu terus seperti ini, menjawab pertanyaanku dengan alasan yang tidak kuat. Bagaimana mungkin aku akan percaya? Bagaimana aku akan tau kalau ada tingkah lakuku yang membuatmu menghindar seperti ini?" kali ini celotehan Kinal lebih panjang.

"Katakan, apa yang membuatmu harus menghindar dariku seperti ini? Aku mohon, Beby," pinta Kinal. Kalau Beby tau sorotan mata Kinal sekarang pasti dia akan merasa iba. Tetapi sayangnya Beby tidak tau sorotan mata itu.

"Sudah aku katakan, Kinal. Aku baik-baik saja."

"Lalu kenapa kamu menghindar jika kamu baik-baik saja?" Kinal masih menyelidik, mungkin saja ada sebuah rahasia yang tak ingin dirinya ketahui.

"Aku sedang buru-buru, Kinal. Tolong minggirlah, aku harus ke ruangan Bu Melody."

Bukan jawaban yang kembali Kinal dapatkan. Beby, dia tidak memberikan alasannya sedikitpun. Lagi, lagi dan lagi Kinal harus berusaha untuk menanyakan apa alasan Beby menghindarinya. Dirinya lagi-lagi harus bersabar.

Kinal terdiam, dirinya memandang punggung Beby yang semakin menjauh dari pandangannya. Otakknya kembali menebak-nebak alasan macam apa, sehingga Beby begitu sulit untuk memberitaunya.

Kalau sudah begini Kinal bisa apa? Dia hanya bisa diam seperti saat ini, dengan niat esok hari akan kembali bertanya kepada Beby. Berharap Beby akan memberitahu alasan yang sesungguhnya.


****


Veranda memakirkan mobilnya ditepi jalan, mobilnya itu kira-kira berjarak lima meter dari gerbang sekolah Kinal. Ya, Veranda kembali menjemput Kinal. Tentu saja Kinal tidak tau kalau dirinya yang akan menjemput. Veranda memang sengaja tidak memberitahu Kinal.

Veranda diam menunggu di dalam mobil, pandangannya masih setia pada gerbang sekolah Kinal. Sesekali matanya melirik benda yang melingkar di tangan kirinya.

DandelionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang