#Now Reading
Untouched by Redvanillaid×××
Sejak hari itu. Secara sadar atau tidak, perubahan mulai terlihat pada diri Aliandra. Kenyataan pahit yang harus ia terima sejak kurang lebih empat bulan yang lalu, membuat diri laki-laki itu seperti kosong. Randa sudah terlanjur membawa separuh jiwanya menjauh tanpa ampun.
Hatinya selalu terasa dipukul oleh palu godam ketika ingatannya secara sengaja mau pun tidak jatuh pada perkataan gadis itu beberapa bulan lalu,
"... Ku rasa.. lebih baik kita akhiri saja semua ini, Kak."
Faktanya, kalimat tersebut mampu membuat dunia Ali runtuh seketika. Kenyataan yang selama ini merupakan hal terakhir yang tidak ia inginkan nyatanya terjadi juga. Hal yang ia takutkan, justru terjadi. Dan Ali benci itu.
Karena hal itu justru membuat dirinya harus merasakan sakit yang tak pernah ia rasakan sebelumnya. Luka yang ditorehkan mantan gadis-nya--meski ada perasaan tak rela menyebutnya sebagai mantan--itu terlalu besar. Bahkan sulit untuk sembuh dalam waktu sebentar.
Katakan Ali lebay, atau ternyata dia adalah sosok seorang yang melankolis. Dia tak peduli akan hal itu. Karena pada kenyataannya, hal itu lah yang ia rasakan. Rasa sakit dari luka yang masih menganga secara tak sadar membuat sosok Aliandra berubah perlahan.
Perubahan tersebut memang tak terlalu, namun tetap saja terlihat secara kasat mata. Lelaki itu kini tak ubahnya seperti batuan es, dingin dan keras. Keras memang bukan berarti lelaki itu suka melakukan kekerasan, tidak. Tapi dari perubahan sikapnya terhadap orang-orang di sekitarnya, tak peduli dan masa bodoh. Dingin dari perubahan sifat dalam dirinya yang dulu terkesan humble dan banyak bicara dengan beberapa teman yang ia kenal di sekolah--begitu yang orang katakan.
Laki-laki itu seakan bertransformasi menjadi Ali yang lain. Tidak ada lagi senyum secerah matahari yang selalu menguar di bibir ketika bertemu orang-orang di sekolah, tidak ada acara menyapa atau pun menjawab sapaan orang lain seperti biasa--kini tak jarang Ali hanya menjawab sapaan teman-temannya dengan gumaman.
Kadang Ali merasa ingin menertawakan dirinya sendiri. Mengejek dirinya yang sebegitu berpengaruhnya pada sosok Randa--yang dengan--sangat--tak rela harus menjadi mantan. Terkadang Ali juga ingin tertawa karena mungkin di sini hanya dirinya lah yang merasa paling tersakiti dan tak rela. Mungkin Randa tak begitu. Mungkin gadis itu telah bahagia dengan kehidupannya di negeri Sakura. Dan masih banyak kata mungkin dalam pikiran Ali.
Pada kenyataannya--yang harus Ali telan bulat-bulat--gadis berhijab itu ternyata pergi meninggalkannya. Kali ini, Randa betul-betul meninggalkan Ali. Terbang menuju negara Jepang demi mengikuti sang ayah yang dipindah tugaskan di negeri tirai bambu. Setidaknya, itu yang Aliandra ketahui dari beberapa teman perempuannya di kelas. Karena nyatanya Randa sama sekali tak memberitahu tentang kepergiannya pada Ali.
Mungkin.. Ali memang sudah tak lagi ada di hati gadis itu. Begitu yang dipikir Ali selama ini.
Jujur. Moving on sampai saat ini belum bisa dicapai oleh Aliandra. Mungkin terdengar lebay, tapi begitulah faktanya. Sosok Randa sudah terlanjur melekat dalam hatinya. Dan kenyataan yang paling tidak ia inginkan malah menjadi kenyataan. Randa memilih pergi dari hidupnya. Membawa separuh hatinya yang masih sangat ingin memiliki gadis itu.
Namun Ali tak ingin memaksakan kehendak. Dirinya tak mungkin memaksa Randa untuk kembali pada pelukannya. Dirinya merasa bahwa Randa berhak untuk memilih tetap atau justru pergi dari hatinya. Dan kenyataannya gadis itu kini pergi jauh meninggalkannya. Meninggalkan sejuta kenangan indah yang dulu mereka alami bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart Break
FanfictionSebab, Aliandra tak ingin jatuh untuk kedua kalinya di lubang yang sama. Naprill tahu itu. Copy right 2016 by @missaminy