Laki-laki itu masih menatap seorang gadis berkerudung Merah jambu dihadapannya yang tertunduk dengan nanar.
Kata-kata yang baru beberapa detik keluar dari mulut gadis itu membuat sesuatu di dalam dadanya terasa retak dan kemudian terbelah menjadi kepingan. Antara Sedih karena harus menerima kenyataan bahwa kisah cinta keduanya harus kandas, atau justru marah, karena Randa yang tiba-tiba saja memutuskannya secara sepihak tanpa alasan yang menurut Ali tak masuk akal.
Dalam hati ia meringis. Hatinya serasa di tusuk oleh ribuan pisau yang tajam dan mematikan. Retak, hingga akhirnya hancur berkeping-keping.
Sebisa mungkin Aliandra menahan air matanya agar tak keluar dari tempatnya. Ia ini laki-laki, dan laki-laki pantang menangis.
Namun tetap saja, teori itu tidak sepenuhnya benar. Karena pada kenyataannya; laki-laki kan juga manusia, yang mempunyai hati dan perasaan yang akan berdampak besar pada si manusia itu jika di sakiti.
"Kenapa?"
Satu pertanyaan itu akhirnya keluar dari mulutnya, satu kata yang terus menerus terngiang diotaknya.
Mendengar itu, Randa mendongak, menatap paras wajah khas timur tengah dihadapannya dengan tatapan yang sulit diartikan oleh Ali sendiri.
"Kenapa?" Nada bicaranya meninggi, dan jujur itu terdengar sangat menakutkan bagi Randa. Sebelumnya, selama hubungan mereka masih berjalan dengan lancar, laki-laki itu tak pernah sedikitpun berbicara dengan nada seperti itu.
"Aku minta maaf.." semampunya, gadis itu menahan dirinya agar tidak menangis. Namun sayang, dirinya tak begitu kuat menahan air matanya yang sedari tadi menggenang dipelupuk matanya. Gadis itu pun menangis.
Mendengar itu, Aliandra menggeleng lemah. Tatapannya masih tertuju pada Randa. Sungguh, ia benar-benar kecewa. Gadis yang ia cintai itu sudah menorehkan luka dihatinya dengan amat besar.
Beberapa detik kemudian, laki-laki itu mengalihkan pandangannya ke arah lain. Ia sudah kecewa, benar-benar kecewa.
"...Apa LDR nggak bisa?" tanya Ali.
Gadis dihadapannya ini sudah benar-benar membuatnya kecewa, juga memberikannya luka yang teramat mendalam di hatinya.
Randa masih diam. Lidahnya terasa kelu untuk mengeluarkan sepatah kata pun.
"Apa yang kamu takutkan jika kita LDR ? Nggak Perlu, Ran. Nggak usah takut. Kunci suatu hubungan itu salah satunya adalah saling percaya. Dan aku.. aku percaya sama kamu, aku bakal selalu percaya kamu, dan aku yakin kamu juga pasti percaya sama aku, sama hubungan kita, walau pun kita dipisahin oleh jarak."
Bukannya menjawab, gadis itu malah semakin menangis terisak. Hingga bahkan rasanya ia sulit bernafas dibuatnya.
"...lo—gue kecewa, ini benar-benar di luar ekspektasi gue." Laki-laki itu terkekeh miris, nadanya terdengar lirih di telinga gadis itu. Dan jujur, diam-diam hal itu membuat hati Randa serasa di pukul dengan palu godam tak kasat mata.
"M-Maaf udah buat kamu kecewa Kak Ali, maaf. Tapi Kakak nggak tau, gimana jadinya aku dengan posisi ku saat ini. Aku juga sedih kak, juga kecewa sama keadaan. Tapi kurasa, itulah keputusan terbaik saat ini dan untuk kedepannya." Gadis itu bersuara. Dengan sesegukkan yang mulai mereda.
"Kenapa lo pikir ini yang terbaik? Dan, yang terbaik buat gue, atau cuma buat lo doang?" sungut Ali dengan nada suara yang dingin.
Randa menelan ludah. Sebelum akhirnya ia menghela nafas. "Aku takut, dengan kita yang bakal LDR Sampai waktu yang entah kapan, salah satu atau bahkan kita berdua bakal tersakiti. Entah dengan cara apa. Karena sejatinya kita nggak tau, yang terjadi kedepannya bakal gimana."
"...Dan aku nggak mau, kamu merasa sakit karena itu semua. Ak—"
"Lo tau, lo udah norehin luka dihati gue. Bikin rasa sakit yang kayak lo bilang itu muncul. Lo bener-bener buat gue kecewa, Ran." potong Aliandra tanpa ampun.
Dadanya terasa sesak sekarang. Teramat sesak. Ia sudah cukup lelah dengan semuanya, hatinya sudah lelah dan terlanjur sakit. Laki-laki itu kemudian mengeluarkan kunci Motornya dari saku jeansnya.
"Lo gue anter pulang, udah mau maghrib." atanya singkat tanpa menatap Randa, lalu melangkah meninggalkan gadis itu yang mematung.
Randa mengerjap mata dan menghela nafas panjang, ia tau, lelaki itu berusaha untuk menghentikan pembicaraan menyedihkan mereka.
"Gak usah Kak, aku naik taksi aja." tolak Randa dengan halus. Dan ucapannya itu kontan membuat langkah Ali berhenti.
Ali membalikkan badannya, menatap Randa dengan tatapan.. sendu.
"Biarin gue anterin lo pulang, se-enggaknya untuk yang terakhir kali. Sebelum lo, bener-bener menjauh."[]
[a/n]
Aku tau penulisan cerita ini nggak seberapa bagus kalo dibandingkan sama cerita lain. Untuk itu, vomment dari kalian selalu aku tunggu—entah itu kritikan atau saran yang bersifat membangun.
Aku nggak bakat nulis cerita kok, cuma suka aja ngerangkaiin kata-kata buat cerita asal-asalan mweheheh.
Kalo nggak suka sama ceritanya, nggak usah baca gapapa. Dan terima kasih untuk kalian yang udah luangin waktu buat baca cerita alay ini :')
Salam Author,
perempuanmungil
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart Break
FanfictionSebab, Aliandra tak ingin jatuh untuk kedua kalinya di lubang yang sama. Naprill tahu itu. Copy right 2016 by @missaminy