Part Dua Puluh Enam

80 2 0
                                    


Aku dan Aina masih di UGD.Aku selalu memeluk Aina untuk menenangkannya.Aku sudah mengatakan padanya bahwa sudah ada orang yang akan menolong Gilang jadi dia jangan terlalu khawatir.Dan saat ini dia lumayan agak tenang walaupun air matanya kadang masih mengalir.
Pukul empat dini hari,aku mengajaknya ke mushalla untuk sholat tahajud.Setelah aku selesai,aku duduk menunggunya.Dia masih mengulang sholat tahajjudnya,sampai delapan rakaat.Dalam setiap sujudnya kulihat bahunya terus terguncang karena tangisnya.Hati ku iba melihatnya.Mudah-mudahan Gilang tidak kenapa-napa..doaku yang tak pernah putus dalam hati.
Tak lama azan subuh berkumandang.Kamipun shalat subuh berjamaah.Selesai shalat,aku merangkulnya lagi kedalam pelukannya.Tiba-tiba
hapeku berbunyi
"Hallo...!"
----------------
"Alhamdulillah!"
**************
"Kenapa...ma?Siapa yang menelpon?"ucapnya sayu.Mungkin lelah karena menangis ditambah mata yang tidak bisa dia lelapkan.
"Operasinya sudah selesai,Na!insyaallah Gilang bisa ditolong!"
"Alhamdulillah....!"ucapnya menghambur kepelukanku.
"Tapi kita belum bisa masuk untuk melihatnya,Na!selesai operasi dia masih perlu dirawat di ruang ICU untuk memantau kondisinya.Karena kondisinya sebelumnya sangat parah!"
"Kita kesana sekarang,ma.Kita menungu diluar aja!"
Aku pun menuruti keinginananya.
Sesampai di ruang ICU,kami duduk dibangku penunggu yang ada disitu.Aina masih tetap merangkulku tapi sudah tak ada lagi isaknya.Walaupun aku tahu hatinya tetap gelisah karena belum bisa melihat Gilang.
"Mungkin jam empat sore nantik,Gilang akan dipindahkan keruang biasa,Ratmi!"
Sebuah suara mengejutkan kami
Aku mendongak mendengar suara yang sangat sudah ku hapal itu.Serta merta Aina pun menoleh kearahnya.
"Makasih......mas!"ucapku senang tanpa sadar memegang tangannya.
Aina duduk dari posisinya yang tadi merangkulku.
Matanya tertuju pada laki-laki yang ada didepan kami saat itu yang tak lain adalah ayahnya sendiri.Tapi karena tidak pernah bertemu,dia tidak mengenalnya.
"Mas?"ucap Aina pelan sambil menatapku penuh tanya
Aku tergagap,aku tanpa sadar menyebut 'mas' didekat Aina.. dan tanpa sadar juga memegang tangannya.cepat ku lepaskan genggaman tanganku.
Sementara laki-laki itu menatap Aina dengan air mata mengembang di pelupuk matanya.
"Siapa bapak..ini...ma?Diakah yang sudah membantu menolong Kak Gilang?"
Aku terdiam dalam gugupku
"Maaf...aku pergi..dulu..Ratmi!"ucap laki-laki itu seraya melangkah pelan.
"Tunggu!"ucap Aina padanya
Langkahnya terhenti.
Aina pun menghampirinya
"Makasih...banyak..bapak sudah menolong Kak Gilang!Aku tidak tahu apa yang akan terjadi pada Kak Gilang tanpa pertolongan bapak.Sekali lagi,makasih!"
Dia mengangguk
"Bapak...temannya mama atau ada hubungan keluarga sama mama?"
Dia terdiam memandang Aina
Aina menatapku meminta penjelasan
Keningnya berkerut melihat kami yang sama-sama diam.
"Ma...!"
Aku menarik napas dalam dan menghembuskannya pelan
"Dia....dia...!"ucapku ragu
"Ratmi!"ucap nya seolah mencegahku
Aku kembali terdiam
"Ma..!"
Aku harus mengatakannya sekarang.Tak peduli lagi apa yang akan terjadi nantik .Toh Aina sudah dewasa,dia sudah bisa bersikap seandainya ada pemberontakan lagi dari kakek dan neneknya,batinku.
"Dia...ayahmu....Na!"
Aina terlihat sangat kaget.
"Ay....ayah...!"ucapnya seraya menghambur memeluk laki-laki itu.
Kulihat dia tersedu disana sambil terus memanggil ayah.
Perlahan lengan laki-laki itu terangkat memeluk Aina.Bahunya terguncang karena tangis.
Mereka berpelukan lama dalam tangis.Mencurahkan segala rasa yang selama dua puluh tahun ini terpendam.
Perlahan Aina melepaskan pelukannya.
"Aku....sayang...sama..ayah!"ucapnya lirih dalam sedunya.
"Ayah...juga..sangat sayang sama kamu,Na,tapi..!"
"Jangan tinggalkan kami lagi..yah!Aku dan mama butuh ayah!"
"Aina...!"
"Nggak akan terjadi apapun pada ku,yah!Nggak ada yang bisa memisahkan aku dari mama tidak juga kakek dan nenek hanya karean aku bertemu bahkan bersama ayah!Tidak..yah!"
"Na!"
"Yah...tetap disini bersama kami!"
Laki-laki itu merengkuh Aina lagi kedalam pelukannya.

Tetaplah Bertahan UntukkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang