Tavela mengerjapkan matanya ringan. Gadis itu sedikit kebingungan. Sudah berapa lama ia tertidur? Kenapa rasanya sudah lama sekali ia tertidur? Ia melirik jam yang tergantung rapi di dinding kamarnya.
Masih jam 5 sore. Tavela memutar kembali ingatannya. Iya, terakhir kali ia mengerjakan soal fisika hingga membuatnya tertidur seperti ini. Tavela melihat kalender dan mendapati besok tanggal merah. Perempuan itu sangat girang.
Gadis itu segera turun dari kasurnya dan beranjak menuju kamar mandi untuk mandi. Yah sesekali jalan-jalan tidak apa apa bukan?
Setelah mandi, Handphone Tavela berdering. Perempuan itu mengernyitkan dahinya kemudian nelihat id callernya. Rakha. Perempuan itu menghembuskan nafasnya.
"Halo rakha ada apa tumben nih?" Tavela berbasa basi sambil mencoba menetralkan detak jantungnya.
"Tumben? Meet up yok? Starbucks di mall biasanya mau ga?" ajak Rakha diseberang telephone.
Tavela menjauhkan handphonenya kemudian menarik nafas sebelum mengiyakan ajakkan Rakha.
"Ayodah, gue ganti baju dulu" setelah mengucapkan kalimat tersebut, Tavela mematikan handphonenya.
Perempuan itu berdiri didepan cermin melihati pantulan dirinya. Ia memegang kedua pipinya. Kenapa perempuan mudah sekali jatuh cinta? Giliran disuruh melupakan, susahnya minta ampun.
Tavela menghela nafasnya kemudian memantapkan didalam hatinya.
"Tavela, lo pasti bisa"
Kemudian Tavela tersenyum dan menyambar kunci motornya.***
"Dasar gorbon. Lemot banget jadi orang. Nunggu dari tadi akutu" ucap Rakha dengan nada ala anak kekinian jaman sekarang.Tavela memutarkan bola matanya ketika mendengar omongan Rakha. Gadis itu sangat benci apabila ia mjlai dipanggil gorbon atau gorila kebon.
"Dih, untung untungan aja kha gue mau dateng. Traktir gue, kha. Capek akutu" Tavela meniru omongan Rakha dan membuat lelaki itu mendelikkan matanya.
Rakha tertawa didepan Tavela. Dan melihat tawa Rakha, hati Tavela berdesir. Perasaan itu kembali muncul. Perlahan, detakkan jantungnya bertambah.
"Lu kenapa Tav? Diem doang. Gue kesini mau minta masukkan sama ngasih tau kabar"Ucap Rakha sambil meneliti Tavela secara detail.
Tavela tersenyum menenangkan dan memilih untuk segera memesan minuman guna menetralisirkan detakkan jantungnya.
Setelah memesan, Tavela duduk didepan Rakha. Lelaki itu tersenyum ceria. Cerianya Rakha benar benar membuat kebahagiaan sendiri bagi Tavela.
"Tav, biasanya cewek sukanya apa?" Tanya Rakha sambil tersenyum.
"Tergantung tipe ceweknya. Kalo ceweknya tipe tomboy gitu kek gue ya sukanya sepatu, makanan, sama bunga. Tapi tergantung sih kalo bunga" Tavela menjawabnya kemudian tersenyum.
"Kalo cewek kek Bella?" Tanya Rakha kemudian tersenyum.
Tavela mengerutkan keningnya. Apa maksud Rakha bertanya tanya tentang Bella? Tavela tersenyum.
"Ya kek yang gue sebutin tadi. Emang kenapa?" Tavela menatap Rakha detail.
"Pertama, gue suka sama Bella dan udah mantepin hati mau nembak Bella. Kedua, Oza dapet musibah. Dia pindah sekolah ke Singapore" Terang Rakha.
Tavela membelalakkan matanya. Bukan tentang Rakha dan Bella. Tapi ini tentang Oza. Ada apa dengan lelaki itu?
"Dia kenapa?" Tanya Tavela to the point kemudian menundukkan kepalanya. Bagaimanapun juga, Tavela pernah berbahagia dengan Oza.
"Mana gue tau. Bantuin gue nembak Bella besok. Gue traktir lu, Tav" Raut muka Tavela berubah. Sangat mudah memang berpura pura akting bila ia baik-baik saja didepan Rakha.
"Ya liat aja besok ya, kha. Kapan Oza berangkat?" Tanya Tavela pada Rakha.
"25 menit lagi pesawatnya take off. Mau nyusul? Deket loh ini dari bandara" Tanpa basa basi Tavela menarik tangan Rakha dan menyuruh Rakha segera mengegas motornya.
10 menit kemudian, mereka sampai dibandara. Tavela segera turun dan berlari menuju terminal keberangkatan.
Dan disitulah Oza mengenakan mantel tebal dan menggeret kopernya. Tanpa basa basi, Tavela segera berlari dan memeluk Oza. Yang dipeluk hanya kaget dan melihat gadis yang memeluknya itu.
Oza melihat Tavela yang sudah sedikit terisak ketika gadis itu memeluknya. Oza menghela nafasnya kemudian meletakkan kopernya dan membalas pelukkan gadis itu. Oza mengelus rambut Tavela pelan.
"Kenapa lu pergi gak bilang bilang sih?" Tanya Tavela yang keadaannya masih didalam pelukkan Oza. Oza tidak menjawab. Lelaki itu malah mengecup puncak kepala Tabela lembut.
"Kalo lu bisa tav, Love me now. Gue emang dapet lu. Tapi hati lu? Tetep buat Rakha. Sakit ye kan?" Oza melihat Tavela yang sekarang sudah melihatnya.
Tavela terdiam.
"Gue sakit, Tav. Gue sayang sama lu. Gue gamau lu sakit kek gue. Gue pengen lu bahagia. Lupain lelaki laknat kek Rakha. Cari cowok yang lebih baik dari Rakha. Gue yakin lu bisa kok" Oza tersenyum tulus.
Dengan susah payah Tavela menahan air matanya agar tidak jatuh.
"Kamu pantes dapet cowok yang lebih baik dari Rakha. Rakha gacocok buat kamu, Tav. Entahlah itu semua terserah lu" Oza mengelus pelan ujung kepala Tavela dengan penuh kasih sayang.
Dan inilah. Air mata Tavela tumpah. Gadis itu memeluk Oza lagi.
"Makasih ya udah biarin gue milikkin lu, walaupun bentar doang wkwk. Makasih udah buat gue bahagia sama lu, Tav. You deserve someone better than me, really." Oza tersenyum tulus pada Tavela yang sedang menangis dipelukkan Oza.
Rakha baru saja datang dan berdiri melihat Tavela menangis dalam pelukkan Oza. Rakha tersenyum.
"Udah ah lepasin gue. Gue mau berangkat dengan tenang. Tavela baik baik ya disini. Jangan lupain Oza. Oza sayang Tavela" Pelan, Oza melepaskan pelukkan Tavela kemudian mencium kening gadis itu lama.
Tavela sudah tidak dapat menahan isakkan tangisnya lagi.
"Sana sama Oza. Tavela juga sayang Oza." Dan itu adalah saat terakhir. Dan setelah itu juga, Oza pergi. Benar benar pergi.
Tavela berbalik menghadap Rakha kemudian memeluk lelaki itu. Rakha mengelus punggung Tavela lembut. Berusaha menenangkan.
"Gak capek apa nunggu gue terus? Ada orang yg lebih baik buat lu. Jangan nunggu gue yg gapasti" Rakha melepaskan pelukannya dan tersenyum kecil sebelum berlalu.
Satu kali ini yang ada dipikiran Tavela. Apakah dia harus menunggu Rakha, atau berusaha mencintai Oza? Sebelum semua terlambaat bukan?
***
WELL DONE GUE GABUNTU AKHIRNYA
makasih nih yang setia ngevote dan komen mwah mwah buat kalian
JANGAN JADI SILENT READER PLIS 😭
maap kalo apdetnya lama. sa sayang kalian
Vienzo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vapor
Teen FictionKadang Tavela heran, mengapa kisahnya bisa seperti ini. Dikhianati orang orang terdekatnya, dan berbagai macam masalah lainnya. Dan setelah semuanya, Tavela masih saja terjebak dalam perasaan yang sama. Selalu seperti itu. Ia lakukan secara teratur...