That's Why I Did - 8

57 15 0
                                    

That's Why I Did – 8

Prim memandangi Jonathan yang sekarang sedang tertidur lelap. Melihatnya tertidur seperti ini membuat perasaan Prim menghangat. Jonathan terlihat sangat kelelahan, ada beberapa bulir keringat yang membasahi wajahnya. Entah karena kelelahan atau karena cuaca dan suhu rumah ini. Jonathan mungkin tidak terbiasa dengan suhu rumah ini, biasanya dia selalu berada di ruangan yang ber-AC.

Suara ketukan pintu membuat Prim terpaksa memalingkan tatapannya dari Jonathan. Tanpa harus Prim beranjak dan membuka pintu, pintu sudah terbuka dengan sendirinya. Reno. Siapa lagi memang yang akan datang ke rumah ini kecuali Reno? Oh ada satu, Gilang.

Reno sedikit terkejut ketika melihat ada seorang cowok sekarang sedang tertidur di ruang tamu. Namun setelah diperhatikannya sekali lagi orang itu barulah dia menyadari kalau itu Jonathan.

"Ssstt. Biarin dia tidur dulu," Prim lebih dahulu mencegah Reno yang sebenarnya memang tidak mempunyai niat untuk membangunkannya. Namun tidak ada salahnya mencegah.

"Kapan Tuan Jonathan sampai, Prim?" Reno meletakkan tasnya di salah satu kursi di sampingnya. Prim melihat ada beberapa dokumen dalam amplop berwarna cokelat. Ketika disinipun Reno masih sempat bekerja yang sepertinya untuk Papa.

"Tadi siang. Dia baru aja tidur, kalau mau nanya nanti aja yaa,"

Reno langsung mengangguk setelah mendengar perintahnya. Kemudian Reno melangkah ke kamarnya dan meninggalkan Prim bersama Jonathan di ruang tamu. Prim sandarkan punggungnya ke sandaran nyarsi. Prim juga sangat lelah hari ini. Baru tadi rasanya Prim menata panggung dan mengangkat beberapa alat dekorasi. Perlahan mata Prim terpejam, melepaskan penat hari ini.

***

Malam ini Reno mengajak Prim dan Jonathan mengunjungi rumah Pak Edi-ayah Gilang. Jonathan yang rencananya akan tinggal selama beberapa hari di rumah harus mendapat persetujuan dari Pak Edi selaku kepala desa. Reno kali ini membuat alasan kalau Jonathan adalah saudara mereka. Itu dipilihnya sebagai alasan agar Jonathan bisa bermalam di rumah.

Mereka langsung disambut dengan baik oleh keluarga Pak Edi. Tadi sore sudah memberitahu Pak Edi kalau malam ini mereka akan bertamu ke rumah. Jadilah seperti kemarin. Banyak sekali makanan yang terhidang di ruang tamu. Prim selalu merasa tidak enak hati. Mereka-Pak Edi dan Bu Bunga selalu memperlakukan Prim dengan baik. Namun apa, Prim lakukan selalu membohongi mereka. Itu sangat tidak adil, tapi apa yang bisa dilakukan?

"Jadi begini, pak. Kami kesini ingin memberitahu sekaligus minta izin Pak Edi kalau ada saudara kami datang. Dan rencananya akan bermalam di rumah selama beberapa hari ini."

Pak Edi mengangguk-anggukkan kepalanya, "Yaa kalau saudara mau bagaimana lagi tidak mungkin dibiarkan tidur di tempat lain," Pak Edi tertawa pelan, bergurau. "Bilang Gilang bawakan minuman di dalam, bu."

Gilang bergabung bersama mereka sambil membawa nampan yang diatasnya ada beberapa minuman. Gilang lalu duduk dihadapannya, sesekali tertangkap dia sedang memperhatikan Jonathan yang ada disampingnya.

"Saudaramu itu, siapa namanya, Ren?"

Jonathan yang menyadari kalau yang dimaksud perkataan Pak Edi langsung memperkenalkan diri dengan sopan, "Nama saya Jonathan, pak. Saya saudara Reno,"

Entah apa hanya perasaan Prim saja, namun sepertinya Gilang menatap tajam kearahnya. Prim beranikan diri menatap matanya, namun Gilang langsung mengalihkan pandangannya. Raut wajah Gilang seperti orang yang sedang menahan sesuatu. Belum pernah Prim lihat Gilang seperti ini. Kenapa dengan Gilang?

That's Why I DidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang