Bu Dian keluar dari kelas saat jam pelajaran berganti. Saatnya Bu Novi masuk untuk mengajarkan geografi. Saat guru berkacamata itu masuk, Misyel yang saat ini duduk di samping Joni—karena teman sebangku Misyel tidak datang setelah minggu kemarin ada pertukaran tempat duduk—mulai mendadak panik.
Joni yang memperhatikan Misyel sedang mencari-cari sesuatu, tiba-tiba mengerutkan keningnya.
"Kenapa?" Tanya Joni dengan nada pelan karena kelas saat itu sangat hening.
"Buku LKS gue tinggal. Kan peraturan sama Bu Novi, kalau nggak bawa LKS di suruh keluar." Keluh Misyel yang masih mencari bukunya di laci dan tas. "mana nanti materi penting lagi," Misyel semakin panik.
Joni membuang napasnya.
"Yaudah, pake LKS gue aja." Joni menyodorkan LKS-nya ke hadapan Misyel.
"Mana bisa Jon," tukas Misyel kemudian. "LKS lo kan ada namanya lo," ujar Misyel.
Joni tersenyum lebar dan membuka lembar pertama LKS-nya. "Gue mah jarang bikin nama di LKS," kata Joni santai.
"Jadi, lo bisa tulis nama lo. Selesaikan?" Joni memainkan kedua alis matanya membuat Misyel mengerucutkan bibirnya.
Saat Bu Novi hendak membuka daftar absennya, Bu Novi mengalihkan pandangannya ke Joni yang memanggilnya. "BU!"
"Iya, kenapa? Kalau kamu mau Ibu izinkan permisi, jangan harap! Ibu baru duduk masak kamu sudah pengen permisi." Celoteh Bu Novi panjang lebar yang membuat murid-muridnya menoleh ke arah Joni yang menunduk, kecuali Adam.
"Ck, Bu saya nggak bawa LKS." Ucap Joni the point.
Semuanya pada melongo. Jika mereka yang biasanya ketinggalan saat membawa LKS geografi, akan berusaha mati-matiin minjam ke kelas sebelah atau menjemputnya pulang ke rumah dengan berbagai alasan pada guru piket. Namun bagi Joni, ini hanyalah masalah sepele.
"Begitu?" Bu Novi memperbaiki kacamatanya, lalu tersenyum miring. Sedangkan Joni mengangguk polos tanpa dosa.
"Yaudah. Untuk kali ini kamu berdiri di sudut belakang kelas. Angkat kaki kamu sebelah dan satu tangan kamu memegang telinga, satunya lagi pegang hidung kamu."
Joni membulatkan matanya sempurna. Sedangkan beberapa murid di kelas tertawa pelan mendengar hukuman yang akan dijalani Joni.
"Tapi Bu, bukannya di peraturan akan dikeluarkan?" Tanya Joni.
"Untuk orang seperti kamu berbeda." Kata Bu Novi dengan nada tegasnya.
"Tapi, saya hanya orang biasa Bu. Masa—"
"Cepat lakuin atau Ibu bakal nambah hukuman kamu?" Potong Bu Novi cepat, dan mulai menatap Joni dengan tatapan tajam.
Joni kemudian menatap Adam yang tidak peduli, Michel yang terkekeh pelan dan Kevin tertawa sambil mengejek-ngejek Joni dengan menjulingkan matanya dan memeletkan lidahnya.
Mau tidak mau, Joni hanya menghela napas dan membiarkan Kevin senang akan penderitaannya. Sedangkan Misyel mulai merasa tidak enak hati.
"Nggak apa-apa," kata Joni sebelum berjalan ke arah belakang.
Orang kayak kamu mana bisa dihukum seperti itu Jon. Sikap kamu kayak tadi buat Ibu kangen masa-masa SMA lagi. Batin Bu Novi yang ternyata memerhatikan sikap baik Joni pada Misyel tadi.
