Chapter 7

916 68 2
                                    

#Now Reading
Belati Tuhan By Ulikworker

×××

"Sumpah, yang tadi itu beneran dia kan?!"

Ini sudah yang ke empat kalinya Prilly bertanya seperti itu, entah kepada Rana atau justru pada dirinya sendiri yang masih tak percaya akan kejadian di ruang guru saat jam pelajaran ke empat tadi.

Pertemuan antara dirinya dengan Aliandra tadi benar-benar terjadi diluar dugaannya. Serta tatapan itu. Saat ia dan Rana selesai mengantar puluhan kertas jawaban ulangan harian matematika hari ini.

Tak ia sangka, kalau ia akan bertemu dengan laki-laki itu secepat ini. Dan juga ini untuk yang pertama kalinya lah ia kembali dipertemukan—meski secara nggak sengaja, dengan Kak Ali setelah aksi Pengiriman Email beberapa hari yang lalu.

Jujur, disaat itu juga hatinya merasa Senang sekaligus terkejut, dan juga takut. Senang, karena hari ini ia bisa kembali melihat wajah Kak Ali setelah beberapa hari tak masuk sekolah karena sakit. Terkejut, karena sungguh pertemuan tadi itu benar-benar diluar ekspektasinya. Dan takut, jika laki-laki itu sudah tau jika Prillylah si pengirim pesan email padanya beberapa waktu yang lalu.

Ah, ketiga perasaan itu seketika bergumul menjadi satu di dalam hatinya. Dan sungguh, itu semua cukup membuat Prilly merasa tak nyaman.

Bel istirahat sudah berbunyi beberapa menit yang lalu, dan saat ini Prilly dengan Rana disampingnya tengah berjalan disepanjang koridor kelas untuk menuju ke Kantin. Hari ini, Prilly memang sudah berencana untuk menghabiskan setengah jam waktu istirahatnya untuk makan dikantin bersama Rana.

Ia enggan untuk memasukki perpustakaan hari ini. Karena sudah cukup kepalanya pusing karena ulangan matematika—meski sebenarnya pelajaran itu kesukaannya tetapi matematika tetaplah matematika yang membuat orang pusing mengerjakannya, jadi ia memutuskan untuk mengisi perutnya saja dikantin sambil mengistirahatkan otaknya sejenak.

"Kali ini, gue yang traktir deh." kata Prilly dengan semangat begitu mereka menginjakkan kaki dikantin yang agak dipenuhi oleh murid-murid lain yang ingin makan disana.

Gadis mungil itu lalu melangkah ke arah tempat ia biasa memesan makanan sementara Rana mencari tempat duduk untuk mereka berdua.

Selang beberapa menit, akhirnya sosok mungil Prilly terlihat mendekati meja yang saat itu diduduki oleh Rana yang letaknya berjarak satu meja dari pojokkan kantin bersama Bu kantin menyusul dibelakangnya dengan nampan berisi pesanan mereka berdua.

"Taruh sini ajak Bu Jipa," Prilly menginterupsi saat mereka telah sampai dimeja. Tanpa bersuara lagi, Bu Jipa lalu memindahkan semangkuk Bakso dan semangkuk soto plus dua cup jus apel ke meja.

"Makasih Bu.." kata mereka berdua hampir bersamaan. Dan dengan itu, wanita dengan senyum ramah yang tak lepas dari wajahnya itu melangkah menjauh dari meja mereka berdua untuk melayani pembeli lainnya.

"Wiihh... tau deh yang lagi happy. Nraktir abis."

Prilly yang baru saja duduk dikursi samping kiri Rana terkekeh. "Iya dong. Gue mah emang baik orangnya,"

Rana mengambil sepasang sendok garpu dari tempat yang sudah disediakan, begitupun Prilly.

"Iya, baik. Dan gue jamin lo bakal jadi orang yang paling baik seantero sekolah kalo tiap hari traktirin gue kayak gini aja. Udah cukup senang gue mah."

"Yee, itu mah lo yang untung gue yang rugi." sewot Prilly dengan nada bercanda kemudian memasukkan setengah potongan bulatan bakso kedalam mulutnya.

Heart BreakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang