JANGAN LUPA BACA CERITAKU "HOPELESS LOVE", YA :)
***
Bagian Tiga Puluh
***
Sabtu sore pada saat itu cuaca sedang cerah berawan. Membuat udara tidak terlalu panas dan gerah.
Sheila sudah siap menulis sesuatu di kertas binder bergambar kartun, dan memasukannya ke dalam amplop kecil. Setelah berkutat dengan pikirannya sedari tadi, akhirnya surat itu berhasil ia buat. Mau surat cinta atau apapun, terserah. Yang penting Sheila sudah mau berusaha.
Sheila keluar dari ruang perpustakaan tempatnya menulis surat tadi, menuju kelas XI.IPA.5, kelas Adam.
Setelah sampai di daun pintu, Sheila langsung mencari keberadaan Adam secara diam-diam. Senyumnya terukir detik itu juga saat melihat Adam sedang mendengarkan lagu dengan earphone-nya.
"Lo mau ngapain?" Seru seseorang dari belakang. Sheila terkejut dan langsung menoleh ke belakang. Ternyata Andre. Batin Sheila sedikit lega.
"Hmm.. gue boleh minta tolong nggak?" Tanya Sheila penuh mohon. Andre-ketua kelas XI.IPA.5-menatap Sheila dari ujung kaki dan atas rambutnya. Sheila yang merasa ditatap horor seperti ini hanya bisa diam mematung.
"Ya udah. Apaan?" Kata Andre selanjutnya. Sheila senang bukan main. Akhirnya ia menjelaskan maksudnya.
"Kak, tolong kasih ini sama Adam ya?" Sheila menyerahkan amplop yang dipegangnya sedari tadi.
Andre menerimanya dengan tatapan datar dan tidak ingin banyak bertanya. "Oh, oke." Ujar Andre singkat dan mulai masuk ke dalam kelasnya.
Sheila menghembuskan napas beratnya. Lalu berjalan menjauh dari kelas Adam.
Ini yang terakhir, Dam. Batin Sheila dan segera menuju suatu tempat.
Andre berjalan mendekati meja Adam dan langsung meletakkan benda yang di tangannya ke atas meja. Adam mendongak ke arah lelaki tertubuh tinggi dan kurus itu dan melepaskan benda yang menyumbat kedua telinganya.
"Ini buat lo." Ucap Andre singkat dan kemudian meninggalkan Adam.
Alis Adam menyatu. Ia akhirnya menyentuh benda itu dan langsung membukanya. Matanya terbelalak saat namanya yang pertama kali ia temukan di atas kepala surat. Adam kemudian membacanya dalam hati.
Untuk Adam..
Hai Kak. Hm.. gue nggak tahu pembukaan seperti apa yang harus gue ucapin ke lo lagi. Gue tau, pasti lo terkejut kenapa gue tiba-tiba ngirim kayak beginian kan?
Sebenarnya, gue terlalu pengecut buat datangi lo dan ngejelasin sesuatu. Ya udah. Gue cuma berani lewat ini, perantara surat.
Lo jangan berhenti baca dulu. Baca surat ini sampai habis. Gue mohon, untuk terakhir kalinya.
Dam.. gue minta maaf sama lo. Atas semua kesalahan gue yang udah mainin lo. Gue enggak pernah bermaksud buat lo sesakit itu.
Kalau semua disalahkan, lo harus salahin gue. Karena, tanpa gue masalah ini bakal nggak ada. Kalau semua orang lo benci, lo harus lebih benci gue. Gue memang pantas jadi bagian orang terburuk dalam hidup lo.
Apapun hal yang akan kita lewati nanti, lo harus tau, kalau lo adalah hal terbaik dari yang terbaik dalam hidup gue. Gue kali ini nggak bohong. Gue udah ngungkapin apa yang gue rasa. Dan itu membuat gue lega.
Dam.. satu lagi.
Gue pengen cerita sama lo, walaupun ini nggak ada sangkut pautnya dengan kita.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bad Girl Romance
Teen FictionSheila hidup dalam keluarga yang ia rasakan tidak humoris. Papa dan Mama Sheila sering kali bertikai, yang menyebabkannya dediksi. Hingga suatu hari, perusahaan yang dijalani Papa Sheila terancam bangkrut dan membutuhkan modal yang sangat besar. Su...