Chapter 2

562 76 5
                                    

"Sujeong-ah, kau dipanggil ke ruangan Ketua Nam," ucap dokter Jung, "panggil perawat Kim juga."

"Baik sunbae," aku lalu bergegas mencari Kei a.k.a Kim Jiyeon eonni.

Aku lalu bergegas mencari Kei eonni, ternyata ia sedang duduk melamun di kantin rumah sakit. Aku menghampirinya.

"Eonni!" Aku menepuk pundaknya, ia sedikit tersentak.

"Ah! Sujeong-ah, ada apa?" tanyanya.

"Ketua Nam memanggil kita terdua ke ruangannya, sekarang," ucapku.

"Oh, baiklah, ayo!" Kei eonni lalu berdiri dan merapikan pakaiannya. Kami berdua berjalan beriringan menuju ruangan Ketua Nam.

Tok tok tok

"Masuk," terdengar suara dari dalam ruangan, sepertinya suara ketua Nam. Ah, sepertinya aku belum bilang, ketua Nam adalah kepala rumah sakit ini. Aku dan Kei eonni lalu bergegas masuk.

Di dalam ruangan sudah ada perawat Jeon, kepala perawat Gong, dan dr. Lee. Ah, dan satu orang lagi, yang tidak aku ketahui.

"Baiklah, karena semuanya telah berkumpul, saya akan memperkenalkan dokter baru yang akan menggantikan posisi profesor Han di tim kalian. Ini adalah dokter Kim Taehyung," ucap Ketua Nam sambil memegang pundak dokter baru itu.

"Saya Kim Taehyung, panggil saja dr. Kim," ujar dr. Kim sambil membungkuk beberapa derajat untuk sekedar memberi salam. Kami semua juga membungkuk untuk membalas salamnya.

"Dr. Kim ini baru saja pindah dari Amerika, saya harap kalian semua bisa bekerja sama dengannya," ucap Ketua Nam lagi.

"Baiklah, kalian semua bisa keluar. Dr. Kim, selamat bekerja di rumah sakit kami," kami semua lalu bergegas keluar. Aku yang berjalan paling belakang baru saja akan keluar dari ruangan Ketua Nam ketika aku merasakan genggaman tangan di pergelangan tanganku. Aku berbalik.

"Ya? Ada apa sajangnim?" Tanyaku pada Ketua Nam sambil berusaha melepaskan genggamannya dari pergelangan tanganku.

"Ehm, kau tidak menerima pesanku semalam?" Tanyanya.

"Pesan?" Aku sedikit berpikir, "ah, yang semalam itu."

"Kenapa tidak kau balas?" Tanyanya lagi.

"Karena nomornya tidak kukenal, kupikir orang iseng saja. Jadi tidak kubalas. Maaf, sajangnim," ucapku sambil berusaha tersenyum di tengah rasa grogiku.

"Baiklah, aku mengerti. Lain kali, balas pesanku dan angkat teleponku, ya," ada apa dengan ketua Nam ini?

"Ba-baiklah sajangnim. Kalau begitu saya permisi dulu," aku membungkuk lalu bergegas keluar ruangan.

"Ah, dan satu lagi, Ryu Sujeong-ssi, tidak usah memanggilku dengan panggilan formal seperti itu jika hanya kita berdua, panggil dengan namaku saja," ucapnya dari belakang.

"Baiklah sajang-eh..maksudku, Woohyun-ssi," ucapku lalu membungkuk sekali lagi dan bergegas mengambil langkah cepat untuk menjauh dari ruangan Ketua Nam.

Sepertinya itu kode vrooh:v

-------------------------

"Sujeong-ah, dari mana saja kau?" Tanya Kei eonni sambil berjalan ke arahku.

"Ah, tadi ada yang Ketua Nam ingin bicarakan denganku. Bukan hal penting, eonni," kataku sambil tersenyum.

"Ayo cepat, katanya dr. Kim ingin rapat dengan anggota timnya, di ruangannya, sekarang," kata Kei eonni sambil menarik tanganku.

Sesampainya di ruangan dr. Kim, ternyata anggota timku yang lain sudah ada di sana.

"Perawat Kim, dr. Ryu, dari mana saja kalian?" Tanya perawat Jeon pada kami setelah kami berdua duduk.

"Tadi aku menunggui dr. Ryu," ucap Kei eonni sambil melirikku.

"Saya harap setelah ini kalian berdua akan lebih tepat waktu untuk rapat-rapat seperti ini," ucap dr. Kim tiba-tiba sambil melirik arloji silver miliknya.

Wah, dia bahkan berbicara tanpa melihat lawan bicaranya, hebat. Batinku.

"Ada masalah?" Tanya dr. Kim sambil melirik padaku. Eh, padaku? Apa dia mendengar suara batinku tadi?

"Eh..ti-tidak dr. Kim," jawabku sambil menggelengkan kepalaku cepat.

"Oke, saya ingin kalian memperkenalkan diri kalian masing-masing, singkat saja, cukup nama, dan spesialisasi kalian. Karena saya belum sempat membaca biodata kalian satu persatu," ucap dr. Kim dengan nada datar dan cenderung dingin.

Sombong. Kata itu yang terpikirkan olehku. Tanpa sadar aku memutarkan bola mataku, tanda tak suka. Perawat Jeon yang duduk di sebelahku langsung menyikutku. Untung saja dr. Kim tidak menyadarinya.

"Di mulai dari..kau," ucap dr. Kim sambil mengarahkan dagunya padaku.

Tidak sopan sekali dia! Batinku terasa memberontak.

"Ehm..saya dr. Ryu Sujeong, bagian anestesi," ucapku singkat. Dr. Kim terlihat mengamatiku sekilas. Setelah itu anggota timku yang lain juga memperkenalkan diri mereka satu persatu.

"Baiklah, karena saya sudah tahu nama dan spesialisasi kalian semua, saya akan mempertegas sedikit kepada kalian. Saya tidak suka anggota tim yang tidak fokus pada saat operasi, selain itu, jangan melibatkan perasaan pribadi, jika kalian melakukan salah satu di antaranya, saya tidak akan segan mengusir kalian dari ruang operasi," ucapnya dingin, "saya juga tidak mentolerir adanya kecerobohan saat operasi berlangsung," sambungnya.

Kasar sekali kata-katanya. Batinku.

Rapat telah selesai. Kami semua diperbolehkan untuk keluar dari ruangan dr. Kim. Aku lalu mengambil ponselku dan menuliskan uneg-unegku selama rapat tadi di memo ponselku. Itu sudah menjadi kebiasaanku.

Dingin sekali
Kasar
Kau bisa bicara baik-baik
Hei, kalau bicara, tatap mata lawan bicaramu
Sombong sekali
Tidak sop-

Aku baru saja akan menyelesaikan kalimat yang satu itu ketika seseorang tiba-tiba menarik ponselku.

"Hei!" Aku hendak memprotes orang yang mengambil paksa ponselku, namun setelah melihat pelakunya, aku hanya bisa menelan protesku bulat-bulat.

"Ck ck ck, sepertinya orang yang kau maksud di memo ini sangat menyebalkan, ya, dr. Ryu," ucap dr. Kim sambil menatap layar ponselku.

"Ah, tidak juga dr. Kim," ucapku sambil dengan hati-hati mengambil ponselku dari tangan dr. Kim, lalu membungkuk (untuk memberi hormat), kemudian kabur secepat kilat.

----------
Vote+comment gaes!!

In The HospitalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang