That's Why I Did - 11

47 11 6
                                    

That's Why I Did – 11

Acara pencarian bakat kemarin sekaligus menjadi penutupan semester ini. Beberapa teman yang Prim kenal sedang pergi berlibur, ada juga yang memutuskan tetap di rumah. Prim sendiri akan menghabiskan liburannya disini, di tempat kecil ini. Mungkin nanti Prim bisa pergi jalan-jalan di kota ini. Lumayan libur dua minggu ini daripada hanya berdiam diri di rumah.

Sudah hari kelima Jonathan disini. Itu berarti hanya tersisa dua hari lagi Prim bisa melihatnya seperti sekarang ini. Dua hari ke depan Prim pastikan akan menghabiskan waktu berdua dengannya.

"Besok aku pulang,"

"Loh. Bukannya besoknya lagi?"

Prim menggigit bibir bawahnya, Prim tidak nyaman dengan suasana ini. Prim juga bisa merasakan kalau ada garis berkerut dikeningnya.

"Papa yang bilang,"

Jonathan yang duduk bersebrangan dengannya terlihat mencengkeram keduatangannya sampai memutih. Prim menghembuskan nafas pelan. Bukankah sudah cunyap lama dia disini, lagipula mereka bisa berkomunikasi seperti biasa. Jangan serakah, Prim. Bukan cuma kamu yang harus dia urus.

"Jangan cemberut gitu sih. Udah tau jelek,"

"Siapa yang cemberut, Nath?" Prim membiarkan senyumnya mengembang, membuat suasana menjadi lebih tenang.

"Mau jalan-jalan gak bareng Prim? Kita kencan lagi,"

Ada senyum jahil dibalik kalimatnya terakhir yang membuat Prim tidak bisa menahan untuk tertawa. Baiklah karena ini hari terakhir dia disini.

***

Jonathan membawa Prim ke sebuah tempat wahana permainan air, sebuah tempat yang hampir mirip dengan The Jungle kalau ditempatnya. Kalian yang pernah ke The Jungle pasti bisa membayangkan bagaimana keadaan sekitar.

Prim jadi teringat hari dimana Jonathan juga mengajaknya untuk kencan seperti ini. Tapi bedanya dulu mereka double date. Jonathan dan Prim, Gale dan Kak Via. Kalau tidak salah dulu mereka masih SMA. Hari itu tidak bisa Prim lupakan. Gale pertama kalinya mau mengajarinya berenang. Padahal di rumah, Prim selalu dibiarkan belajar sendiri dengannya.

"Kita mau main apa dulu, Nath?"

"Mulai dari yang paling deket aja ya,"

"Jadi maksudnya mau main semua wahana?"

"Udah disini, Prim. Kan sayang kalau gak nyobain semua,"

Jonathan tertawa kecil lantas meninggalkannya memesan sebuah ban double, Prim mengekori dia dari belakang.

Pertama, mereka memutuskan bermain Terowongan Casablanca. Wahana satu ini sama saja seperti wahana di tempat yang lain, panjang, gelap dan berliuk-liuk. Tapi yang menjadi daya tariknya adalah namanya. Entah mendapat ide dari mana pemilik tempat ini sampai memberi nama terowongan ini dengan Terowongan Casablanca. Mungkin hanya untuk menakut-nakuti pengunjung agar mereka bisa berteriak-teriak.

Mereka sudah bersiap-siap meluncur. Prim mengambil posisi di depan, sedangkan Jonathan dibelakangnya. Ah iya, mereka tidak lupa untuk membawa kamera yang dilengkapi dengan waterproof, Jonathan yang memegangnya. Sayang bukan kalau moment seperti ini tidak diabadikan. Kencan kesekian kali.

Ban mereka sudah meluncur, Prim mencengkeram nyaat-nyaat pegangan di ban dan detik kemudian suasana gelap langsung menyambut. Prim langsung berteriak kencang ketika ban yang mereka naiki meliuk tidak terkendali. Jonathan berteriak dengan kencangnya membuat senyumnya kembali mengembang.

That's Why I DidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang