Chapter 9

1.2K 116 30
                                    



Maaf typo bertebaran dimana-mana!

Vote dan komentarnya jangan lupa kawan.




Sebelumnya!


Beby sedari tadi hanya menatap langit-langit kamarnya yang bercat biru muda. Kedua tangannya ia gunakan sebagai pengganti bantal. Kedua matanya juga belum menutup, padahal sedari tadi dia terus menguap.

Fikirannya masih tidak tenang sejak Bibi Airi mengatakan Kinal penyandang tunarungu. Dirinya masih berada di antara percaya dan tidak percaya. Dia gusar, gelisah tidak karuan dengan pikirannya.

Beby sedikit mengacak rambutnya. Mirip orang sedang frustasi! Mungkin bisa dikatakan seperti itu keadaan Beby sekarang.

Beby bangkit dari tidurnya, dia menatap lekat Kinal yang tertidur lelap disampingnya. Saat melihatnya seperti, ada rasa iba yang tiba-tiba muncul di benak Beby begitu saja.

Beby menghela nafas, berharap hati dan fikirannya tak akan lagi gusar.

Tiba-tiba saja pintu kamar terbuka, memaksa Beby menatap siapa yang membuka pintu kamarnya tanpa mengetuk ataupun meminta izin kepada dirinya.

Beby membulatkan matanya. Dirinya sedikit terkejut dengan seseorang yang tengah berdiri diambang pintu kamarnya. Seseorang itu hanya menatap Beby penuh dengan senyuman.


****



"Kak Shania!" Beby mendelik dengan mulutnya yang sedikit terbuka. Dirinya tidak percaya kalau perempuan yang berdiri diambang pintu kamarnya adalah Shania.

"Hallo Beby. Lama Kakak tidak berjumpa denganmu." Shania melangkah kearah Beby dengan senyum yang menyipitkan kedua matanya itu.

"Kok kamu belum tidur? Ini udah larut malam." Ujar Shania yang duduk disamping Beby. Kedua matanya menatap Beby penuh tanya.

"Beby belum ngantuk Kak." Jawab Beby menatap Shania. "Lagian kenapa Kak Shania datangnya malem banget sih? Satu lagi, tumben banget Kakak main ke rumah Bibi Airi?" Tanya Beby dengan matanya yang menelisik setiap wajah Shania.

"Kebetulan Kakak baru pulang." Jawab Shania. "Kakak sibuk Beb, makanya jarang main kesini. Ini aja, nyempetin buat main kesini." Jelas Shania.

"Itu siapa? Teman kamu? Bibi bilang kamu sedang bersama seseorang." Ujar Shania bertubi-tubi.

Beby mengangguk. "Iya, itu teman Beby."

Shania sedikit mencondongkan badannya kearah kanan. Mencoba melihat lebih jelas siapa teman Beby yang sedang tertidur lelap itu.


****


Istirahat semacam ini membuat Beby sudah duduk manis di Kantin sekolahnya dengan menikmati semangkuk bakso serta es teh sebagai penawar dahaganya. Dirinya tidak sendiri, melainkan ada Kinal yang menemaninya.

Ya, semenjak kejadian dimana Shania datang ke rumah Bibi Airi dan Shania mengetahui kalau Kinal ada disana, Shania langsung menghubungi Veranda tentang keberadaan Kinal. Keesokan harinya Veranda dan Fandy datang menjemput Kinal, mau tidak mau, suka tidak suka Kinal akhirnya menurut untuk diajak pulang.

DandelionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang