Tavela melonjak kegirangan ketika mengetahui skornya lebih besar dari Bella dalam bermain pacman. Dan saat ini, Tavela dan Bella sedang bersantai-santai dikamar Tavela. Ya, pada awalnya mereka memang berniat mengerjakan tugas. Tapi pada akhirnya ya, you know about girl lah ya.
"Anjing, gak sudi gue kalah dari dugong tutul kayak lo, Tav. Nggak, nggak, nggak" ucap Bella.
Gadis itu berteriak seraya menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia menatap nanar Tavela yang sedang melonjak kegirangan.
"Gue seneng menang dari lo, Bellanying. Oh ya, btw ini udah jam 7, lo gak kena marah gitu lama-lama disini?" tanya Tavela heran.
Pasalnya, mamanya akan memarahinya habis-habisan jika main dirumah teman tanpa ingat waktu.
"Eh, gue pergi pagi pulang shubuh aja gak ditanyain kok. Eh, gue nginep ya? Gue udah siapin baju seragam kok di tas. Buku gue udah ada dilaci semua. Ya ya?" pinta Bella sambil memasang puppy eyes.
Tavela mengangguk, tetapi separuh hatinya ia heran pada Bella. Ada apa dengan perempuan itu?
"Eh anying, gue mau mandi doloe. Boleh gak non Tavela?" ucap Bella sambil tersenyum usil.
"Mandi aja, jir. Ketek lo baunya kemana-mana" sindir Tavela kemudian menutupi hidungnya.
Sementara Bella pergi mandi, Tavela berdecak ketika seseorang mengetuk pintu rumahnya. Dengan terpaksa, ia membukanya dengan keadaan tidak ikhlas.
Apalagi, pertama kali yang ia lihat adalah muka dari Oza. Tavela memutar matanya sebal. Untuk apa anak ini kesini? Menganggu kesenangannya saja.
"Ngapain lo kesini? Ganggu kesenangan gue sama Bella aja. Pergi lo!" usir gadis itu dengan suara sinisnya.
Sementara, lelaki dihadapan Tavela hanya tersenyum remeh dan memutar bola matanya. Dan setelahnya, sosok Rakha muncul dari belakang punggung Oza.
"Lah, lo sama Rakha? Kok gak ngomong sih. Yaudah deh, masuk kha" ajak Tavela tanpa menghiraukan Oza yang sudah tersenyum masam.
"Nggak usah, ini Ozka mau kembaliin ini, tapi dia dimobil dan males turun katanya. Gapapa kan?" tanya Rakha.
Lelaki itu menyodorkan tas kertas yang berisi dress milik Tavela. Tavela menatap ke arah mobil Rakha. Ozka ada didalamnya. Tavela tersenyum miris. Ia menatap Rakha lagi.
"Sampein salam gue ke Ozka. Bilangin ke dia kalo gue berterima kasih atas semuanya" Tavy tersenyum pada Rakha.
Rakha mengernyitkan dahi dan hanya mengangguk kaku. Setelahnya, ia berbalik dan pergi menjauhi rumah Tavela. Bersama Ozka didalam mobilnya.
"Udah deh, za. Masuk aja kalo lo mau. Oh iya, Bang Rafif ada diatas tuh. Dikamarnya" ucap Tavela pada akhirnya.
Oza tersenyum kemudian segera berjalan melewati Tavela dan naik menuju kamar Rafif. Dan satu lagi fakta yang Tavela tau, Ozka benar-benar mencintai Rakha.
"Kenapa Tav? Oh si Rakha tadi ya? Ah, kalo gue jadi lo ya, Dan. Gue bakalan bilang ke Ozka kalo hubungan persahabatan gue sama dia udah gak sehat lagi" Tavela tertegun mendengar ucapan Bella.
"Iya juga ya, Bell. Yaudah deh, entar gue bilang" ucap Tavela pada akhirnya.
Sembari mengeringkan rambutnya, Bella menatap Tavela kemudian tersenyum. Ia mendekat pada gadis berambut sebahu tersebut.
"Lo tau kan? Dibalik masalah lo yang besar, lo masih punya tuhan yang lebih besar. Dan lo harus tau, kalo gue dukung lo disini. We can be a bestfriend" ucap Bella kemudian tersenyum tulus.
Walaupun Bella tau, susah bagi Tavela memercayai siapapun didalam keadaan seperti ini. Tapi, Bella tetaplah berusaha. Ya, Bella berusaha.
