BUDAYAKAN MEMBERI VOTE SEBELUM MEMBACA. HAPPY READING! :)
***
BAGIAN DELAPAN
***
Jam dinding di kamar Sheila sudah menunjukan pukul lima pagi. Saat itu juga, Sheila bangkit dan melepaskan selimut yang telah menggulung tubuhnya. Entah mengapa, ia cepat bangun untuk hari ini. Mungkin karena Adam akan menjemputnya satu setengah jam lagi.
Buru-buru Sheila berjalan ke kamar mandi dan membersihkan badannya. Setelah itu, ia mengenakan seragam sekolah dan menyiapkan buku-buku mata pelajarannya hari ini. Lalu memasukannya ke dalam tas cokelatnya. Mengenakan kaus kaki dan juga sepatu hitamnya. Tak lupa mengambil jam tangan yang selalu setia melingkar di pergelangan tangan kirinya.
Sheila merasa ragu untuk mengambil gelang batu-batu yang biasa juga ia pakai. Karena sekarang, ia berusaha untuk merubah penampilannya. Kalau dipikir, ia juga terlihat cantik saat berpenampilan feminim. Sheila melepaskan karet gelang rambutnya, dan memberi jepitan biru dibagian poninya. Saat itu juga ia tersenyum lebar.
‘Seharusnya dari dulu gue berubah menjadi yang lebih baik,’ batinnya sedikit menyesal.
Sheila melirik ke arah jam. ‘Sudah jam setengah tujuh lewat,’ batinnya.
Sheila pun turun dari tangga dan langsung menuju ke meja makannya. Ia mengambil susu kotak dari kulkas, dan dua lembar roti beserta selai kacang. Ia menikmati sarapannya dengan tenang. Saat tegukan terakhir dari susunya, suara klakson mobil yang terdengar familiar di pendengaran Sheila berbunyi tiga kali.
Sheila beranjak dari tempat duduknya dan kemudian buru-buru berjalan keluar. Mendapatkan Adam dengan senyuman seperti biasanya, membuat Sheila spontan tersenyum juga. Sheila pun masuk ke dalam mobil Adam.
“Gimana? Hari ini bangun jam berapa?” Tanya Adam basa-basi.
“Jam lima.” Jawab Sheila datar.
“Hem,” Adam hanya berdehem setelah itu.
Dua menit kemudian, tiba-tiba mobil Adam berhenti. Mogok lebih tepatnya.“Mobilnya kenapa?” Tanya Sheila sedikit khawatir.
“Ehk, tunggu dulu deh, gue periksa dulu.” Adam keluar dari mobilnya, kemudian membuka kap depan mobilnya. Saat itu juga ada gumpalan asap yang keluar. Entah apa penyebabnya. Adam menyapu asap itu dengan telapak tangannya. Sheila juga keluar dari mobil untuk memeriksa keadaan.
“Kenapa Kak?” Tanyanya lagi.
“Ahk sial, mobilnya mogok.” Ucap Adam sambil mendengus kesal.
“Terus?” Sheila menautkan alisnya. Adam memeriksa jam tangan untuk melihat waktu sekarang.
“Lima belas menit lagi masuk,” ucap Adam gusar. “nggak ada pilihan lain,” sambungnya.
Adam mengambil tasnya dari mobil, lalu menggenggam tangan Sheila untuk berlari. Adam yang berada di posisi depan terus menarik badan Sheila dengan napas tergopoh-gopoh.
“Kita harus ke persimpangan cari angkutan umum,” kata Adam disela-sela larinya. Sheila hanya menurutinya.
Mereka pun sampai dipersimpangan, pas juga saat itu bus sedang berhenti di halte. Sebelum terlambat, Adam mempercepat langkahnya memasuki bus. Dan akhirnya berhasil. Sheila dan Adam pun duduk bersamaan dengan napas yang masih tersengal-sengal.
“Apa kita bakal terlambat?” Tanya Sheila sambil menetralkan napasnya.
“Huh, kayaknya penampilan lo berubah?” Bukan menjawab pertanyaan Sheila, Adam malah mengkritik penampilannya pagi ini.
“Bukannya menjawab, malah bahas yang lain,” seru Sheila dengan galak.
“Iya, rambut lo berantakan nih. Sini gue benerin jepit rambutnya,” Adam mengambil jepit rambut dan membenahi poni Sheila dengan sangat lembut, lalu memasangnya kembali.
Setelah Adam selesai, mereka pun menunggu beberapa menit sampai bus berhenti di halte sekolah mereka. Adam dan Sheila pun turun saat bus itu berhenti dan ternyata gerbang sudah ditutup oleh satpam berperut buncit dan berkumis tebal. Adam mendengus kesal. Karena ini adalah hari terlambatnya pertama kali.
“Pak, bukain dong!” pinta Sheila memohon pada satpam itu.
Awalnya orang yang dipanggil memasang raut wajah datar, namun berubah ketika melihat Adam.
“Adam?” Ucapnya tak percaya. Sedangkan Adam hanya tersenyum kaku. Dan saat itu juga, guru piket hari ini mendatangi gerbang. Tatapannya yang tajam membuat Adam bergedik ngeri sedangkan Sheila biasa saja.
“Adam, Sheila, kalian kok bisa terlambat?” Tanya guru itu setelah mereka dibukakan gerbang.
“Mobilnya mogok Bu,” jawab Adam jujur tanpa ada niatan bohong.
“Kalau Sheila?”
“Sama Bu, tadi saya jemput dia,” Adam menggantikan posisi Sheila untuk menjawab pertanyaan yang diajukan pada Sheila.
“Jadi kalian berangkat bersama?”
“Iya,” Adam dan Sheila menjawabnya bersama-sama, lalu saling menatap kemudian menunduk malu.
‘Kak Adam kok jadi anak polos sih?’ batin Sheila terkekeh.
“Yasudah, kalian tetap harus mendapatkan hukuman,” seru guru itu yang kontak membuat Adam membulatkan mata dan Sheila meremas kesal rok seragamnya.
“Kalian lari lapangan sepuluh kali, kalau kalian berhenti sedikit saja, ditambah satu keliling lagi,” ucap guru yang bernama Bu Irna itu dengan tegas. Ini adalah kesialan bagi Adam dan Sheila.
“Sekarang lakukan,” Bu Irna duduk di salah satu bangku. Sedangkan Adam dan Sheila masuk dan meletakan tasnya ke sembarang tempat. Mereka berdua pun siap-siap untuk berlari kembali.
“Tadi kita udah lari kan, usahakan ini lebih baik, ya. Kalau kamu sanggup, aku bakal traktir kamu makan di kantin,” ucap Adam sebelum menjalankan hukuman.
‘Kenapa harus aku-kamu?’ batin Sheila nyengir. “Iya,” jawab Sheila sambil mengangguk.
Adam dan Sheila pun mulai berlari. Awalnya berlari kecil, perlahan-lahan ditambah kecepatan. Dan juga, kadang-kadang Sheila berada di depan Adam, begitupun sebaliknya. Dan juga mereka terkadang beriringan. Begitulah sampai sepuluh keliling.
Walaupun lelah, tapi kalau lari bersama, rasa lelah bisa menjadi kekuatan yang memiliki arti.
***
SEE U.. 😌
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bad Girl Romance
Roman pour AdolescentsSheila hidup dalam keluarga yang ia rasakan tidak humoris. Papa dan Mama Sheila sering kali bertikai, yang menyebabkannya dediksi. Hingga suatu hari, perusahaan yang dijalani Papa Sheila terancam bangkrut dan membutuhkan modal yang sangat besar. Su...