Chapter 17

903 67 7
                                    

#Now Reading
Tanpa Judul by Dhitapuspitan

×××

Suasana canggung kini menyelimuti kedua insan berbeda gender yang duduk bersisian disalah satu meja panjang warung gerobak bakso. Untungnya, si pemilik gerobak memasang terpal sebagai atap tempatnya berjualan, jadi tentu saja pelanggan yang berniat mengisi perut di sini tak akan basah.

Prilly masih terdiam. Ia hanya menatap mangkuk yang berisi bakso yang baru beberapa menit yang lalu disajikan. Entahlah, nafsu makan tak lagi ia rasakan saat ini. Karena ada yang lebih penting ini. Ya, sedari tadi remaja perempuan itu berusaha menyetabilkan degup jantungnya yang terasa cepat hingga seakan-akan mau meledak.

Ia belum menatap wajah si pelaku yang menarik tangannya hingga akhirnya ia tiba di tempatnya sekarang ini. Keduanya juga belum ada yang membuka percakapan setelah mereka tiba di sini. Dari sudut matanya, Prilly dapat melihat remaja laki-laki itu sedang menikmati bakso bagiannya. Lahap banget--begitu batinnya.

Prilly menelan salivanya demi membasahi kerongkongan yang sebenarnya tidak terasa kering. Entahlah, ia hanya tak tau lagi harus ngapain sekarang. Tubuhnya terasa kaku karena posisinya dengan kak Ali yang bisa dibilang lumayan dekat. Sebenarnya tadi ia ingin menolak ajakan--yang terkesan seperti pemaksaan, lelaki itu. Namun apalah daya Prilly yang selalu luluh kalau sudah berhadapan dengan kak Aliandra.

Sejujurnya, ada banyak pertanyaan yang bersarang di pikirannya. Salah satunya adalah tentang apa yang menjadi alasan laki-laki itu membawanya ke sini, bahkan sampai mentraktirnya seperti ini. Otaknya sedang loading lama sekarang, jadi Prilly akan butuh waktu lama untuk mencerna semuanya dengan baik.

Namun Prilly merasa malu untuk bertanya demikian. Ia takut, kalau nanti jadinya salah ngomong atau--

"Kok' lo nggak makan?"

Sepersekian detik, Prilly sedikit tersentak ketika mendengar kak Ali bersuara. Sebagai bentuk reflek, gadis itu menolehkan wajahnya ke samping, dan dilihatnya laki-laki berjaket itu sedang menatapnya.

"Hh?"

"Lo nggak suka bakso?" Ali bertanya. Pasalnya sejak mangkuk bakso terjadi di depan gadis berkulit putih itu, belum Ali lihat Prilly menyantapnya seperti yang dirinya lakukan.

Oke, sebenarnya Ali makan tak cuma makan saja, kok. Dalam makannya, dia berusaha berpikir tentang apa yang harus dia katakan agar gadis di sampingnya ini mau diajak mengobrol. Tapi sialnya dirinya sendiri bingung mau memulai pembicaraan darimana.

"S-Suka, kok. Suka." Prilly menjawab dengan suara yang dia sengaja kecilkan sambil gelagapan. Gadis mungil itu kemudian segera memegang sendok dan garpu di mangkuknya dan menyantap makanan berkuah itu perlahan.

Tanpa Prilly sadar, hal itu membuat senyum Ali terbit. Merasa puas karena akhirnya remaja perempuan itu menikmati makanannya. Aliandra kemudian kembali menyantap makannya. Sambil sesekali melirik ke arah Prilly.

Tak terasa, akhirnya bakso di mangkuk Ali tandas. Lain halnya dengan Prilly yang masih berusaha untuk menghabiskan baksonya meski perutnya sudah serasa mau pecah karena sebenarnya dia sudah cukup kenyang dengan makanan di kafe tadi.

Ali menyeruput es teh manisnya, kemudian dia bertanya. "Gue kira, lo udah nyampe rumah, tadi. Ternyata keujanan, ya."

Heart BreakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang