Awas typo bertebaran!
Vote dan komentarnya kawan.
Kinal berdiam diri halaman belakang rumahnya, tubuhnya itu dia rebahkan pada bibir kolam renang. Kedua matanya menatap langit malam yang bertabur bintang, kedua tangannya ia percayakan sebagai pengganti bantal untuk kepalanya.
"Indah sekali malam ini." Gumamnya dengan tatapan yang tak lepas dari langit malam.
Sunyinya malam dengan iringan paduan suara serangga malam membuat Kinal semakin betah di tempatnya. Baginya ini sungguh menenangkan, menangkan hati dan fikirannya tentunya.
Kinal menjatuhkan tangan sebelah kananya pada kolam disampingnya, sehingga tinggal tangan kirinya yang menjadi bantal kepalanya. Dingin! Itulah sensasi ketika tangan kanannya terjatuh dan memasuki air.
Perlahan tangan kanannya bergerak kedepan lalu kebelakang, begitu seterusnya. Kepalanya sedikit ia tolehkan, sehingga dengan jelas pandangannya bisa melihat tengannya yang tengah mengayun didalam air.
Sudut bibirnya sedikit tertarik.
"Kinal."
Sebuah suara terdengar begitu saja. Kinal hanya mendengus kesal, siapa juga yang mengganggu dirinya yang tengah menangkan fikiran dan hatinya. Tangan kanan yang sedari tadi mengayun langsung berhenti dan keluar dari dalam air.
Kepalanya mulai bergerak ke arah kiri, kedua pandangannya ia tajamkan agar dapat melihat jelas seseorang yang berdiri dibawah tamaramnya lampu. Mengetahui siapa yang berdiri disana, Kinal kembali memalingkan pandangannya pada langit malam yang menjadi penghiburnya sedari tadi.
Suara derap kaki semakin terdengar jelas oleh telinga Kinal, tetapi Kinal seolah tidak peduli dengan suara yang berasal dari seseorang tersebut.
"Ngapain disini hmm?" Tanya seseorang tersebut yang tidak lain adalah Fandy.
Kinal tidak bergeming sedikitpun, bahkan dia tidak melirik Fandy yang duduk disebelahnya. Kinal mengacuhkannya.
"Kamu masih marah ya sama Kakak?" Fandy kembali bersuara, tatapanya seakan menunggu jawaban dari Kinal. Namun sayangnya tidak ada jawaban dari Kinal, dia diam bak benda mati.
"Maafin Kak Fandy ya." Lagi suara Fandy menggema di telinga Kinal, namun lagi-lagi Kinal mengacuhkannya. Menganggap bahwa disekitarnya tidak ada siapapun, dia hanya sendiri.
Kinal beranjak dari tidurnya, lalu berjalan meninggalkan Fandy dalam sunyinya malam dan dinginnya udara malam hari.
Fandy menghela nafas. Adik sepupunya itu sepertinya masih marah dengan kejadian tempo hari, kejadian dimana dia dengan sadar telah menampar Kinal dan sekarang Kinal malah mengacuhkan dirinya seperti Kinal mengacuhkan Veranda.
Kinal merebahkan tubuhnya di atas kasur kesayangannya, kedua matanya tidak lagi menatap langit malam, melainkan langit-langit kamar yang kini ditatapnya.
Drrt! Drrt!
Getaran dari ponselnya membuat Kinal harus beranjak dari tidurnya, dengan langkah malas Kinal mendekati nakas dimana ponselnya itu berada. Dilihatnya ada sebuah pesan masuk.
Siapa yang mengirim pesan malam-malam seperti ini, begitulah pikirnya.
From: Beby Chsr
Kinal,besok ada waktu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Dandelion
FanfictionDandelion. Sama kah hidupku dengan bunga Dandelion? Rapuh, sendiri, tak terlihat oleh siapapun Hanya sebuah karya fiksi semata.