Chapter 20 [End]

2.6K 129 40
                                    


Awas typo bertebaran!




Veranda keluar dari ruang operasi bersama Fandy. Dirinya bisa sedikit bernapas lega, pasalnya peluru yang menembus tubuh Kinal itu berhasil dikeluarkan. Meskipun tadi hampir kehilangan nyawa Kinal. Saat operasi tadi, Kinal sempat mengalami pendaharam hebat, membuat Veranda dan dokter yang berada di dalam ruang operasi itu berjuang mati-matian demi menyelamatkan nyawa Kinal dan menghentikan pendarahannya.

"Tidak akan aku maafkan yang membuat Kinal seperti ini." ucap Veranda pelan namun sarat akan emosi.

Veranda masih ingat betul kejadian beberapa jam yang lalu. Kejadian ketika Veranda mendapat sebuah pesan masuk, menyuruh Veranda untuk pergi ke sebuah taman.

Veranda benar-benar pergi. Ketika dia sampai di taman, sejenak dia mencari kemana orang yang mengirim pesan masuk kepadanya. Seseorang itu bilang akan menemui Veranda di taman, karena ada sesuatu hal yang ingin dibicarakan.

Tidak lama Veranda mendengar suara Kinal yang berteriak namanya, Veranda menoleh dan mendapati Kinal berlari ke arahnya, tepat saat Kinal berada di depan Veranda hal itupun terjadi.

Seseorang yang tidak di ketahui telah meluncurkan timah panas dan menembus tubuh Kinal

Kinal tiba-tiba terjatuh di hadapan Veranda dengan tubuhnya yang sudah mengeluarkan darah. Veranda panik bukan main mendapati Kinal seperti itu, hal itu tentu membuatnya tidak punya waktu untuk mencari pelaku. Dengan keadaan taman yang sepi, tidak ada siapapun kecuali Kinal dan Veranda.

Veranda mencoba membawa Kinal seorang diri ke dalam mobil dan segera melaju menuju rumah sakit

Sampai saat ini, Veranda tidak tau kenapa Kinal tiba-tiba bisa muncul di hadapannya. Veranda tidak tau mengapa Kinal tiba-tiba berada di taman itu juga, hal itu masih menjadi pertanyaan di dalam otak Veranda. Dibilang kebetulan, itu terlalu aneh.

Kejadian ini tentu sudah di laporkan kepada pihak yang berwajib. Veranda berharap agar pelaku yang menembak Kinal itu bisa segera di tangkap dan di hukum seberatnya-beratnya.

Dan Veranda berjanji pada dirinya sendiri, bahwa dia tidak akan memaafkan seseorang yang melakukan hal ini kepada Kinal. Sungguh dia tidak akan memaafkan! Dia bersumpah akan mencari pelaku kejadian ini.

Selesai dengan bersih-bersihnya, Veranda langsung menuju ruang dimana Kinal dirawat, kali ini Veranda tidak sendiri. Melainkan ada Fandy yang menemaninya sedari tadi.

Veranda memasuki ruang rawat Kinal disusul oleh Fandy di belakangnya. Saat masuk, Veranda sudah bisa melihat adik kesayangannya itu terbaring lemah dengan wajah pucatnya dan sejumlah alat medis menempel dibeberapa bagian tubuhnya.

Miris? Terntu saja. Siapa yang tidak akan miris melihat Kinal dengan keadaan sekarang, terutama Veranda. Dia bahkan melihat sendiri saat Kinal tertembak tepat di hadapannya.

"Bagaimana ini bisa terjadi Ve?" tanya Fandy pelan, kedua matanya itu masih menatap nanar Kinal di depannya.

Veranda menggeleng pelan. "Ve tidak tau Kak. Semua terjadi begitu cepat, bahkan Ve tidak tau kalau Kinal tiba-tiba datang begitu saja." jelas Veranda.

"Apa ini hanya sebuah kebetulan?" Fandy kembali bersuara.

Veranda kembali menggeleng tanda ia tidak mengerti. "Mungkin saja ini kebetulan. Tapi bagaimana bisa Kinal secepat itu berada di hadapan Ve?"

"Mungkinkah ada seseorang yang mengincar kamu Ve? Apa akhir-akhir ini kamu seperti diikuti oleh seseorang?" Fandy mencoba menyelidik.

"Tidak! Ve tidak merasa diikuti oleh seseorang akhir-akhir ini, dan Ve rasa tidak ada sesuatu yang aneh terjadi. Hanya sebuah pesan singkat yang masuk dan Veranda sendiri tidak tau siapa pegirimnya." ujar Veranda menjelaskan.

DandelionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang