Calum's POV
Satu hari rasanya selamanya. Satu hari tanpa Aelita, rasanya udah kayak bertahun-tahun lamanya. Gue emang lagi di kantor, ngerjain berkas-berkas menumpuk ini, tapi pikiran gue disana, apartemen Aelita. Tempat dimana seharusnya gue berada.
Gue masih inget jelas alamat apartemen dia, gue masih inget Line dia, nomor telepon dia, email dia. Dan gue cinta banget sama dia. Gue bisa aja kembali tapi pada kenyataannya adalah,
Dia ga cinta gue. Dia ga cinta sama gue sebesar gue cinta sama dia. Dan ga akan pernah mungkin. Dia cuma anggap gue sebagai another people di dalam hidupnya, cuma sebatas klien. Dia bisa aja cinta sama Michael atau orang lain, namun orang itu udah pasti bukan gue, Calum Thomas Hood.
Kertas yang gue tinggalin di meja nakas dia, yang di kamar apartemen dia, sebenarnya ada lanjutan kalimatnya, bukan hanya sampai sana.
Tapi karena alesan tertentu, gue biarin itu ngegantung begitu aja. Karena dia ga bakal ngerti apa yang gue rasain; karena apa yang kita rasakan itu berbeda.
Gue merapikan tumpukan-tumpukan berkas-berkas yang ada di hadapan gue. Gue udah ga ada mood lagi buat ngerjain hal-hal kayak gini kalo yang ada dipikiran gue cuma Aelita. Yang ada nanti kerjaan gue malah ancur-ancuran. Gue mengusap wajah gue kasar, lalu mengacak-acak rambut gue frustrasi. Mau sampai kapan gue begini? Mau sampai kapan gue menunda pekerjaan gue hanya karena mikirin Aelita?
Mau sampai kapan gue tersiksa sama perasaan ini?
"What am i supposed to do when the best part of my life was always you, Aelita?"
***
Gue kembali lagi kesini. Pintu apartemen Aelita. Gue memencet bel dengan tangan gemeter. Gue ga tau bisa ga ngomongin ini semua.
Tidak berapa lama, pintu kebuka. Menunjukan Aelita yang kelihatan sama hancurnya kayak gue.
"C-Cal?" gagap Aelita. Dia keliatan kaget banget gue dateng kesini.
"Ta," ujar gue lirih. "Gue bohong, Ta, soal apa yang gue omongin di gereja. Gue bohong. Gue ga mau cuma jadi bagian chapter dari hidup lo, gue maunya jadi happy ending buat lo. Gue bohong soal gue mau cuma jadi klien terbaik lo, karena gue mau lebih dari itu. Gue bohong soal gue cuma pengen jadi another people buat lo, karena gue cuma mau jadi satu-satunya. Gue ga mau biarin orang lain ngucapin janji pernikahan sama lo atau ngasih lo morning kiss setiap pagi, karena seharusnya gue yang ngelakuin itu."
Keluar juga akhirnya, semua yang emang pengen gue omongin dari dulu sama dia. Gue bisa liat dia makin kaget. Dan tindakan dia selanjutnya bener-bener di luar dugaan gue...
noh gue apdet nooh
chapter depan epilog yeaay

KAMU SEDANG MEMBACA
urgent date//calum.
Short Storyurgentdate.com Selamat datang di situs Urgent Date! Tempat dimana anda dapat menyewa pasangan untuk menjadi teman kencan anda. Kami menyediakan kriteria pasangan yang cocok untuk anda! Highest rank #9 in Short Story copyrights © 2016 by halousinasi