Chapter 16 (a)

804 73 3
                                    

#Now Reading
Ten Reasons Not to Die [Indonesian ver.] by Bishxbums

×××

Sudah tiga hari setelah pengembalian jaket itu, Aliandra tak lagi melihat batang hidung gadis itu. Baik di koridor maupun perpustakaan sekolah. Padahal, hampir setiap hari ia berkunjung ke perpustakaan sekolah hanya demi melihat wajah Prilly.

Awalnya Ali heran, karena yang ia tau adik kelasnya itu selalu menyempatkan diri untuk ke perpustakaan meski hanya sebentar--seperti meminjam atau mengembalikan buku yang dipinjamnya.

Baiklah. Sekarang kalian boleh mengatakan bahwa dirinya lebay. Tapi itulah faktanya. Ali sendiri juga merasa bahwa ada perubahan dalam dirinya. Ada sesuatu yang terasa 'aneh' yang memang belakangan ini menelusup ke dalam relung hatinya. Dan Aliandra sampai saat ini masih menyembunyikan satu fakta tersebut dari sahabatnya sendiri, Divan.

Selama tiga hari ini pula, kesadaran Ali terhadap apa yang terjadi padanya akhir-akhir ini menjadi sempurna. Satu kesimpulan yang ia dapat setelah beberapa malam ini selalu menghabiskan waktu di balkon kamar, merenungkan gadis mungil bermata cokelat madu itu;

Bahwa apa yang belakangan ini telah menyelimuti relung hatinya adalah tentang perasaan suka. Benar-benar menyukai gadis itu. Prilly. Cinta.

Dan itu adalah satu kesimpulan yang.. tidak bisa dia duga.

Namun, meski seperti itu, Ali sampai saat ini masih bimbang. Entahlah, rasa aneh itu memang selalu muncul yang itu tak bisa dia cegah dan hal itu mendorong dirinya untuk ingin memiliki-nya.

Tetapi sampai sekarang ia juga bingung harus memulai semuanya dari mana. Prilly berbeda dengan dia. Ali tau itu. Jadi ia juga harus memulai dari cara yang berbeda juga. Dan Ali berharap untuk yang satu ini; luka dan rasa sakit seperti yang terjadi di masa lalunya tak menikamnya suatu saat nanti.

Karena ia sangat tau bagaimana rasa sakit dari luka tersebut. Dan seperti yang sudah pernah ia pikirkan, laki-laki itu tak akan mau jatuh ke lubang yang sama dengan alasan yang sama. Tidak akan.

Beep.. beep.

Pada akhirnya suara klakson mobil yang berada di belakang motor Ali membuyarkan lamunannya. Bahkan Ali baru sadar bahwa Traffic light sudah menunjukkan warna hijau. Dengan cepat remaja berjaket bomber berwarna army itu menerobos jalanan ibukota menuju tempat tujuannya sore ini.

***

Begitu selesai memarkirkan motornya di parkiran kafe dengan rapi, lelaki itu kemudian membawa langkahnya masuk ke dalam kafe yang memang lumayan sering dia dan Divan kunjungi. Sesampainya di dalam kafe, matanya lalu menyusuri seantero ruangan yang cukup luas tersebut untuk mencari spot yang pas.

Dan siapa sangka, ketika sepasang matanya melihat ke arah satu spot di salah satu sudut kafe yang berdekatan dengan jendela besar, satu sosok membuat matanya sedikit membesar. Di sana nampak Prilly tengah berdialog dengan salah satu Barista berseragam, yang Ali pastikan bahwa dialog mereka mengenai pesanan gadis itu. Hingga tak lama, pelayan kafe tersebut menjauh dari meja gadis itu.

Dari tempatnya berdiri, ia dapat melihat dengan jelas wajah seputih susu gadis yang tengah menunduk sibuk memainkan ponselnya itu. Secercah cahaya matahari yang masuk melewati jendela kaca dari arah timurnya tak membuat gadis mungil itu meninggalkan spot dengan sofa empuk tersebut.

Cahaya matahari yang menerpa sebagian wajah dan rambut Prilly yang menunduk membuat wajahnya terlihat semakin cantik. Tanpa sadar, semburat senyum terpasang di bibir Aliandra.

Heart BreakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang