Chapter 11

743 67 0
                                    

#Now Reading
Hello, Would You Like to be My Cyborg? By Expellianmus

×××

Dengan telaten, tangan seputih susu milik gadis dengan piyama tidur berwarna soft pink itu membereskan buku-buku yang ia gunakan untuk belajar tadi.

Menumpuknya menjadi satu tumpukan dan memasukkannya perlahan ke dalam ransel miliknya. Buku-buku tersebut ia siapkan untuk mata pelajaran pada hari senin nanti.

Ia kemudian bangkit setelah sebelumnya mematikan lampu belajar miliknya, lalu berjalan menuju ranjang. Seketika, surga kapuk tersebut berguncang karena menahan bobot tubuhnya yang mungil. Gadis itu mengambil posisi tengkurap, dan mengulurkan tangannya untuk menggapai beberapa novel baru nya yang tadi sengaja ia taruh di sisi ranjang agar ia tak perlu repot lagi beranjak dari surga nya itu.

Hingga beberapa detik kemudian, sesaat setelah membuka bagian halaman pertama novel dengan warna merah muda yang mendominasi cover nya itu, Prilly tiba-tiba saja terdiam bersamaan dengan ingatannya yang tak sengaja melambung pada kejadian di book store sore tadi.

Ah, bahkan Prilly tidak menduga kalau mereka akan bertemu di tempat itu. Bagaimana bisa laki-laki itu berada di sana? Apa yang ia lakukan? Atau, apakah ia sengaja menguntit mereka—Prilly dan Rana, karena.. ia akhirnya tau siapa orang yang belakangan ini hobi menerornya di Line?

Argh! Beragam macam pertanyaan berkumpul di benaknya, yang dirinya sendiri tak tau apa jawabannya. Ini terasa rumit.

Ah, perasaan bahagia itu lagi-lagi mnyelimuti hatinya.

Mengambil ponselnya dari atas bantal, Prilly memilih untuk melakukan hal lain seperti yang ia lakukan baru-baru ini, dari pada menghabiskan waktu sebelum tidurnya untuk membaca lembaran demi lembaran novelnya.

***

Jarum jam yang melingkari tangan kirinya menunjukkan pukul delapan malam ketika Ali membawa langkahnya menuruni anak tangga rumahnya. Pada anak tangga terakhir, sosok umi adalah orang yang pertama ia lihat dari arah dapur. Nampak wanita yang masih terlihat cantik di usianya itu tengah melangkah ke arahnya (mungkin umi baru saja ingin kembali memasukki kamarnya yang juga ada di lantai dua) dengan segelas air putih di genggaman.

Lelaki dengan kaos hitam dengan motif tulisan Machbet berwarna putih yang di tutupi jaket kulit hutam serta celana denim hitam itu mendekat lalu menyalami uminya.

"Kemana, Nak?" Tanya wanita berdaster batik khas ibu-ibu itu.

"Ali keluar bentar, mau ngumpul-ngumpul bareng teman-teman basket se-angkatan, Mi." Jawab Ali sembari menyalami tangan Mama.

Umi mengangguk, "Kamu naik motor, atau mobil? Naik mobil aja ya Sayang, ini malem. Ntar kamu masuk angin loh kalau pake motor,"

Ali mengangguk sebagai jawaban, "Yaudah Ali berangkat dulu ya."

"Hati-hati ya, jangan kebut-kebutan. Kunci mobil Umi ada di atas bupet ruang tamu." Kata umi begitu melihat putra tunggalnya mulai melangkah menjauh.

Terakhir, Ali mengangguk sebagai jawaban sebelum benar-benar menghilang di balik tembok.

Tiba-tiba satu gagasan muncul di benak Diana; bahwa putra kecilnya yang dulu suka menangis jika tidak di belikan mainan, kini sudah tumbuh menjadi sosok remaja yang beranjak dewasa, yang sudah bisa mengurus dan menjaga diri sendiri.

Heart BreakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang