Chapter 6

1K 85 10
                                    

#Now Reading
The Number You are Trying To Reach is Not Reachable By Expellianmus

×××

"Anjir, sial."

Maki Ali begitu tau Misi yang ia jalankan dipermainan Grand Theft Auto miliknya gagal dan dan berujung Game over.

Laki-laki itu tanpa berpikir panjang melempar Joy stick hitam ditangannya ke lantai kesal disertai desahan jengkel. Kemudian laki-laki itu memilih berbaring terlentang di lantai marmer beralaskan Karpet berbulu dengan warna hitam putih itu. Ia akui, meski demamnya sudah turun. pusing dikepalanya tetap saja terasa. Dan itu menyakitkan.

Hingga tak lama, kedua matanya yang baru saja terutup rapat seketika terbuka saat mendengar suara pintu dibuka. Disusul dengan suara berat yang tanpa Ali lihat orangnya pun sudah tau siapa pemilik suara itu.

"Woy, napa lo? udah mau mati?"

Dengan wajah tak berdosanya, Divan justru melenggang masuk ke Kamar Ali setelah menutup pintu. Dengan santai, laki-laki dengan seragam sekolah yang masih melekat ditubuhnya menjatuhkan diri disofa empuk yang berhadapan dengan posisi baring Ali saat ini.

Divan menjulurkan tangan kekarnya ke saku celana abu-nya, mengeluarkan Ponsel pintar miliknya. Entah disengaja atau tidak, tatapan Ali yang sedari tadi ia tujukan ke arahnya ia abaikan. Dengan senyum dibuat-buat mirip Zayn malik mantan personil 1D laki-laki berkulit putih itu mengerutkan dahinya menatap Ali balik.

"Kenapa lo? tatapannya aduhai, kayak cewek-cewek yang lagi PMS aja."

Bugh!

"adaw!"

Rintih Divan sambil mengusap-usap mukanya kesakitan akibat terkena Remot lemparan Aliandra.

"Sakit anjir.."

Aliandra kemudian bangkit, memilih duduk disofa samping Divan yang masih setia mengusap pipinya yang sekarang memerah akibat ulahnya.

"Bagus dong, lo bisa kasi gue gelar pelempar remot paling hebat sedunia. ya nggak?" Bukannya merasa bersalah, dengan senyum jahilnya Ali malah meledek sahabatnya itu. Ia lalu mengambil ponsel dari dalam saku celananya.

"Anjing emang,"

Aliandra tak bersuara. Enggan untuk berdebat dengan sahabatnya itu. Laki-laki itu memainkan asal ponsel berlogo Apple miliknya. Entahlah, mungkin karena kondisinya yang agak kurang fit meski faktanya Suhu tubuhnya sudah mulai normal ia jadi malas beradu mulut dengan Divan.

"Oiyah, tadi Sosiologi ada Pe-er. Terus besok harus dikumpulin ke Adrian."

Adrian, ketua kelas dikelas Ali dan juga Divan. Ali menoleh kesamping, menatap Divan sekilas lalu kembali fokus pada permainan Clash of Clans yang baru ia buka.

"Lo ada catat gak soalnya? gue pinjem." tanya Aliandra tanpa memandang Divan.

"Ada. Woy, gue GTA ya? Bosen gue baru dateng tapi nggak dikasi Makanan juga." Ucap Divan, laki-laki itu bangkit dari sofa empuk itu, lalu duduk didepan Televisi. Menghidupkan play station milik Aliandra.

"Ogah gue main sama lo. Sorry, soalnya tempat gue bukan Restoran."

"Tai."

***

Prilly duduk dengan satu tangan menopang wajahnya di meja, sementara tangannya yang lain sibuk mencorat coret asal selembar kertas yang tadi ia gunakan sebagai kertas cekeran—yang sebenarnya sudah di penuhi dengan puluhan macam angka.

Heart BreakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang