That's Why I Did - Prolog

332 63 20
                                        

That's Why I Did

Prolog

Ruangan bernuansa klasik itu tidak bisa membuat seorang gadis yang berada di dalamnya merasa nyaman. Bukan. Bukan karena ruangannya yang salah, melainkan gadis itu.

Gadis berumur 19 tahun yang kini tengah duduk di sofa berwarna putih tulang sudut kamar itu tampak cemas. Pandangannya tampak gusar sejak kemarin malam. Entahlah, dia bingung menghadapi situasi yang akan terjadi pada pagi ini. Berbagai kemungkinan yang akan terjadi selanjutnya berkelabut muncul satu per satu dalam pikirannya. Bagaimana jika dia ditempatkan sangat jauh dari yang dipikirannya? Bagaimana dia harus memulai dan melewati semuanya? Bagaimana dengan orang disekitarnya? Seluruh pertanyaan dengan bagaimana membuatnya harus menahan nafas. Seakan pertanyaan terakhir bagaimana yang dia risaukan hanyalah, bagaimana dengan Dia?

Terdengar suara ketukan dari arah pintu kamar, membawanya kembali ke alam sadar. Dengan malas gadis itu berjalan ke arah pintu dan membukanya

"Nona, nona sudah ditunggu Tuan di ruang keluarga." tutur Bi Imah.

"Iya Bi, abang udah dipanggil juga belum?" tanyanya.

"Udah, Non."

Gadis itu mengucapkan terima kasih sebelum Bi Imah meninggalkannya dan melanjutkan pekerjaan. Gadis itu kembali menutup pintu kamarnya sebelum memutuskan untuk bergabung dengan suasana tegang. Dia kembali mematut dirinya di depan cermin, berbalut gaun hitam selutut membuat gadis itu nampak cantik.

"Apa pun yang bakal kamu hadepin nanti, kamu selalu jadi cewek yang bisa ngelakuin apa pun, Primrose Stevanie Damanik" ujarnya dalam hati.

That's Why I DidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang