Tavela melangkahkan kakinya menjauhi mading sekolahnya. Ketika perempuan itu berjalan melewati koridor, masih saja banyak siswi menatapnya dengan tatapan membenci.
Jelas saja, sekarang Tavela sudah dicap sebagai pho dari Rakha dan Bella kemudian ia di cap sebagai pho dari Ozka dan Tavela dulu. Belum lagi, setelah kejadian perempuan itu menampar Ozka.
Ketika Tavela masuk kelas, situasi menjadi ricuh dikarenakan Rafi datang setelah Tavela.
Dengan santai, lelaki itu mengambil duduk disebelah Tavela kemudian meletakkan tas. Ia mengamati wajah Tavela terlebih dahulu sebelum tangannya mulai turun menjelajahi rambut indah milik Tavela.
Entah kenapa,Rafi suka melihat Tavela. Ya jelas saja Rafi geram jika seseorang memainkan hati perempuan begitu saja. Apalagi orang seperti Tavela.
"Gblk lu denger kaga sih gue dari tadi jelasin apa?" Tavela membentak kesal kearah Rafi. Kehadiran lelaki disebelahnya ini membuat hidup Tavela berubah. Jelas saja, Tavela menjadi lebih emosian dibanding sebelumnya.
"Hehe gue gadenger" Rafi membalas dengan santai dan jawaban itu membuat Tavela sukses mendelik.
"Tav" Suara barito menginterupsi kegiatan Tavela yang akan meledak pada Rafi.
Tavela dan Rafi menolehkan kepala pada sumber suara. Disitu Rakha berdiri sambil memasang senyuman lebar. Kemudian, Tavela tersebut. Rafi mengkerutkan dahi. Amarah Tavela tiba-tiba hilang begitu saja karena lelaki ini.
"Emm gue ganggu nih. Pergi aja ah" Ucap Rafi kemudian berdiri dan ingin melihat reaksi Tavela. Dan bodohnya, Tavela tidak menghiraukan reaksi Rafi.
"Dan, gue mau minta maaf karena gue membak Bella lu jadi diginiin. Karena gue juga hubungan lu sama Bella agak renggang" Rakha berpindah duduk disebelah Tavela.
Kemudian Tavela tersenyum. Pengakuan Rakha terdengar tulus. Tanpa mereka sadari, seseorang menahan sakit. Dan dia menimbun sakit itu setiap hari.
***
Rafi duduk di ujung rooftop sesekali menghirup es yang ia pegang di tangan kirinya. Rafi bingung. Bagaimana bisa ia begitu peduli pada Tavela. Bahkan perempuan itu tidak akan pernah peduli padanya.
"Yes akhirnya. Bebas gue sat" Terdengar suara perempuan dibelakang Rafi.
Lelaki itu segera menolehkan kepalanya. Dan ia kaget bukan main ketika mendapati seorang cewek sedang menghisap rokok.
"Lu? Rokok? Gila lu emang" Cewek itu tersenyum kecut.
"Lu bisa bilang gue gila karena lu gatau masalah gue. Kadang kita emang butuh pelampiasan. Butuh tempat buat lari. Dan sekarang rokok adalah jawabannya" Cewek itu berceloteh kemudian menghisap rokoknya lagi.
Rafi tersenyum miris. Kemudian lelaki itu memutuskan pergi. Membiarkan perempuan itu sendiri.
***
Tavela tertawa ketika mendengar berbagai macam gurauan yang keluar dari mulut Rakha. Saat ini mereka berdua telah berjalan santai mengelilingi koridor.
Berbagai macam tatapan telah jatuh pada Tavel dan Rakha yang sedang berduaan. Dari yang membenci hingga memuja. Dan disitu Ozka berdiri dengan tatapan memincing.
"Halo kha" ucap Ozka memberanikan diri untuk maju. Dan sontak, mereka bertiga menjadi pusat perhatian.
Rafi menyandarkan diri di dinding depan kelas. Kemudian ia memperhatikan mereka bertiga dalam diam.

KAMU SEDANG MEMBACA
Vapor
Teen FictionKadang Tavela heran, mengapa kisahnya bisa seperti ini. Dikhianati orang orang terdekatnya, dan berbagai macam masalah lainnya. Dan setelah semuanya, Tavela masih saja terjebak dalam perasaan yang sama. Selalu seperti itu. Ia lakukan secara teratur...