Chapter 10

366 64 3
                                        

Author P.O.V

"Model terkenal, Shin Ahri, dilaporkan telah mengalami kecelakaan lalu lintas pagi ini. Mobil BMW silver yang ia kendarai menabrak pembatas jalan setelah sebelumnya diserempet sebuah minibus. Belum ada kabar resmi dari pihak agensi mengenai keadaan model cantik tersebut. Namun, kabarnya ia telah dilarikan ke Rumah Sakit Universitas Yeondae untuk mendapatkan pertolongan medis."

Rumah sakit benar-benar ramai saat ini. Para wartawan masih menunggu di luar UGD setelah sebelumnya telah diusir oleh pihak keamanan dan beberapa orang dari agensi Shin Ahri. Ahri sendiri dilarikan ke rumah sakit dengan luka di kepala, lengan, serta kakinya. Sekarang ia sedang ditangani oleh dokter ortopedi karena menurut hasil x-ray tulang lengannya sedikit retak.

"Ckck, beritanya cepat sekali tersebar ya, di luar sangat banyak wartawan," Sujeong berbicara sendiri sambil menoleh ke arah pintu kaca UGD.

"Maklumlah, Shin Ahri adalah model terkenal," sahut Jimin yang tiba-tiba datang dengan Taehyung di sampingnya.

"Lagian, justru aneh jika tidak ada wartawan disaat seperti ini," ucap Taehyung datar lalu berlalu begitu saja.

"Yah! Tae-um-maksudku dr. Kim! Kenapa meninggalkanku? Bukankah kau ingin kutemani untuk pergi melihat keadaan Ahri?" Teriakan Jimin tidak digubris oleh Taehyung. Pria itu hanya melambaikan tangannya-isyarat tidak perlu-.

"Hih, cuek sekali. Aku tak menyangka kau ingin berteman dengannya dr. Park," Sujeong mendelik ke arah Taehyung yang semakin menjauh.

Jimin memasukkan tangannya ke dalah saku jas dokternya."Yah, aku sudah terbiasa dengan sikapnya itu. Kami kan sudah berteman sejak SMP."

"Benarkah? Kenapa kau tidak pernah cerita?" Sujeong sedikit terkejut.

"Memangnya itu hal yang penting untuk dibicarakan, ya?"

"Um..tidak juga, sih," Sujeong menaikkan bahunya. "Ehm, tapi dr. Park..," Sujeong menepuk-nepuk pelan lengan Jimin, "...jadi dr. Kim itu memang dingin begitu sejak dulu ya?"

"Yah, dr. Ryu, bagaimana jika begini saja, aku menceritakan padamu tentang Taehyung dan sebaliknya kau menceritakan tentang perawat Kim padaku?" Jimin menaikturunkan alisnya.

"Jadi kau benar-benar menyukai Kei eonni, ya, dr. Park?" Sujeong menyeringai licik.

"Um, sepertinya begitu," Jimin tersenyum gugup sambil menggaruk tengkuknya yang sebenarnya tidak gatal. "Jadi, dr. Ryu, kuanggap kau setuju, oke? Kita bicarakan di ruang istirahat dokter saja. Takutnya ada orang lain yang mendengar."
--------

Sujeong P.O.V

"Jadi, sebenarnya Taehyung itu kepribadiannya 11-12 denganku, bahkan lebih parah, tapi dia memang cukup dingin pada orang baru terutama wanita," jelas dr. Park.

"Ah, jadi bukan karena ia membenciku atau apa begitu?" Tanyaku.

"Tentu saja. Kau hanya belum dekat dengannya."

"Tapi dr. Kim itu benar-benar sulit didekati, dr. Park. Padahal aku sendiri tidak terlalu bisa bekerja sama dengan orang yang tidak akrab denganku," ujarku sambil mengetuk-ngetukkan jari di atas meja.

"Mungkin kalian hanya butuh waktu untuk jadi lebih dekat. Tapi dr. Ryu, kau benar-benar yakin tidak menyukai dr. Kim atau sejenisnya? Pertanyaanmu itu hampir sama dengan pertanyaan perawat-perawat yang kagum pada Taehyung," dr. Park tersenyum penuh arti.

"Dr. Park, aku 'kan sudah bilang tidak," sergahku.

Tidak, kan?

"Baiklah, baiklah," dr. Park masih menatapku curiga. "Sekarang jawab pertanyaanku tentang perawat Kim," dr. Park lalu membetulkan posisi duduknya.
------------
Author P.O.V

Sudah dua hari Ahri dirawat di rumah sakit karena tulang lengannya yang retak dan luka di kepalanya. Untung saja tidak ada luka dalam yang dia derita karena kecelakaan itu. Menurut dokter yang menanganinya, besok ia sudah bisa pulang.

"Tae-ya," Ahri terbangun dari tidurnya mungkin karena mendengar suaraku ketika menutup pintu kamar inapnya.

"Ah, kau sudah bangun? Bagaimana keadaanmu?" Aku mendekati ranjangnya.

"Sudah baikan, Tae," ia tersenyum, "besok aku sudah bisa pulang 'kan? Aku sedikit tidak nyaman dengan pakaian rumah sakit ini."

"Tentu."

"Tae.." Ahri memandang Taehyung lekat.

"Ya?"

"Kau masih mengingat janji kita waktu kecil, 'kan?" Ahri masih memasang senyum yang sama.

Dahi Taehyung mengerut. "Yang mana?"

Ahri jadi sedikit gugup. "Um, yang kukatakan waktu wawancara itu."

"Ah, tentu saja. Memangnya kenapa?" Tanya Taehyung.

"Kau masih ingin aku menepati janji itu?" Taehyung sempat terdiam namun kemudian ia tersenyum. Tangannya bergerak untuk menyentuh puncak kepala Ahri, sontak pipi Ahri memerah.

"Yah, kau tidak perlu memikirkan itu. Itu hanya janji polos anak kecil. Kau bebas memilih dengan siapa kau ingin menikah," Taehyung mengacak pelan rambut sahabatnya itu.

"Tapi Tae.."

Srekk

Ucapan Ahri terpotong ketika pintu kamar inapnya terbuka. Sujeong terdiam sebentar setelah pintu kamar inap Ahri terbuka sempurna.

"Uhm..i-itu dr. Kim, a-ada rapat mendadak di aula rumah sakit, katanya semua ketua tim harus hadir," ucap Sujeong sedikit terbata.

"Oh, baiklah," Taehyung merapikan jas dokternya. "Ahri-ya, istirahatlah, aku pergi dulu," Taehyung tersenyum pada Ahri. Namun senyum itu segera menghilang setelah ia berbalik dan berjalan ke arah Sujeong, lebih tepatnya ke arah pintu. Ia lalu berjalan mendahului Sujeong.

Perasaanku aneh sekali. Sepertinya ada yang salah padaku, batin Sujeong. Ia memukul-mukul pelan dadanya yang sepertinya sedang tidak normal, rasanya sesak.
--------

New Update~
Update-annya agak pendek ya? Yah, mumpung lagi ada ide sih, jadi buru-buru ditulis dan gak sempat mikirin untuk nambahin ini itu di chap ini takut idenya jadi hancur dan jadi keluar dari alur.

Okelah see ya on the next chap!

In The HospitalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang