Chapter 18

711 67 13
                                    

#Now Reading
Aberasi by Crowdstroia

×××

Dentingan yang berasal dari ponsel milik Ali yang berada di atas meja belajar membuat Divan yang tengah asik bermain Resident Evil 7 melirik sekilas ke arah timur.

Letak meja belajar tersebut di dekat tempat tidur, cukup jauh—dan Divan sedang dalam mode malas untuk bangkit dari posisi wuenaknya sekarang. Game RE7 terlalu seru bila ia pause begitu saja. Biar lah, lagian, kan itu handphone-nya Ali, kok dia yang malah jadi ribet.

Jadi laki-laki itu hanya berucap—dengan suara yang tidak keras tetapi tidak pelan juga, mengingat di rumah besar Ali ini juga dihuni oleh mama serta seorang ART. Divan tentunya tahu sopan santun di rumah orang.

"LI, ADA YANG NGE-LINE."

Hening. Tidak ada sahutan dari sahabatnya yang berada di kamar mandi.

Mengetahui tak ada respon, Divan mengangkat kedua bahunya, tidak peduli.

Tak lama dari itu, terdengar suara derit pintu yang terbuka disusul dengan munculnya Ali dari sana dengan kaos dan boxer hijau. Remaja itu melangkah menuju meja belajar untuk mengecek ponsel. Dilihatnya jam yang tertera di lock screen ponselmya, pukul sebelas lewat sepuluh. Dahinya dibuat berkerut penasaram perihal siapa yang mengirimnya pesan malam hari begini.

Ia pun membuka aplikasi bericon khas warna hijau muda di layar.

Ah, ternyata dari cewek itu.

Napril: Nite?

"Siapa, Li?"

Aliandra mengalihkan tatapan dari layar handphone, berbalik dan mendapati Divan tengah memandangnya sambil memasukkan tangan ke dalam toples berisi kacang polong—punya Ali—lalu memakannya.

"Orang." jawab Ali. Dan ia kembali berfokus diri pada ponsel yang menampilkan kolom percakapannya dengan Napril.

Divan yang melihatnya langsung mendengus kasar, sejurus kemudian ia kembali memainkan PS yang sebelumnya ia pause. Malam ini ia memang memutuskan menginap di rumah sahabatnya, Ali. Dengan alasan klasik, bosan di rumah.

Divan mah memang begitu, bosan dikit, main ke rumah Ali. Rumah Ali memang pas jadi tempat pelarian bagi Divan.

Aliandra Damith: Too

Ali kemudian mendudukkan diri di kursi meja belajar dan menyandarkan punggungnya.

Napril: Belom tidur?

Sebenarnya Aliandra sangat malas dan tak berminat untuk sekadar membalas pesan dari gadis ini, tapi entah kenapa yang terjadi malah sebaliknya. Setiap gadis ini mengiriminya pesan Line, ia merasa bahwa ia harus membalasnya.

Terdengar bego, tetapi begitulah faktanya.

Aneh memang.

Napril: Ali?

Aliandra Damith: ada apaan?

Napril: Nothing.

Kerutan di dahi laki-laki itu muncul. Tak tahu kenapa, batinnya seolah berkata bahwa gadis ini pasti ingin berkata sesuatu padanya.

Atau ini cuma perasaannya saja?

Tak lama kemudian ia kembali mendapati pesan Line dari orang yang sama.

Napril: Ada yg mau aku bilang.

Lama Ali terdiam. Dalam hati ia bertanya-tanya seputar hal apa yang gadis ini mau katakan padanya.

Heart BreakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang