Chapter 7

441 66 9
                                        


Oh oh oh, dokter yang baik hah? Baiklah, aku akan melepaskan anak ini dengan kau sebagai gantinya," ujar pria itu cepat.

--------
Dengan perlahan, Sujeong menghampiri pria itu. Pria tersebut lalu melepaskan anak itu dan menarik Sujeong untuk dijadikan sanderanya.

"Baiklah, sekarang semua orang menjauhlah, aku harus keluar dari rumah sakit ini!" Ujar pria itu dengan lengannya masih mengunci leher Sujeong cukup erat. Perlahan, pria itu melangkah mendekati pintu keluar UGD.

Taehyung menerobos gerombolan orang-orang yang menyaksikan kejadian itu dengan tegang. Ia dapat melihat Sujeong mulai sulit bernapas karena kuncian pria itu cukup kuat dilehernya. Tiba-tiba sebuah ide yang cukup ekstrim terlintas di kepalanya ketika melihat wadah aluminium berisi obat penenang di atas meja administrasi. Tanpa berpikir panjang, ia mengambil satu ampul obat penenang lalu mengisikannya ke dalam alat suntik.

Dengan hati-hati, ia menghampiri pria itu dengan alat suntik di tangannya dari arah belakang. Ia harus waspada mengingat Sujeong yang menjadi sanderanya dan pecahan kaca yang ia pegang.

Grap!

Dengan sigap Taehyung menyergap pria itu dari arah belakang. Sontak, pria itu mengamuk. Taehyung cukup kewalahan menghadapi amukan pria itu. Orang-orang yang menyaksikan kejadian itu semakin panik dan situasi rumah sakit semakin menegangkan.

"LEPASKAN AKU!" Pria itu meronta-ronta berusaha melepaskan diri dari sergapan Taehyung. Kuncian lengannya di leher Sujeong mulai melonggar.

Srak!

Celakanya, saat pria itu meronta-ronta, pecahan kaca di tangan kiri pria itu menusuk bahu kanan Taehyung dari arah depan. Namun, itu justru menjadi kesempatan bagi Taehyung untuk menyuntikkan obat penenang di lengan pria itu. Sambil menahan sakit, Taehyung menahan tangan pria itu di bahunya dengan tangan kanannya, sehingga luka dibahunya mulai terasa perih, lalu dengan sigap menyuntikkan obat penenang tersebut dengan tangan kirinya. Tak lama, tenaga pria itu seolah terkuras habis, Sujeong dengan mudah melepaskan diri dari pria itu. Beberapa orang perawat bergegas menghampiri pria paruh baya yang telah terduduk di lantai rumah sakit itu lalu mengangkatnya kembali ke tempat tidur.

"Dr. Kim! Bahu anda berdarah!" Ujar seorang perawat.

"Benarkah?" Sujeong terkejut saat melihat darah dr. Kim yang menembus jas dokternya.

"Aku tidak apa-apa," Taehyung lalu melangkah pergi sambil memegang bahu kanannya. Namun Sujeong dengan sigap menahannya.

"Ikut aku," Sujeong menarik lengan Taehyung dan membawanya ke ruang istirahat dokter.

-----------
Taehyung P.O.V

Aku hanya terdiam ketika dr. Ryu menarikku ke ruang istirahat dokter. Ya, harus kuakui, luka di bahuku cukup sakit dan nyeri.

Sesampainya di ruang istirahat dokter, aku mendudukkan diri di salah satu ranjang sementara dr. Ryu mengambil obat untuk lukaku.

"Aku tidak apa-apa, dr. Ryu. Ini tidak begitu sakit," aku berusaha meyakinkannya bahwa aku baik-baik saja. Ya, meskipun aku tidak sungguh baik-baik saja.

"Ck, diamlah dan biarkan aku mengobati lukamu dr. Kim," ujar dr. Ryu sambil membuka kotak obat yang dipegangnya.

"Eh, kenapa tidak menggunakan bahasa formal padaku?" Tanyaku saat menyadari ia berbicara informal padaku. Anehnya, itu terasa lebih nyaman.

"Ah, benarkah? Saya tidak.."

"Tak masalah, menurutku begitu lebih baik," potongku.

Aku sedikit meringis ketika dr. Ryu mulai membersihkan lukaku dengan antiseptik.

"Ah! Pelan-pelanlah sedikit dr. Ryu."

"Eh? Bukankah tadi dr. Kim bilang lukanya tidak begitu sakit?" Dr. Ryu menyeringai.

"Ah, itu..." aku mencoba mencari alasan.

"Lagipula kenapa nekad sekali?" Tanya dr. Ryu, "tadi itu sungguh sangat berbahaya dr. Kim."

"Kau juga nekad sekali dr. Ryu!" Ujarku, "bagaimana mungkin kau rela menggantikan anak itu sebagai sandera sementara pria itu memegang pecahan kaca di tangannya."

"Ah," dr. Ryu merogoh saku jas dokternya.

"Ada apa?" Tanyaku.

"Ini, sebenarnya aku sudah menyiapkan obat penenang ini di sakuku," dr. Ryu menunjukkan alat suntik dari saku jas dokternya, "aku berniat menyuntikkan obat penenang ini di lengan pria itu ketika ia lengah. Ck, aku tak mungkin mengambil tindakan berbahaya itu tanpa persiapan apapun, dr. Kim," lanjutnya.

"Ah, begitu ya?" Ucapku sambil menggaruk tengkukku yang sebenarnya tidak gatal. Pantas saja di UGD tadi ada beberapa obat penenang, ternyata dr. Ryu yang mengambilnya dari gudang penyimpanan.

Ah, jika diingat lagi, aku heran pada diriku sendiri yang sangat panik dan khawatir ketika melihat dr. Ryu yang disandera pria itu. Sampai-sampai aku tidak memikirkan bahaya yang akan terjadi padaku hingga aku mengambil tindakan tadi tanpa berpikir panjang.

"Nah, selesai," ujar dr. Ryu yang menyadarkanku dari lamunanku, "ehm, tapi bagaimanapun, terima kasih atas bantuanmu tadi dr. Kim," lanjutnya sambil tersenyum. Entah mengapa senyuman dr. Ryu kali ini terlihat tulus dan aku menyukai itu. Saat itulah, aku menyadari alasan kekhawatiranku pada dr. Ryu.

-----------------
Jengjengjeng~
Bagaimana chapter ini? Mudah-mudahan nggak membosankan.
Maafkan author yang akhir-akhir ini sering slow update.
Oh iya, author juga mau ngucapin terima kasih atas respon kalian di chapter sebelumnya. I lav yu all~

See you on the next chap~

Ttd
Author Jarang Update

In The HospitalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang