16•[vpr]•Right Here Right Now

371 21 1
                                    

Rakha menyentak-sentakkan kepalanya mengiringi lagu pop rock yang ia dengarkan diheadsetnya. Hingga akhirnya, satu nama terbesit dipikiran Rakha.

Tavela. Rakha segera bangkit dari tempat duduknya kemudian mencari sosok perempuan itu. Dan miris bagi Rakha ketika melihat Tavela tertawa dan duduk berdua bersama Rafi.

Karma? Iya, Rakha sadar ia terlalu asik berlari hingga ia lupa. Karma selalu menghampiri. Rakha tersenyum miris. Entah apa yang Rafi katakan, yang pasti itu membuat Tavela tertawa. Dan Rakha rindu mendengar tawa Tavela.

"Tavela" Panggil Rakha sambil tersenyum. Senyumnya perlahan menghilang ketika matanya bertabrakkan dengan Rafi.

"Oi Rakhaa. Lama kaga bareng. Raf, gue sama Rakha ya. Ntar baliknya lu tunggu di parkiran aja" ucap Tavela dan nyengir tiga jari kearah Rafi.

Lelaki itu memutar bola matanya kemudian tersenyum mengiyakan perkataan Tavela. Dan itu membuat Tavela mengangkat kedua jempolnya.

"So, Rakha. Tumbenan nih manggil gue? Ada apa?" Tanya Tavela menatap Rakha serius.

"Kagak lah bege. Gue cuma kangen. Salah ya? Sahabat gue pada sibuk semua. Si Bella sibuk mau kemana. Lu sibuk sama Rafi" Rakha tertawa. Tavela juga.

"Wajar lah, kha. Semakin bertambah umur kan juga semakin berkurang kepekaan kita kepada lingkungan sekitar" Rakha diam mendengarkan Tavela.

"Gue punya dunia gue, lu punya dunia lu. Dan lu maupun gue gaberhak mencampuri dunia kita. Kita buat keputusan. Were the queen and the king in our life. Terserah apa kata orang. Toh, itu hidup kita sendiri" Dania tersenyum kecil.

"Yap, dan gue kangen saat saat kita ngumpul bareng, Tav" Rakha tertawa renyah.

"Masih ada waktu buat ngumpul. Selagi bisa, kita gunain lah" Tavela tersenyum manis kearah Rakha. Lelaki itu tersenyum kecil.

Mereka berjalan beriringan melintasi koridor-koridor yang mulai sepi. Hening. Tapi kali ini, keheningan yang membuat nyaman.

"Tavela. Kalo gue ngajak lu jalan, lu mau kaga?" tanya Rakha.

Tavela tersenyum lebar. Perasaannya berbunga-bunga kali ini. Iya. Ini Rakha, Rakha yang sudah ia cintai. Rakha yang ia tunggu dari waktu kewaktu.

"Mau lah. Tapi dengan syarat" Tavela tersenyum jahil. Rakha mengernyitkan dahinya seolah olah bertanya syarat apa yang akan diajukan oleh wanita dihadapannya itu.

"Harus lu yang bayar. Gue ogah ya ngeluarin duit" Rakha tertawa kencang. Ini Tavela-nya. Tavela yang tidak mau rugi, Tavela yang selalu terus terang pada orang lain.

"Alah lu kek gatau gue aja, Tav. Selaw. Gue yg bayar" Rakha tertawa.
"Oke gue mau. Kabarin aja ntar kapan jalannya. Gue mau pulang. Kasian Rafi. Byee" Tavela menjauh.

Rakha melihat punggung Tavela miris. Rafi. Satu nama yang mungkin menggantikan nama Rakha dihati Tavela. Rakha menghela nafasnya. Ini karma. Mau tidak mau, Rakha berhak menerimanya.

***

"Lama amat dah lu kek princess bekicot" ucap Rafi ketika Tavela sudah menggunakan helmnya.

