Chapter 8

456 67 7
                                    

Sujeong P.O.V

"Tadi pagi kau dipanggil ke ruangan Ketua Nam, ya?" Kei eonni mencolek lenganku.

"Ya, itu tentang masalah kemarin," jawabku santai.

"Ah, iya, jadi masalah kemarin bagaimana?" Tanya Kei eonni antusias.

"Ya, pria itu ternyata ingin mencuri obat demam di mini market itu untuk anaknya yang sedang sakit. Dia tidak punya uang untuk beli obat, jadi akhirnya ia memilih untuk mencuri," jelasku. Kei eonni nampak serius mendengarkan.

"Begitu, ya? Kasihan juga sebenarnya."

"Aku juga berpikiran sama eonni, jadi tadi aku dan dr. Kim menyarankan pada Ketua Nam untuk tidak perlu memperpanjang masalah ini. Lagipula, pemilik mini market itu juga tidak mempermasalahkan masalah ini," lanjutku.

"Ngomong-ngomong soal dr. Kim, acaranya pukul 12 siang 'kan?" Tanya Kei eonni sambil melirik jam tangan pink kesukaannya.

"Ya, sepertinya begitu. Lihat saja, sudah banyak pegawai rumah sakit yang sedang tak ada shift telah duduk manis di kantin ini," ucapku santai sambil menyeruput kopi kalengan yang baru saja kubeli.

"Eonni, tapi bukankah dr. Kim habis terluka, ya? Kukira wawancaranya tidak jadi," Yein tiba-tiba muncul entah dari mana dan langsung memasuki pembicaraanku dan Kei eonni.

Aku mendesah perlahan. Sebenarnya, jika mengingat kejadian kemarin aku jadi sedikit merasa bersalah pada dr. Kim. Bagaimanapun, ia terluka karena ingin menyelamatkanku dari sanderaan pria itu.

Tak!

"Aw!" Aku meringis ketika kurasakan seseorang menjentikkan jarinya di dahiku, "Yein-ah! Itu sakit," aku mendelik tajam pada si pelaku.

"Hahaha, maaf eonni," Yein menyengir dengan wajah tanpa dosa, "habisnya, eonni ditanya, bukannya menjawab malah melamun," lanjutnya.

"Ah, benarkah? Em..apa pertanyaanmu tadi?" Kini giliran aku yang memasang wajah tanpa dosa.

"Eonni!" Ujar Yein sambil menumbuk-numbuk meja beberapa kali. Ah, sifat kekanakannya muncul lagi.

"Yein tanya, bukankah dr. Kim baru saja terluka? Kenapa masih ingin wawancara?" Ujar Kei eonni.

"Ooh, yaa, seharusnya memang tidak usah wawancara, tapi tadi pagi dr. Kim bilang tetap ingin melakukannya dengan alasan profesionalisme," ujarku santai dengan dagu yang bertengger manis di telapak tanganku, "ah, profesionalisme apaan? Dr. Kim kan sedang sakit, bagaimana jika nanti lukanya jadi parah? Luka kemarin 'kan cukup dalam," lanjutku. Tanpa kusadari Yein dan Kei eonni daritadi hanya menatapku yang sedang mengoceh.

"Sudah selesai omelannya?" Tanya Kei eonni sambil menatapku ngeri.

"Eonni, kenapa kau begitu perhatian kepada dr. Kim, huh? Ah, aku curiga," Yein mengelus-elus dagunya seolah sedang berpikir keras.

"Eh, maksudmu? A-aku..ti-tidak..ah kenapa aku jadi gagap begini?" Ucapku sambil menutup mulut dengan telapak tanganku.

"Yah, eonni...jadi kau..?" Yein menyeringai licik.

"Hei, tidak! Aku tidak menyukai dr. Kim!" Ujarku pelan namun cukup tegas.

"Ah, aku tidak bilang apa-apa loh, eonni. Itu eonni sendiri yang bilang. Aku tadi hanya ingin bilang, 'jadi eonni sekarang sudah sangat akrab dengan dr. Kim,ya?' Aku bahkan tidak menyebutkan bahwa eonni mungkin menyukai dr. Kim," seringaian Yein semakin melebar. Yah, aku telah jatuh pada perangkapnya.

"Yah! Yein-ah, kau.." aku sudah bersiap-siap menimpuk kepalanya.

"Hush! Sudah! Wawancaranya sudah dimulai," ujar Kei eonni sambil menunjuk layar besar di yang berada tepat di depan meja kami. Ah, oke, Yein-ah, kali ini kau selamat.

Selamat siang pemirsa...

-------
Author P.O.V

Dan wawancara itupun di mulai.

"Dr. Kim, apa alasan anda hingga memilih untuk menjadi seorang dokter?" Tanya pewawancara itu.

"Sebenarnya ada banyak alasan yang membuat saya tertarik untuk menjadi seorang dokter. Salah satunya, saya berpikir dokter itu pekerjaan yang mulia. Menjadi dokter itu memiliki tantangan tersendiri. Dan sekarang saya sangat menikmati rasa lega yang saya rasakan tiap kali berhasil mengobati pasien," jawab Taehyung dengan santai namun lugas.

Wawancara itu berjalan lancar. Taehyung banyak ditanya tentang masalah kedokteran dan kesehatan. Bahkan dibuka pula sesi tanya jawab bagi penonton di studio.

"Baiklah, terima kasih atas jawabannya, dr. Kim. Sekarang, sebagai kejutan untuk dr. Kim, kami telah mengundang seorang bintang tamu yang menurut informasi adalah sahabat kecil dr. Kim. Tamu kejutan, silakan masuk," pewawancara lalu berdiri untuk menyambut tamu kejutan itu.

Penonton bertepuk tangan dengan riuh ketika tamu itu menaiki panggung. Taehyung terkejut ketika melihat siapa tamu kejutan itu. Dia adalah Shin Ahri, sahabat masa kecilnya yang sekarang telah menjadi model terkenal. Kemudian wawancara dilanjutkan dengan perbincangan-perbincangan ringan tentang karir Shin Ahri dan masa kecilnya dengan Taehyung. Hingga si pewawancara menanyankan sebuah pertanyaan yang mengejutkan.

"Shin Ahri-ssi, menurut informasi yang kami dapatkan, anda juga ternyata merupakan salah satu alasan dr. Kim menjadi seorang dokter. Apakah benar?" Tanya pewawancara itu pada Ahri.

"Ah, begini, waktu kecil saya pernah jatuh dari sepeda. Kepala saya terluka, sehingga saya harus dirawat beberapa hari di rumah sakit. Waktu itu ada seorang dokter yang saya kagumi. Saya menceritakannya pada Taehyung, tapi dia lalu tiba-tiba cemburu. Katanya saya tidak boleh suka pada orang lain selain dia. Jadi, saya dengan polosnya mengatakan 'makanya kau harus jadi dokter juga, jadi aku hanya akan menyukaimu'. Saya tidak menyangka ternyata Taehyung benar-benar jadi dokter," jelasnya sambil tertawa.

"Haha, waktu itu kami benar-benar masih kecil," ujar Taehyung dengan senyum canggung.

"Apa-apaan itu? Wawancara ini seperti berubah menjadi talk show selebriti. Bagaimana bisa membahas hal itu?" Celetuk Sujeong tiba-tiba. Kei dan Yein yang semula menatap layar TV berbalik untuk melihat Sujeong.

"Memangnya kenapa eonni? Menurutku biasa saja," ujar Yein sambil mengunyah keripik kentangnya.

"Sujeong-ah, kau benar-benar mencurigakan," Kei menatap Sujeong intens seolah sedang menerawang isi pikiran Sujeong.

"Ma-maksud eonni apa?" Sujeong membulatkan matanya.

"Ekspresimu tadi benar-benar sama seperti perawat-perawat itu," Kei menunjuk para perawat yang menatap layar dengan benci.

"Ya, benar, ekspresi perawat-perawat yang mengagumi dr. Kim yang patah hati dan cemburu karena wanwancara itu," Yein menyeringai licik.

"Ah, aku tidak paham apa yang kalian katakan. Aku ke kamar mandi dulu," lalu Sujeong bergegas meninggalkan Kei dan Yein yang masih tersenyum licik padanya.

-------------------
Karena support dari readers, author jadi semangat buat nulis FF ini. Ah~ makasih loh:*

Tetep kasih voment ya, biar author tambah semangat, biar FFnya tambah cepat diupdate~ *modus*

In The HospitalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang