3. dianter jemput

6.5K 1.2K 183
                                    

"Eh, kayaknya gue harus balik duluan deh." Aelita bangkit dari duduknya setelah beberapa puluh menit terlewati bersama Calum di coffee shop tadi.

"Mau kemana?" tanya Calum.

"Tempat kerja," jawab Aelita. "kenapa?"

"Gue anter yuk. Toko bukunya deket, kan?" tanya Calum ikut berdiri dari duduknya.

"Lah lo tau dar-- oiya gue tulis di biodata gue," ujar Aelita lalu menepuk dahinya sendiri dan terkekeh. Calum ikut-ikutan terkekeh.

"Jangan-jangan besok lo lupa lagi sama gue," canda Calum. "pikun sih."

"Mana mungkin lupa sih, elah." jawab Aelita mengikuti Calum yang berjalan ke tempat di mana mobilnya terparkir.

Kok bikin baper ya percakapannya?

***

"Ati-ati ye. Ntar gue jemput aja," ujar Calum sebelum Aelita turun dari mobilnya.

"Lah ngapa harus dijemput dah. Liat, gue kaga lumpuh." Aelita mengernyit bingung.

"Sokap yang bilang law lumpuh mb?" canda Calum. "udah diem aje. Biar keliatan kek pacaran gitu."

"Oh yasudahlah, gue mah nurut sama klien."

"Dih si geblek, udah sana turun. Dadah!" seru Calum.

"Paha!"ejek Aelita sebelum menjulurkan lidahnya jenaka. Aelita tersenyum sambil berjalan memasuki toko buku tempatnya bekerja. Baru beberapa jam saja, ia sudah bisa akrab dengan Calum. Beban di hatinya berkurang sedikit, setidaknya saat ia mengetahui bahwa ternyata Calum adalah orang baik.

"Senyam-senyum!" seru seseorang sambil menyenggol pinggulnya. "tadi ada yang anterin nih? Ciyee."

Orang itu adalah Michael, anak pemilik toko buku tersebut, sekaligus sahabat kerjanya.

"Sirik ae lo," ledek Aelita.

"Pacar, Ta?" tanya Michael.

Aelita tersenyum kecil sebelum menjawab. "Iya, pacar."

.
.

Tanpa melihat raut wajah Michael yang berubah.

dobel apdet karena shania baik hati mwah

urgent date//calum.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang