"Gue gak minta apa-apa kok, Tav. Kita juga sahabatan. Pokoknya, selama gue pergi, gue minta lo jagain si Oza. Bisa?" tanya Aqilah pada Tavella yang masih mengkerutkan dahinya.
"Maksud lo apaan sih, Lah? Selama lo pergi? Emang lo mau kemana? Sok-sokkan mau pergi segala lo" sindir Tavella sambil tersenyum kecut.
"Gue mau pindah, Tavy. Dan itu artinya gue gak bisa selalu contactan sama si Oza. Tavella please banget, bantu gue" pinta Aqilah sambil memohon pada Tavela.
"Yaudah. Tapi kita jangan sampe lost contact ya, lah. Oza aman kok sama gue. Safe flight ya. Hati-hati nanti kalo berangkat. I love youu aqilaahh" Tavela langsung memeluk sahabatnya itu. Sementara Aqilah hanya tersenyum miris.
"See you di oxford, Tavela" ucap Aqilah kemudian tersenyum tulus dan pergi dari hadapan Tavela.
Secepat itu. Secepat itu waktu membawa seseorang pergi. Tavela menghela nafas. Satu lagi tanggung jawab yang harus dipikul oleh Tavela. Menjaga Oza.
***
Aqilah dan Tavela. Mereka berdua memang sudah bersahabat sejak mereka kelas 5sd. Dan sekarang mereka sudah kelas 1 sma dan you know berapa tahun lamanya persahabatan berlangsung diantara mereka.
Hingga sekarang, Aqilah pergi meninggalkan Tavela untuk pindah sekolah diluar kota.
Tavela melirik jam tangan yang melingkar manis dipergelangan tangan kirinya. Masih ada waktu satu jam lagi sebelum semua siswa dan siswi sekolahnya menuju jam pulang. Dan bagi Tavela ini adalah saat-saat paling melelahkan. Ya, menunggu bel pulang yang tak kunjung bunyi.
Lelah, Tavela segera mengeluarkan headsetnya dan handphonenya. Setelah ia menyetel headset dan menautkannya di telinganya, Tavela segera memilih lagu untuk ia dengarkan.
Hingga tiba-tiba, seseorang duduk disebelah Tavela dan menarik headset sebelah kiri milik Tavela.
"Ah, jamkos ya, dan. Males gue, apalagi ini kelas kayak neraka pula" oceh lelaki disebelah Tavela yang memakai sebelah headset miliknya."Kelas kayak neraka pula juga karena ada lo" celetuk Tavela sambil terkekeh. Sementara, lelaki disebelah Tavela itu hanya mengerucutkan bibirnya tak jelas.
"Tav, kan lo dikasih amanat ngejagain Oza tuh. Mending lo cari oza deh. Entar dia ngegodain cewek lagi" ucap Rakha.
"Ah, dia udah besar, rakhaa. Dia tau mana yang buruk buat dia sama mana yang bagus buat dia" Tavela memutar bola matanya. Jelas saja, Rakha selalu saja membesar besarkan tentang masalah Aqilah yang meminta Tavela menjaga Oza.
"Ya tapi lo tau kan Tavela? Itu amanat dari Aqilah" ucap Rakha sambil memandang Tavela tegas.
"I have my own life, rak. Kalo lo mau, sono jagain Oza buat Aqilah. Gue gak mau dan gak ada untungnya juga buat gue" ucap Tavela kemudian berdiri dan berlalu dari pandangan Rakha.
Rakha menghela nafas. Dania yang kaku, Oza yang memang playboy, dan Dia. Dia yang masih terjebak dalam satu nama perempuan. Aqilah. Kenapa mencoba mengikhlaskannya harus sesakit ini?
Rakha melihat sejenak bangku yang tadi Tavela tempati. Jepit Tavela terjatuh dan entah kenapa Rakha tersenyum. Ia menolehkan kepalanya ke belakang. Disana Tavela bersama Ozka sedang bersenda gurau. Segera Rakha ambil jepit itu dan ia menyimpannya tepat di saku celananya.
"Rakha, lo gak mau bolos ke kantin gitu? Elah, baru aja 5 hari Aqilah pergi, masa lo uring-uringan sih? Lagian ada gue. Udah deh, let it flow aja" ucap Muthia kemudian menepuk bahu Rakha pelan.
"Omongan lo memang gampang, mut. Tapi bagi gue, itu susah ngejalaninya" Rakha tersenyum tipis kemudian berjalan menuju tempat Tavela dan Ozka.
"Tavela" yang dipanggil pun membalikkan badannya sambil mengangkat alisnya. Mengisyaratkan kata 'apa' dari tatapannya.
"Jepit lo jatuh. Maaf, mungkin gue terlalu care sama Aqilah sampe gue gak merhatiin diri gue sendiri" Rakha hendak berbalik sebelum tangan Tavela menahannya.
Dengan langkah ringan, Tavela menarik tangan Rakha keluar kelas. Ya, mengingat keadaan kelas seperti pasar ikan yang berbau amis dan ricuh.
"You know what, rakha? Lo harus move on. Dan kalo lo mau, i can help you. Inget Rak, gue disini" ucap Tavela sambil tersenyum lembut.Karena bagi Rakha, menyayangi Aqilah dengan sepenuh hati adalah kebiasaan tersendiri baginya. Dan ia sendiri tidak bisa menghilangkan kebiasaan itu.
Dan bagi Tavela, mencintai Rakha sudah seperti bagian dari dirinya. Seperti ia bernafas. Sudah menjadi kebiasaan sehari-harinya. Tavela membalikkan badannya kemudian tersenyum miris sambil masuk ke kelas.
"Tavela kenapa?" Tanya Ozka lalu mengibaskan rambutnya pelan. Tavela tersenyum lembut kemudian menggeleng.
"Ka, setiap orang punya hak untuk mencintai kan ya? Tapi kenapa harus sesakit ini?"ucap Tavela pada akhirnya sambil tersenyum miris."Tavela sayang, selalu ada badai di kehidupan. Dan yang harus lo lakuin adalah jadi pelangi ditengah badai,Dan. Gue tau lo kuat, tapi percuma kalo lo kuat tapi lo gak bisa bertahan. Bertahan ya" ucap Ozka sambil tersenyum.
Ia memulai memeluk sahabatnya itu. Tavela dan segala sikap kerumitannya. Dan entah perasaan bersalah menyelimuti Ozka.Ozka mencintai Rakha.
***
Hai guys, gue tau ini abal abal banget. Tapi guys, ini adalah cerita baru dari gue. Karena ide habib dan hanum telah lenyap dari hidupku. Eak.
Dan guys, jangan lupa vote dan comments. Oh ya, pemerannya gue udah dapet. Tapi, part selanjutnya aja deh ku kasih tauu.
Ah maaaf kalo ada typo yak. Selamat membaca. Ai lope yu
Vienzoo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vapor
Teen FictionKadang Tavela heran, mengapa kisahnya bisa seperti ini. Dikhianati orang orang terdekatnya, dan berbagai macam masalah lainnya. Dan setelah semuanya, Tavela masih saja terjebak dalam perasaan yang sama. Selalu seperti itu. Ia lakukan secara teratur...