Awas typo bertebaran dimana-mana. Harap dimaklumi.
Sudah sebulan lebih Kinal dan Beby tidak bertegur sapa dan saling mengacuhkan. Terutama Kinal, dia benar-benar mengacuhkan Beby. Bagi Kinal ini tidak masalah, bukankah ini yang Beby mau sejak kejadian waktu itu.
Jam pulang hari ini lebih awal dari biasanya, mengapa lebih awal? Karena ada rapat penting antara guru dan kepala sekolah. Meskipun pulang lebih awal tidak serta merta membuat Kinal langsung pulang. Melainkan dia pergi ke anak tangga belakang sekolahnya.
Sekolahnya sudah mulai sepi, penghuninya sudah berhamburan pulang sedari tadi. Hanya saja, masih ada satu, dua orang siswa yang berlalu-lalang di sekolahnya.
Sebelum ke tempat tujuannya, Kinal menyempatkan membeli minum di kantin sekolahnya. Ia merasakan tenggorokannya kering dan butuh bilasan air. Setelah membeli botol minuman, Kinal meminta ibu kantin untuk membuka tutup botolnya.
Ibu kantin tersebut menurut saja, karena beliau sendiri tau kalau Kinal tidak bisa membuka tutup botol. Kinal sendiri, dia heran kenapa dia tidak bisa membuka tutup botol. Padahal hal itu mudah untuk di lakukan siapa saja, tetapi dirinya sendiri begitu kesulitan membuka tutup botol. Bahkan Kinal tidak bisa membuka tutup botol sedari kecil. Unikkan? Cukup unik.
Setelah meneguk setengah dari botol minum tersebut, Kinal kembali berjalan menuju tujuannya. Sebelumnya dirinya sudah mengucapkan terima kasih kepada ibu kantin yang berbaik hati menolongnya.
Sedangkan seseorang yang duduk seorang diri disalah satu meja kantin menatap Kinal penuh teliti. Mulai dari Kinal saat memasuki kantin hingga Kinal keluar kantin. Seseorang itu adalah Beby.
Sedangkan Kinal terus melangkah menuju tujuannya. Langkahnya tidak ia buat terburu-buru, namun tidak pelan-pelan juga. Cukup sedang-sedang saja.
Kinal menghentikan langkahnya, ia menoleh ke belakang. Namun tidak apa-apa, yang ia lihat hanya lorong koridor yang sepi. Kinal mengangkat bahu, pertanda dia tidak mau tau.
Kinal kembali melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti. Namun lagi-lagi dia merasakan seperti ada seseorang yang mengikutinya. Ketika ia memastikan tidak ada siapa-siapa. Hanya dirinya seorang diri.
Kinal membuka pintu yang berada di ujung koridor sekolahnya. Kemudian masuk dan menutup pintu itu kembali. Kinal duduk di anak tangga yang biasa ia gunakan untuk sekedar membunuh waktu.
Kinal sedikit mendongakkan wajahnya, kedua matanya itu tertutup dengan hembusan napas yang ia keluarkan secara perlahan. Merasa cukup, Kinal membuka kedua matanya dan memandang apa yang berada di depannya.
Hembusan napas kembali Kinal keluarkan begitu saja.
Kinal membuka tasnya, dirinya baru ingat ada sesuatu yang mengganjal pikirannya beberapa hari ini. Sebuah kertas berwarna coklat pudar Kinal keluarkan dari dalam tasnya.
Kertas yang terlipat tersebut akhirnya terbuka.
"2319209147. 25152118. 451208." baca Kinal pelan.
Kernyitan terlihat di dahi Kinal. Matanya sedikit menyipit dengan otakknya yang mengelolah sebuah informasi. Namun sayangnya Kinal tidak mendapatkan sebuah informasi dari otakknya.
"Apa maksudnya?" gumam Kinal lagi memperhatikan kertas tersebut.
Kinal kembali melipat kembali kertas tersebut dan beralih mengeluarkan kotak bekal yang dia bawa dari rumah. Kinal membuka kotak makannya dan mulai menyantap isi dari kotak makan tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dandelion
FanfictionDandelion. Sama kah hidupku dengan bunga Dandelion? Rapuh, sendiri, tak terlihat oleh siapapun Hanya sebuah karya fiksi semata.