***
Tavelabl : lo tau, ka. Hubungan persahabatan kita udah gak sehat. Gue gak mau ngecap lo sebagai mantan sahabat atau apa. Tapi, gue pengen tenangin diri. Gue pengen mencerna masalah gue. Mungkin maaf kalo lo tersinggung, gue akhir-akhir ini bakal deket sama Bella. Lo tau kan gue butuh waktu?
Tavela menatap miris benda kotak ditangannya tersebut. Ia menyayangi Ozka dan Aqilah. Tapi jika begini keadaanya, apa yang Tavela bisa perbuat?
Ozkarina : Gue tau. Dan mungkin maaf, gue sayang sama Rakha. Sama besar kek rasa sayang lo ke Rakha. Sama besar kek rasa sayang Aqilah ke Rakha. Dan gue harus perjuangin itu. Mungkin, gue sendiri juga butuh waktu.
Ozkarina : Maaf, gue gak bisa jadi sahabat yang baik buat lo. Gue harap lo bisa nemu sahabat yang lebih baik dari gue.
Tavela membaca pesan dari Ozka dengan miris. Who gonna fight for our frendship? Karena sejujurnya, Tabela lelah berjuang sendirian.
Karena berjuang tidak segampang kelihatannya. Karena berjuang membutuhkan usaha. Dan untuk memperjuangkan sesuatu, Lo harus rela kehilangan sesuatu yang lebih berharga.
Udah kodrat alam, berjuang dan kehilangan.
***
"Morning Tavelanying. Ngebo banget deh lo. Jam 5 baru bangun" celetuk Bella kemudian menyisir rambutnya.
Dengan kesadaran yang belom sepenuhnya terkumpul, Tavela mengucek matanya. Dan saat itu pula Tavela ingat. Bagaimana nasib Oza yang tadi malam ada dirumahnya ya? Oh iya, dan untuk apa Tavela peduli?
"Bell, lo bangun jam berapa deh?" tanya Tavela sambil meraih handuknya.
Bella tersenyum kemudian mengacungkan keempat jarinya dan membuat Tavela berdecak kagum.
Setelah mandi, Tavela memutuskan langsung memakai seragam seperti Bella. Ya dan Tavela yakin, dibawah sana mamanya sedang asyik memasak menyiapkan makanan untuknya, Bang Rafif, papa, dan Bella.
"Eh entar berangkatnya naik mobil lo aja ya, bel" ucap Tavela sambil mengikat rambutnya menjadi gaya ponytail.
"Yaiyalah bego. Lo mau naik apa? Dianter bang rafif? Otak lo kemana sih?" ucap Bella sambil menggeleng heran.
Sementara disampingnya, Tavela memasang fake smile andalannya.
"Kalo lo gak mau senyum, mending gak usah senyum deh. I know your fake smile, Vela" ucap Bella kemudian keluar dari kamar Tavela dan meninggalkan Tavella sendirian dalam keadaan mematung.Bahkan, Bella yang baru saja dekat dengannya tau saat Tavela memasang fake smile-nya. Tavela memperhatikan bayangannya di cermin. Ia tersenyum miris sebelum keluar kamarnya.
"Hai everybody" ucap Tavela setelah ia sampai di meja makan.
Suasana dimeja makan sendiri terasa hidup karena kehadiran Bella. Bang Rafif yang biasanya datar apabila Ozka menginap, sekarang sedang bersenda gurau bersama ayahnya dan Bella. Sementara mamanya sesekali tertawa mendengar ocehan Bella.
"Ini anak gadis kita, pa. Udah turun" ucap mamanya kemudian tertawa singkat.
Tavela semakin heran. "Pada ngomongin apa sih kalian?" tanya Tavela dengan nada sedikit kesal.
"Ngomongin masa depan kita, Tav" sahut Bella sambil tersenyum genit membuat seisi meja makan tertawa.
"Lain kali, nak Bella nginep sini aja. Rame kalo ada nak Bella" ucap Ayahnya sambil memandang Tavela lembut.
Dan sekarang Tavela sadar, sejak kehadiran Bella, keluarganya menjadi akur. Like what Tavela want. Dan fakta kedua yang menamparnya halus adalah Tavela was so down.
***
maaf kalo slow apdet, maaf kalo ada typo.
Gue gabisa nulis note banyak banyak, karena gue kebeleet eeq.
voments gaes. Bhay!
Vienzo
KAMU SEDANG MEMBACA
Vapor
JugendliteraturKadang Tavela heran, mengapa kisahnya bisa seperti ini. Dikhianati orang orang terdekatnya, dan berbagai macam masalah lainnya. Dan setelah semuanya, Tavela masih saja terjebak dalam perasaan yang sama. Selalu seperti itu. Ia lakukan secara teratur...