Hallo semuanya.
Update lagi nih, hehehe. :D
Maaf typo bertebaran.
Veranda menuruni satu persatu anak tangga dengan menjinjing tas kerjanya, sesekali tangannya menyelipkan rambut dibalik telinganya. Kaki panjangnya membawanya ke arah meja makan.
"Non sudah siap?" Tanya Bi. Sri yang kebetulan menyiapkan sarapan disana.
"Iya Bi." Sahut Veranda sembari meletakkan jas dan tas miliknya.
"Kak Fandy belum turun ya Bi?" Veranda kembali berucap.
Bi. Sri yang menuangkan susu ke gelas dalam gelas menatap Veranda. "Itu Den Fandy Non."
Veranda mengikuti arah pandangan Bi. Sri. Senyum Veranda terlukis melihat Kakak sepupunya itu menuruni anak tangga dengan jas putih yang berada di lengannya.
"Selamat pagi semuanya." Sapa Fandy kemudian menarik kursi yang akan didudukinya.
"Pagi Den."
"Pagi Kak."
Begitulah jawaban atas sapaan Fandy.
Indera penglihatan milik Fandy menyapu seluruh ruangan itu, namun seperti ada yang kurang di meja makan kali ini.
"Cari siapa?" Veranda segera mengajukan pertanyaan setelah melihat gelagat Fandy yang tidak biasanya.
"Kinal kemana?" Terjawab sudah pertanyaan dari Veranda
"Dia gak ikut sarapan?"
Ya Tuhan, seketika itu juga menyadari kalau tidak ada sosok Adiknya di meja makan.
"Bi tolong panggilin Kinal." Perintah Veranda.
"Non Kinal sudah berangkat 30 menit yang lalu Non." Jelas Bi. Sri. Veranda dan Fandy saling tatap, tak lama kemudian keduanya menlihat jam yang melingkar ditangan mereka masing-masing.
"Kinal berangkat sepagi itu?" Tanya Fandy. Bi. Sri yang ditanyapun hanya mengangguk.
"Apa yang kamu lakukan sehingga berangkat sepagi ini?" Batin Veranda.
****
Udara pagi kali ini terasa sejuk untuk dihirup, setidaknya udara ini dapat memberi kesejukan dalam paru-paru. Sinar matahari juga belum sepenuhnya terasa menghangat, kicauan burung bak nyanyian bidadari masih terdengar jelas bagi siapapun yang mendengarnya.
Pagi ini, Kinal sudah duduk santai di anak tangga yang berada dibalik pintu koridor sekolahnya. Sekolah masih sepi, mungkin hanya dia satu-satunya siswa yang datang pertama pagi ini. Bayangkan saja, diwaktu yang masih pagi ini, dirinya sudah berdiam diri di anak tangga. Sedangkan, teman sekelasnya mungkin masih mandi.
Memang anak rajin.
Entah alasan apa yang membuatnya harus berangkat begitu pagi.
Kinal diam dengan dagu yang dia tumpangkan, matanya menatap lurus kedepan. Memori otaknya kembali memutar rekaman yang ditangkapnya tadi malam.
Rekaman dimana Veranda datang bersama seorang pria yang sudah tidak asing bagi Kinal sendiri. Pria tersebut adalah Kakak sepupunya, selama ini Kakak sepupunya itu menetap di London bersama orang tuanya. Dan sekarang Kakak sepupunya itu kembali kemari, tinggal bersamanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dandelion
FanfictionDandelion. Sama kah hidupku dengan bunga Dandelion? Rapuh, sendiri, tak terlihat oleh siapapun Hanya sebuah karya fiksi semata.