"Tai kotok. Lu anak siapa dah buset. Ngeselin amat tot" ucap Tavela kemudian mengetuk helm Rafi sambil tertawa kemenangan.

"Cepet naik. Lu naik sekarang ntar gue beliin boneka stitch" ucap Rafi dan Tavela segera bergegas naik sambil mengeluarkan cengiran tiga jarinya.
"Tapi bohong" Lanjut Rafi.

Belum sempat Tavela memprotes perbuatan Rafi, lelaki itu sudah menjalankan motornya dengan kecepatan yang terbilang sangat cepat. Tavela memukul lengan atas Rafi. Sedetik kemudian, Tavela memeluk Rafi sambil memejamkan matanya.

"Mauan banget lu meluk meluk gue" Suara Rafi beradu dengan angin. Membuat ucapan Rafi terdengar tidak jelas ditelinga Tavela.

"Jangan keras keras buset lu bawa motornya" Ucap Tavela berteriak. Suaranya beradu dengan angin.
"Sorry gadenger" Ucap Rafi kemudian menggas motornya lagi membuat pelukkan Tavela mengerat.

Tavela memutarkan matanya didalam pelukkan Rafi. Bossy as always. Keras kepala. Itulah Rafi.

Rafi menghentikan motornya. Ia tertawa keras sambil melihat ekspresi Tavela yang sedikit waspada.

"Ngapa lu?" Rafi tertawa keras melihat ekspresi diwajah Tavela. Tavela sedang kesal dan ia ditertawai Rafi. Dan Tavela benar-benar kesal.

"Beliin gue es krim" ucap Tavela ketus. Rafi tertawa geli.
"Lu kalo kesel, kesel aja dah jangan jadiin gua babu" Rafi tertawa. Tavela menggumam sesuatu.

Tavela tidak tahan. Ia tertawa keras kemudian memukuli lengan atas Rafi.
"Sampis lu Rafi" Ucap Tavela kemudian tertawa.

Rafi melihat wajah Tavela. Dan satu hal yang Rafi tau. Rafi suka melihat senyum Tavela. Tavela masih saja tersenyum dan berjalan mencari kedai es krim.

"Rafi, itu toko es krim. Beliin gue naww" Pinta Tavela kemudian berteriak kearah Rafi dibelakangnya.

"Kayak gue mau beliin aja. Ogah beliin lu" Rafi ngakak kemudian mengacak acak atas rambut Tavela.

Cowok itu tersenyum kemudian mengambil tangan Tavela untuk digenggam. Kemudian, lelaki itu mengajak Tavela memasukki kedai es itu.

"Lu mau yg mana?" tanya Rakha sambil tersenyum lembut.
Tavela tersenyum kemudian menjinjit dan berbisik kearah Rafi.
"Semua" Bisik Tavela.

Rafi memukul kepala perempuan itu. Alhasil, Tavela mengeluh kesakitan.
"Cepet pilih sekarang" Ucap Rafi kemudian mendelikkan matanya.
Tavela mengeluarkan cengiran andalannya sebelum ia memilih untuk memadukan rasa cokelat dengan vanila.

"Lu demen banget dah Tav sama cokelat" ucap Rafi kemudian lelaki itu geleng geleng kepala.
"Enak sih. Manis pula" ucap Tavela kemudian tersenyum dan melanjutkan memakan eskrimnya.

Rafi melihat perempuan disebelahnya dengan takjub. Tavela beda. Entah apa yang membuat Tavela beda. Tapi Rafi yakin, cewek itu beda.

Rafi tersenyum, hingga kemudian tekad itu muncul tanpa ia sadari. Tekad untuk menjaga Tavela .Dan Rafi terperangah.

***
Hai maaf slow update.
Ini saya berjuang untuk update loh kawan
vote sama likenya plis. Sedih saya banyak silent readers huhahuha

Btw, kalian shipper sapa nih?
Tavela Rakha atau Tavela Rafi whehe

okd sampe ketemu dipart selanjutnya.
vote jan lupa mwah

Vienzo.

VaporTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang