Perempuan ini tersenyum manis seraya menyisiri rambutnya. Sesekali perempuan itu menampakkan senyumannya yang murni dan manis. Sementara, temannya yang sedang duduk dihadapannya hanya tertawa melihat tingkah temannya tersebut. Bella dan Tavela.
Ya, mereka berdua memang sudah dekat. Dan mungkin memang sudah banyak yang ngomongin mereka. Jelas aja, anak hitz. Tavela tertawa melihat tingkah Bella yang bener-bener konyol. Yaiyalah gila, apa-apaan minum milo dikasih saos tomat? Ya, begitulah pemikiran Tavela. "Bella gila". Bagi Bella, itu wajar dan sudah biasa.
"Eh si Oza mana nih, Tav? Galiat dia dari tadi deh. Lo ada gasih liat dia?" tanya Bella kemudian melihat Tavela yang nampaknya masih santai saja.
"Yah, dia punya kehidupannya sendiri. Gue gabisa ngatur dia. Mentang-mentang gue ceweknya. Tapi kalo menurut gue sih ya gagitu juga kali" Tavela mulai menyeruput minumannya.
Dalam hati, ia merutukki dirinya yang bersikap seolah-olah tidak apa-apa. Padahal, dalam hatinya, Tavela sudah khawatir. Entah pikirannya sudah melayang kemana-mana. Perempuan ini bangkit dari duduknya.
"Gue mau ke toilet dulu. Lo mau ikut atau gimana, Bell?" tanya Tavela sambil menaikkan alis.
Bella menyengir lebar kemudian menggeleng. "Gue tunggu sini. Oh iya Tav, kalo lo eek jangan lupa disiram yang banyak ya"
Kebiasaan Bella. Memalukan sahabatnya sendiri didepan umum. Dan untungnya Tavy sudah kebal
dengan ucapan ceplas-ceplos milik Bella. Tavela tersenyum kecil.Koridor menuju toilet lumayan sepi. Dan Tavela benci suasana suram dan sepi seperti ini. Hingga seseorang menepuk pundak Tavela. Dengan cepat perempuan itu membalikkan badan.
"Aqilah.." suara lirih Tavela memecahkan suasana. Gadis dihadapan Dania itu hanya tersenyum.
"Segitu marahnya ya lo sama gue sampe sampe mantan gue lo jadiin pacar juga?" Aqilah tersenyum. Cara berbahasanya, seakan menusuk Tavela.
"Ya apa salahnya, Qil? Lo udah bosen juga kan sama dia? Dia butuh persinggahan baru? Apa salahnya dia sama gue?" Aqilah tertawa. Jenis tawa hambat yang menyakitkan untuk didengar.
"Bahkan lo gananya ke gue, Tav. Tentang kapan gue sampe sini, kenapa gue ada disini. Lo berubah ya, Tav" ucap Aqilah santai. Tavela memasang seringaiannya.
"Apa peduli gue tentang lo lagi,qil? For your informatiin, gue gapernah berubah. Gue cuma tumbuh dan berkembang. Keadaan yang maksa gue kayak gini. Gausah sok tau sama hidup gue, Qil" Mata Aqilah terbelalak.
"Lo lebih ngebela Oza dari pada gue" ucap Aqilah dengan matanya yang berkaca-kaca.
"Lo ngerti, Qil? Gue kangen banget kumpul sama lo, sama ozka. Meet Ozka, dia juga udah mulai ngeflirt Rakha. Gue kangen lo, qil" Tavela bergerak maju memeluk sahabatnya itu.
Aqilah menangis dalam pelukkan Tavela. "Gue nyesel mutusin Oza. He deserve better then me, he deserve with you, Tav" ucap Aqilah. Dibalik pelukkan Aqilah, Tavela tersenyum.
"Udahlah, Qil. Iam so sorry juga. Btw, Rakha baik baik aja sama ozka. you can meet them. Gue mau ke wc akhirnya gajadi jadi kan" Tavela tertawa.
Sementara, Aqilah tersenyum dan menggandeng tangan Tavela. Kemudian perempuan itu menggeret tangan Tavela untuk masuk menuju bilik toilet.
Setidaknya Tavela lega. Aqilah tau apa yang terjadi pada dirinya. Misalnya, tentang Tavela memiliki hubungan khusus dengan Oza. Yah, setidaknya Tavela sudah jujur pada Aqilah.
"Mau nyari Ozka gak? Biasanya dia masih disekolah sama Rakha" tanya Tavela setelah mereka berdua keluar dari toilet.
Aqilah tersenyum senang kemudian mengangguk semangat.
"Boleh-boleh. Kuylah kuy" Ajak Aqilah. Maafkan Tavela, Bella wkwk.Ketika mereka berjalan-jalan sampai taman, barulah mereka melihatnya. Disitu, Rakha sedang mengecup puncak kepala Ozka. Tavela menatap Aqilah. Mata Aqilah telah berkaca-kaca, tapi gadis itu tetap berusaha tersenyum.
"Yuk kita ke mereka" ajak Aqilah sambil menarik pelan tangan Tavela. Tavela hanya bisa mengangguk menerima ajakkan Aqilah.
Setelah Tavela dan Aqilah berada dalam jarak dekat dengan Rakha dan Ozka, kedua insan itu memancarkan wajah kaget. Terlebih Ozka. Tavela hanya tersenyum tipis melihat wajah terkejut mereka berdua.
"Hai Rak, Hai zka. Gimana kabar kalian? Kalo gue liat dari tadi sih kalian baik baik aja deh. Makin baik kayaknya semenjak gue sama Tavy mundur" Aqilah menggengam tangan Tavela kemudian berusaha tersenyum tulus.
Sementara, Rakha dan Ozka terdiam menyaksikan Aqilah. Hingga seseorang merangkul pundak Tavela dari belakang. Oza.
"Tavela? Ngerebut Oza dari lo, Lah. Dan lo masih mau temenan sama dia?" Ozka tertawa renyah.
"She told me before. Lagian gue putus sama Oza juga udah keputusan kita berdua juga kan ya, za? Itu yang terbaik juga kan ya za?" Aqilah tersenyum pada Oza yang sedang merangkul pundak Tavela.
"Iya dong. Daripada gue sama lo diem diem nyimpen perasaan ke orang. Ya kan, Lah? Apalagi nih, kalo sahabat kita sendiri suka sama orang yang kita suka. Diem diem pula" Oza tertawa ringan setelah mengucapkan kalimat panjang tersebut.
Sementara disampingnya, Tavela mencubit pelan punggung Oza. Membuat lelaki itu melenguh kesakitan. Sementara, Aqilah hanya tersenyum mendengar ucapan Oza.
"Lo salah paham, Lah" Rakha angkat bicara. Lelaki itu menatap Aqilah dengan nanar.
"Cium dahi dibilang salah paham?" Tavela memberanikan diri untuk berbicara. Oza tersenyum saat mengetahui Tavela mulai angkat bicara.
Rakha menatap Tavela. Satu kata yang bisa Tavela gambarkan dari tatapan itu ialah tatapan kesedihan, nanar,penyesalan, yang sukses membuat Tavela mendengus.
"Lah, lebih baik kita bertiga jalan aja deh. Kita ke rumah Tavela aja. Disini panas" ucap Oza kemudian menggandeng tangan Tavela.
"Jangan, Lah. Lo belum dengerin penjelasan gue kan? Kita duduk dulu. Di cafe biasanya kita dulu" ajak Rakha pada Aqilah.
Perempuan itu menatap Tavela dan Ozka meminta penjelasan. Tavela mengangguk ringan, sementara Oza hanya tersenyum.
"They say yes, so do i" ucap Aqilah sambil tersenyum tulus. Lega, yang Rakha bisa rasakan hanyalah lega dan bersyukur. Rakha tersenyum.
"Better we go now, Lah. Tavela, Oza, gue sama Aqilah duluan ya" ucap Rakha kemudian menggengam tangan Aqilah lembut. Dania tersenyum kemudian menatap Oza.
Oza menyipitkan matanya sambil menepuk kepala Dania pelan. Sementara, yang ditepuk hanya tertawa.
"Puas kalian ngehancurin kebahagiaan gue?" ucap Ozka dingin. Mata gadis itu mulai berkaca-kaca.
"Gue kayak gini juga biar lo tau, mana yang bener, mana yang salah. Karena gue gamau, lo di cap sebagai pho sahabat lo sendiri. Kita duluan,zka" Tavela menarik lengan Oza pelan.
Dan lelaki yang ia tarik itu tersenyum kecil dan mulai nerangkulkan tangannya di pundak Tavela. Sesederhana itu. Bahagia Tavela adalah Oza. Dan tentu saja sahabatnya.
i found my sweet escape when iam alone with you.
***
gays, gue mohon maaf banget udah lama gak apdet. Gimana ya? hmm gue pun habis uts juga. Sibuk banget pokoknya gue sekarangmah.
doain gays, tanggal 11 oktober gue udah latihan unbk cuy :") so sad. Mohon doa restu readers tercintahh. maapkan vienzo yak
aih gud bye
-vienzo😘😘

KAMU SEDANG MEMBACA
Vapor
Teen FictionKadang Tavela heran, mengapa kisahnya bisa seperti ini. Dikhianati orang orang terdekatnya, dan berbagai macam masalah lainnya. Dan setelah semuanya, Tavela masih saja terjebak dalam perasaan yang sama. Selalu seperti itu. Ia lakukan secara teratur...