Chapter 8

848 71 0
                                    

#Now Reading
Naluri By Redvanilla99

×××

"Baiklah, sebaiknya kalian gunakan waktu setengah jam istirahat dari sekarang untuk pelajari lagi materi yang baru saja ibu berikan. Soalnya tidak sulit kok, asal kalian ingat aja pengertian-pengertiannya. Dan sampai jumpa di jam pelajaran saya setengah jam lagi,"

Dan kalimat panjang lebar dari mulut Bu Endang—guru biologi kelas sebelas dan sepuluh di sekolah Prilly, itulah yang pada akhirnya membuat sepasang gadis itu di sini. Perpustakaan.

Untuk kali ini, Rana harus rela tak menghabiskan waktu istirahatnya di kantin demi mempelajari materi yang baru hari ini diajarkan oleh guru bertubuh subur itu. Bibirnya sedari tadi juga tak berhenti bergerutu pada Prilly—menyalahkannya walau ini juga salahnya, karena pada saat proses mengajar Bu Endang tadi dirinya tak terlalu fokus, karena mendengar ocehan (berupa bisikan) Prilly yang bercerita tentang apa yang tadi malam terjadi padanya.

Sementara Prilly, sepertinya gadis itu sengaja menulikan sepasang telinganya. Karena selama itu pula gadis berambut legam sebahu itu tak mengeluarkan suara atau bahkan satu katapun—hanya untuk mengelak atau bahkan minta maaf kek.

Prilly justru kini tengah menyibukkan diri dengan buku catatan Biologi miliknya yang ada di hadapannya.

Suasana perpus kali ini tak terlalu ramai seperti biasa, barang kali teman-teman sekelas mereka berdua memilih belajar di kelas atau di kantin sehingga hanya ada beberapa murid.

Tapi tak apalah. Makin sepi, makin konsen, dan makin baguskan nilai yang akan ia peroleh dari hasil ulangan dadakan hari ini.

"Rana, diem deh. Dari pada bacot, mending buru belajar. Kayak gue," Kata Prilly, ia sudah cukup jengah—dan diam-diam juga merasa bersalah, pada Rana yang tak berhentinya mengomel.

Bibir Rana mencibir, namun pada akhirnya setelah itu gadis berambut pendek itu pun mulai berfokus diri pada buku catatannya.

Suasana hening kini menguasai atmosfer ruang luas tersebut. Cukup lama, hingga akhirnya sebuah suara deritan kursi dari yang ditarik membuat Prilly— Sedangkan Rana masih sibuk dengan catatannya, mendongak untuk melihat sosok tersebut.

Deg.

Deg.

Dan ,dunia serasa berhenti berputar saja, waktu seakan-akan berhenti berjalan. Jantungnya serasa berdetak tak karuan, ketika tau siapa sosok yang mulai menduduki kursi yang berhadapan dengan tempat yang dirinya duduki saat ini.

Astaga.

Prilly lupa. Prilly lupa, lagi. Dia lupa kalau laki-laki itu sering ke sini. Menghabiskan waktu istirahat di perpustakaan. Dan itulah yang sekarang ini terjadi.

Sepersekian detik gadis itu mengangkat buku catatannya yang terbuka di meja lalu menggunakannya untuk menutupi wajahnya. Seolah-olah menjadikannya sebagai tembok agar  Kak Aliandra tak melihat wajahnya.

Sungguh, ia tak ingin melihat wajah tampan lelaki itu. Lebih tepatnya, malu. Entah kenapa ia sendiripun tak tau alasan ia merasa malu apabila bertatap muka langsung dengan orang yang disukainya itu.

Ia merasa.. tidak percaya diri. Itu saja, mungkin.

Rana yang berada di sampingnya, kemudian beralih fokus pada Prilly yang bergelagat aneh. Dahinya berkerut, menatap sahabatnya itu dengan tatapan seolah-olah bertanya "Lo kenapa?"

Heart BreakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang