Chapter 4

1.1K 102 3
                                    

#Now Reading
Little Mother by Tehseduh

×××

Sore ini, hujan deras.
Dingin, adalah salah satu kata yang identik dari hujan. Di mana suhu udara akan menurun drastis dan hawa dinginnya serasa menusuk kesetiap inci permukaan kulit.

Disaat hujan seperti ini, sebagian besar orang pasti akan memilih untuk bergelut dengan bantal, guling, serta selimut untuk meminimalisir rasa dingin yang menyentuh kulit, di tempat tidur.

Hawa dingin memang sering kali menyebabkan orang-orang enggan-atau mungkin juga malas melakukan aktivitas apapun diluar rumah.

Namun berbeda dengan Naprillya Anjani atau yang lebih akrab di panggil Prilly.
Angin yang berhembus cukup kencang yang membelai kulitnya tidak sama sekali membuatnya beranjak dari balkon kamarnya.

Malah gadis dengan rambut legam panjang yang dibiarkan tergerai itu memilih duduk di kursi panjang berwarna putih-yang memang disediakan oleh ayahnya sebagai tempatnya bersantai, Dengan posisi kedua kakinya yang dilipat diatas kursi.

Tangannya memeluk dirinya sendiri, dengan harapan dapat meminimalisir rasa dingin yang sejak tadi serasa menusuk kulitnya. Sweater tebal berwarna Navy yang dipakainya agar tubuh mungilnya terasa hangat seakan-akan kalah dengan suhu udara ibukota yang dingin saat ini. karena pada faktanya, hawa dingin itu tetap terasa membelai kulitnya.

Entah mengapa, disaat cuaca buruk seperti ini Prilly malah tetap mau berdiam dibalkon kamarnya. Memandangi pepohonan Rindang yang basah karena guyuran hujan disetiap pinggir jalan komplek yang sepi dan sama sekali tak ada orang-orang yang melintas, menurutnya adalah hal yang menyenangkan.

Pintu-pintu rumah di komplek sekitarnya nampak tertutup rapat. Dan, ia rasa sepertinya hanya dirinyalah orang yang memilih berdiam diluar rumah-Balkon rumah.

Bagi sebagian orang, Sendiri itu menenangkan. Dimana saat itu juga tak ada siapapun yang bisa mengajakmu berbicara ataupun mengganggumu.

Dan Prilly, termasuk dalam golongan orang-orang yang seperti itu. Membenarkan fakta bahwa; sendiri itu menenangkan.

sepasang iris mata coklatnya menatap Langit mendung yang sedari tadi terus menumpahkan ribuan tetes air hujan.
Namun, pikirannya melambung ke arah lain.

Aliandra..

Kalo boleh jujur Prilly ingin sekali bisa menjadi seseorang yang dekat dengan laki-laki itu. dekat dalam artian akrab, juga yang kalo ketemu nggak ngerasa gugup, gak grogi, dan gak canggung. Itu aja.
Meski dalam hati, terdapat secuil—tidak, segunung keinginan agar ia bisa menjadi seseorang yang Spesial dimata Ali.

Ah, seandainya hal itu terjadi pun Prilly pasti akan merasa menjadi orang yang paling bahagia dimuka bumi ini.

Sepersekian detik,bahunya menurun.
Ia rasa mimpi nya itu hanya akan selalu menjadi mimpi, tanpa pernah menjadi nyata.

Seulas senyum miring tercetak dibibirnya. Dalam hati ia menertawakan dirinya sendiri. menertawakan kisah cintanya yang hanya; bertepuk sebelah tangan.

"Poor you,Prill."

***

Jam di atas nakas samping tempat tidurnya menunjukkan pukul 21.25.

Pada akhirnya, Prilly memilih membuka aplikasi instagram di laptopnya setelah setengah jam ia berperang batin.
Memikirkan bagaimana caranya, agar ia bisa memulai semuanya.

Jari lentiknya dengan lihai mengklik gambar Lup diaplikasi tersebut. Sejenak, Prilly menghela nafas panjang sebelum akhirnya jemari seputih susunya itu bermain diatas keyboard laptop berlabel 'apple' nya, mengetikkan sesuatu disana.

Heart BreakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang