Chapter 9

418 64 3
                                    

Author P.O.V

Setelah wawancara itu rumah sakit jadi lebih sedikit lebih berisik dari biasanya. Ya, berisik oleh curhatan para perawat dan beberapa dokter yang patah hati karena pengakuan Shin Ahri tentang masa kecilnya bersama Taehyung.

Siang itu Taehyung bergegas kembali ke rumah sakit setelah wawancara selesai. Ia bahkan menolak ajakan makan siang dari Ahri karena ia memang harus segera ke rumah sakit. Beberapa menit yang lalu, ia mendapat pesan singkat dari Sujeong bahwa Jimin yang seharusnya menggantikannya untuk operasi siang ini harus ke Busan karena ibunya tiba-tiba pingsan.

"Dr. Kim sudah kembali!" Ujar salah satu perawat ketika melihat Taehyung melangkah masuk ke rumah sakit dengan terburu-buru.

Semua pegawai rumah sakit yang ia lewati memandanginya lekat, dan pria itu tahu apa yang menyebabkan mereka memandanginya seperti itu.

---------
Taehyung P.O.V

Tidak nyaman sekali rasanya berjalan di lorong rumah sakit dengan diiringi tatapan-tatapan yang..entahlah..sulit diartikan dari tiap pegawai rumah sakit yang kulewati. Tapi aku berusaha untuk tidak memedulikan tatapan-tatapan itu, toh, aku sendiri sudah tahu bahwa wawancara tadi pasti akan cukup menghebohkan rumah sakit.

"Perawat Min!" Aku memanggil perawat Min yang nampak baru saja keluar dari kamar pasien. Perawat Min berbalik lalu sedikit membungkuk.

"Apa pasien di kamar ini sudah di pindahkan ke ruang operasi?" Tanyaku sekedar basa-basi. Sebenarnya aku hanya ingin menghilangkan kecanggunganku setelah menjadi pusat perhatian di lorong rumah sakit.

"Sudah, dr. Kim. Tim operasi anda sudah menunggu di ruang operasi," jelasnya.

"Oh, baiklah, terima kasih," aku berlari kecil ke ruanganku untuk menggantung jas dokterku lalu mengganti kemeja biru dongker yang kukenakan untuk wawancara tadi dengan baju biru muda-baju praktek dokter.

Sesuai kata-kata perawat Min, semua anggota tim operasiku telah siap di dalam ruang operasi. Hei, apa ini hanya perasaanku atau dr. Ryu sepertinya memang mendelik tajam padaku ketika aku memasuki ruang operasi? Ah, mungkin ia sebal karena terlalu lama menunggu kedatanganku.

"Semuanya sudah siap dr. Kim," ucap dr. Lee ketika aku telah selesai mempersiapkan diri untuk memulai operasi.

"Bagaimana kondisi organ vitalnya?" Tanyaku pada dr. Ryu.

"Tekanan darah dan denyut jantungnya stabil, dok. Tapi kadar oksigen dalam darahnya sangat rendah, sepertinya mulai terjadi pembengkakan di alveolus pasien," jelasnya.

Setelah mendengar penjelasan dr. Ryu aku segera memulai operasi sebelum keadaan pasien ini semakin memburuk.

----------
Author P.O.V

Operasi itu berjalan cukup lancar. Meskipun di tengah jalannya operasi sempat terjadi sedikit pendarahan, namun masih dapat diatasi oleh Taehyung.

"Dr. Kim sunbae!" Seseorang memanggil Taehyung dari belakang. Taehyunh menoleh dan mendapati Kang Somin sedang berjalan menghampirinya dengan espresso kalengan di tangannya.

Kang Somin adalah seorang mahasiswa intern di rumah sakit Yeondae. Sejak pertama kali melihat Taehyung, Somin telah terpesona dan jadilah ia selalu berusaha mendekati Taehyung. Meskipun ia telah mendengar dari banyak pegawai rumah sakit bahwa Taehyung adalah seseorang yang dingin dan sulit di dekati, namun Somin nampak tidak peduli dengan itu semua.

"Sunbae, saya dengar sunbae baru saja menyelamatkan seorang pasien lagi, ya?" Tanya Somin sesaat setelah ia menghampiri Taehyung.

Taehyung hanya mengangguk kecil.

"Wah, sunbae hebat sekali! Ehm, ini untuk sunbae," Somin menyerahkan espresso kalengan di tangannya pada Taehyung.