***
"Makasih Jon, lo udah mau minjamin buku lo ke gue." Ucap Misyel saat Joni yang sudah duduk di sampingnya dengan bulir keringat di keningnya.
"Iya," jawab Joni.
Misyel mengeluarkan botol minum dari tas, lalu menyerahkannya pada Joni. "Minum dulu, baru nanti gue traktir pas di kantin." Usul Misyel.
Joni mengambil botol minum itu dari tangan Misyel, lalu meneguk isinya sampai tersisa setengah.
"Nggak usah. Gue mau istirahat aja. Kaki gue masih pegel karena berdiri tadi," kata Joni dengan suara napasnya yang teengah-engah.
"Yaudah, gue beliin ya?" Misyel mulai beranjak dari tempat duduknya. Namun dengan cepat Joni menahan lengan Misyel sambil menggeleng.
"Gak usah. Gue nggak lapar. Besok aja," ujar Joni. Akhirnya Misyel mengangguk setuju dan duduk bersisian dengan Joni.
"Kita kan satu kelompok buat makalah geografi. Sama Kevin dan Michel ju—"
"Iya. Gue, lo, Kevin kuda sama Michel. Gue dengar tadi," potong Joni yang memang mendengar nama-nama kelompok saat dibagikan tadi.
"Hm, oke."
"Kita bakal cari materinya dulu. Yaudah, lusa kita kerjain di kafe seperti biasa aja ya, Syel." Saran Joni dan Misyel langsung setuju.
"Bilangin ke Kevin dan Michel juga ya. Soalnya, sekarang gue mau tidur. Capek banget, sumpah." Kata Joni yang membuat Misyel terkekeh.
"Makanya, jangan sok-sok," ujar Misyel sambil memukul bahu Joni dengan pelan.
***
Joni berlari dengan sekuat tenaganya saat Kevin semakin jauh dari pandangannya. Ia memanggil Kevin, tapi tetap saja Kevin tidak menoleh. Akhirnya, dengan kecepatan yang tinggi Joni berusaha mengejar Kevin.
"KEVIIINNN!!" Teriaknya untuk terakhir kali, saat hanya menyisahkan jarak dua meter.
Kevin yang mendengar namanya dipanggil menoleh ke belakang. Kevin menyatukan alisnya.
"Kenapa?"
Joni berusaha menetralkan napasnya, lalu pelan-pelan mulai dapat bernapas dengan normal.
"Misyel udah ngomong kan tentang kelompok geografi kan?"
Kevin mengangguk.
"Jadi, saat udah sepuluh menit lo di kafe itu, lo harus pergi sama Michel." Kata Joni memberi peraturan.
"Ha? Kenapa? Ini kan kerja kelompok bego," Kevin meninju bahu kanan Joni.
"Gue mau nembak Misyel." Ucap Joni singkat, namun membuat kerutan jelas di kening Kevin.
"Secepat itu?"
"Gue rasa itu waktu yang tepat. Karena gue nggak mau menunda-nunda waktu walaupun satu detik buat dia. Buat Misyel," jelas Joni.
"Lo ngomong kayak mau mati aja," seru Kevin becanda.
"Gue nggak mau kehilangan kesempatan. Karena kesempatan itu sulit buat diraih,"
"Lo ngomong apaan sih goblok!" Kevin menjitak kepala Joni, dan kemudian mereka berlalu.
***
Jangan lupa baca cerita baruku ya. Judulnya "Hopeless Love" Vommentnya juga jangan ketinggalan. Hehehe :)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bad Girl Romance
Teen FictionSheila hidup dalam keluarga yang ia rasakan tidak humoris. Papa dan Mama Sheila sering kali bertikai, yang menyebabkannya dediksi. Hingga suatu hari, perusahaan yang dijalani Papa Sheila terancam bangkrut dan membutuhkan modal yang sangat besar. Su...