"Ah, tidak perlu," Taehyung menolak untuk mengambil espresso itu, "dan operasi itu..sudah menjadi tugasku untuk menyelamatkan pasien jadi menurutku tidak ada yang hebat dari itu. Kembalilah bertugas," Taehyung lalu melangkah pergi meninggalkan Somin yang masih tidak percaya dengan yang didengarkannya tadi.

"Wah, dingin sekali. Tapi itu membuatnya tambah keren," ujar Somin sambil tersenyum sumringah. Sepertinya ia benar-benar menyukai Taehyung.

-----------
Sujeong P.O.V

Ah, lelah sekali. Rasanya sudah seminggu ini tak ada hari tanpa operasi.

"Eonni!" Suara Yein yang khas membuatku menoleh untuk mencari di mana sang pemilik suara berada. Itu dia. Yein berjalan menghampiriku dengan dua cup kopi instan di tangannya.

"Eonni, kenapa tadi pergi begitu saja? Bahkan wawancara dr. Kim tadi belum selesai," tanyanya sambil mendudukkan diri di kursi sebelahku.

"Ah, itu, tadi aku kebelet ingin ke WC. Sebenarnya setelah ke WC aku ingin kembali ke kantin, tapi aku bertemu dr. Park yang sedang panik karena ibunya tiba-tiba pingsan, jadi ia harus ke Busan. Padahal ia punya jadwal operasi," jelasku sambil merenggangkan badanku.

"Lalu?" Tanya Yein lagi.

"Ehm, sebelum aku melanjutkan ceritaku, bisakah kau memberikanku kopi -yang sepertinya untukku- yang berada di tanganmu itu?" Aku menunjuk cup kopi di tangan Yein.

"Ah iya, ini eonni."

Aku menyeruput kopi cup itu. Lalu melanjutkan ceritaku yang tadi terpotong termasuk aku yang harus menghubungi dr. Kim beberapa kali untuk segera kembali ke rumah sakit dan menggantikan dr. Park.

"Hei!" Kei eonni menepuk pundakku.

"Ah, duduk sini, eonni," aku menepuk-nepuk tempat duduk di sebelahku dan Kei eonni segera duduk di tempat itu.

"Eonni! Kata Sujeong eonni ibu mertuamu sedang sakit, ya?" Tanya Yein dengan wajah serius. Aku sendiri sempat bingung dengan apa yanh baru saja ia katakan tapi kemudian otakku seolah bekerja dengan cepat.

Ah, benar juga..

"Ibu mertua? Maksudmu? Aku bahkan tidak punya pacar Yein-ah," dahi Kei eonni sedikit berkerut, bingung.

"Ibu dr. Park sedang sakit eonni," aku mencolek lengan Kei eonni sambil tersenyum licik.

"Apa?" Kei eonni jadi semakin bingung.

"Loh, bukannya ibu dr. Park berarti ibu mertua eonni?" Yein memasang ekspresi bingung yang dibuat-buat.

"Ya! Jeong Yein! Apa-apaan kau ini!" Kei eonni menyentil dahi Yein sementara aku mulai tertawa tanpa suara, "-kau juga Sujeong-ah!" Dan sentilan Kei eonni berhasil mendarat di dahiku. Aku dan Yein meringis kesakitan.

"Huh, hanya aku yang tidak punya gebetan di sini," ujar Yein tiba-tiba sambil mengerucutkan bibirnya.

"Tenang Yein-ah, 'kan aku juga sama," aku menepuk-nepuk pundak Yein namun ia langsung menepis tanganku.

"Apa maksud eonni? Eonni 'kan juga punya..." Yein menoleh, "-dr. Kim."

"Ya! Jeong Yein! Ckck, berhentilah mengatakan aku menyukai dr. Ki-," ucapanku terpotong saat dr. Kim tiba-tiba melintas di depanku.

"Hahaha, seharusnya kau melihat ekspresimu ketika dr. Kim tiba-tiba lewat, eonni!" Dan Yein tak bisa berhenti tertawa ketika dr. Kim sudah menghilang dari pandangan kami.

--------
Maafkan update yang mungkin membosankan ini. Pengennya bikin Taejeong moment di part ini, tapi kayaknya nggak memungkinkan. Tapi author akan usahakan ada Taejeong moment di part selanjutnya.

Keep reading yoo~


In The HospitalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang