Tujuanku adalah bertemu dengan Allah, seperti Rabiah Al-Adawiyah yang mengikhlaskan cinta-Nya di jalan Allah. Mengamalkan ilmu hanya untuk Allah, inilah bukti cinta kepada Allah.
Aku teringat kajian salah satu Ustadz, "Bohong manusia yang berkata cinta kepada Allah swt sedangkan dia tidak mengikuti Rasulullah saw, tidak mentaati kedua orangtuanya, membaca dan mengamalkan Al-Qur'an di kehidupannya." Ucap beliau.
Cinta ini masihlah cinta palsu. Dimensi cinta Rabiah Al-Adawiyah belumbisa dicapai, bagaimanakah perasan Rabiah yang sebenarnya? Aku ingin merasakan cinta yang dirasakan Rabiah kepada Allah. Awalnya Aku masih mengenakan rok dan baju muslimseperti kebanyakan orang, tetapi karena pemahaman yang bertambah membuat kualitas pakaian yang syar'i mulai di amalkan sepanjang hari.
Meskipun orang mencibir dan memfitnah apapun terhadapku, inilah resiko dari sebuah keputusan. Bagaimana bisa Aku menyuruh murid-murid untuk menutup aurat dengan sempurna sedangkan gurunya sendiri tidak pernah memunculkan sosok tauladan yang akan mereka ikuti?
Jika menyuruh mereka mencontoh Rasulullah terlalu jauh pemahaman bagi akal mereka, yang mereka butuhkan adalah sosok tauladan yang nyata dan dekat bagi mereka. Sosok inspirasi mereka yang sangat mereka butuhkan untuk dikuti. Berdakwah bukan hanya masalah penyampaian melalui lisan, mengapa sosok Nabi Muhamad bisa memberikan tauladan kepada umat? Karena apa yang beliau sampaikan berbanding lurus dengan apa yang beliau perbuat.
Jika beliau mengatakan, "Minum air itu harus duduk" maka beliau akan melakukannya seperti apa yang beliau katakan.
Sekarang Aku menyuruh mereka untuk berpakaian syar'i sedangkan Aku sendiri berpakaian ala-ala so islami. Nah dimanakah letak keselarasan antara lisan dengan perbuatan?
Aku tahu, aib selama ini terlalu banyak dan tidak dapat dihitung. Aku sesosok insan yang ingin berusaha mengikuti apa yang Allah dan Rasul perintahkan, bukankah tujuanku adalah pertemuan dengan-Nya? Rabiah Al-Adawiyah mengorbankan kepentingan diri pribadi demi kebahagiaan Allah. Maukah membahagiakan Allah? Bukankah Allah berbahagia terhadap hamba-Nya yang selalu mengikuti apa-apa yang Dia perintahkan. Masih banyak kefakiran ilmu ini, Aku memohon agar Allah memberikan karunia-Nya.
"Bu, sudah punya pacar belum??" Aku tertegun mendengar pertanyan itu.
Pacar? Sesosok manusia yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya, karena dalam Islam tidak ada yang namanya pacaran.
"Ibu tidak pacaran, dalam Islam tidak ada yang namanya pacaran." Itulah alasanku.
"Kakakku saja pacaran Bu, suka naik motor berdua'an dengan pacarnya kalau malam minggu? Dosa gak sih Bu?" Sepertinya bahasan yang mereka inginkan adalah hal yang menarik bagi mereka. Oke, untuk pertama dan untuk menjalin keakraban kali ini, Aku perbolehkan bahasan yang di inginkan oleh mereka.
"Dosa hukumnya, tidak diperbolehkan seorang wanita yang belum menikah berdua-duaan dengan seorang laki-laki yang belum menjadi mahramnya." Jawab dengan tegas, karena jika mengenai syariat yang qat'i maka harus bersikap tegas.
"Tuh kan dosa, kakakmu tuh yang dosa siang malam sama pacarnya melulu." Cemooh teman sebangkunya.
"Ah apalagi Ibu kamu enggak pakai kerudung, sama dosanya." Lawannya karena tidak mau kalah berargument.
"Hust, sudah-sudah jangan bertengkar, ingatkan saja sama kakaknya jangan pacaran takut dosa, terus ingatkan mamanya untuk segera memakai kerudung karena takut dosa, oke?"
"Bu, aku juga kalau dirumah enggak pakai kerudung. Aku dosa ya?" Tanyanya sambil khawatir akan jawabanku.
"Belajar berkerudung itu dari mulai kita masih dini, Ibu dulu juga seperti kalian, sekolah SD tidak memakai kerudung. Sekarang enak diperbolehkan memakai kerudung, kalau zaman Ibu lebih parah. Untuk itu bersyukurlah kepada Allah karena kalian sudah mengenal kerudung dibandingkan masa kecil Ibu. Kualitas kalian harus lebih baik dari Ibu." Ucapku memberi semangat kepada mereka.
"Iya Bu.!!" Jawab mereka serempak.
Aku tidak sepintar para Ustadzah yang notabene Sarjana Pendidikan, tetapi Aku berusaha mengamalkan apa yang Aku sampaikan kepada mereka.
"
Aku berkata, "Tidak ada pacaran dalam Islam"
Aku mengajarkan mereka seperti itu sehingga konsekuensinya adalah mempertanggung jawabkan apa yang Aku katakan
Sulit sekali menjadi sosok Rabiah Al-Adawiyah, yang selalu mengingat Allah disetiap waktunya, Oh Allah apakah cinta ini masih palsu dan masih engkau ragukan? Bersabarlah hingga menemukan jawabannya. Cinta itu harus diberikan hanya kepada pemilik cinta. Aku percaya cinta makhluk akan datang kepadaku suatu hari nanti. Apa Aku seperti Rabiah Al-Adawiyah? Menjadikan jalan cinta kepada Tuhan sebagai keputusan telak dalam kehidupannya? Aku ragu karena cinta kepada manusia dapat membutakan mata dan hati.
Aku tidak siap menerima cinta karena masih banyak kekurangan pada diri. Aku hanya wanita yang berbalut busana sederhana yang tidak memiliki harta maupun tahta. Sedangkan ini adalah zaman modern banyak laki-laki yang menginginkan wanita ya minimalnya adalah kuliahan dan mempunyai karir yang sukses untuk masa depan. Itulah prasangkaku terhadap laki-laki. Matrealistis adalah simbol keluarga yang selalu menjadikan pandangan ini kabur akan sosok laki-laki yang aku idamankan, jika sederhana apakah Ibu akan menerimanya? Apakah laki-laki berharta tidak akan merendahkanku? Kenapa Aku harus memikirkan hal ini? Waktu masih panjang, hari ini fokus untuk menuntut ilmu dan mengamalkan ilmu. Sudah tidak perlu dipikirkan karena akan menjadi penyakit hati mengandai-andai sesuatu hal yang belum pasti.
Rabiah Al Adawiyah sosok wanita yang rela mengorbankan hasrat manusianya demi cinta kepada Allah. Dia takut jikalau cinta kepada makhluk melebihi rasa cintanya kepada Allah. Mungkin itu alasan Rabiah kenapa dia lebih memilih menyendiri dan mengabdikan hidup-Nya hanya untuk beribadah kepada Allah.
Tetapi Aku adalah manusia biasa, pasti ada rasa ingin mempunyai pasangan dan berumah tangga. Aku bukan wali Allah, Aku hanya manusia yang mengharapkan rahmat dan kasih sayang-Nya serta pertemuan dengan-Nya menjadi tujuan yang utama. Dalam setiap do'a di sepertiga malam, Aku ingin mempunyai keikhlasan, bukan karena ingin dipandang oleh manusia.
"Sudah janganlah engkau perdulikan pandangan manusia Rawiyah! Cukuplah pandangan Allah." Kembali Aku berselancar dalam batin.
Aku bertanya seperti ini seolah batin satu lagi menjawabnya. Semoga yang membisik ini adalah jalan Allah untuk membimbing dalam mencapai derajat Rahmat-Nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Atas Langit Cinta (Self-Published)
SpiritualPerjalanan seorang wanita untuk mencari hakikat cinta yang sebenarnya. Cinta yang dia cari adalah cinta yang berdasarkan cinta kepada-Nya, akan tetapi bagaimana apabila cinta kepada Tuhan merubahnya menjadi wanita yang tidak dapat mencintai siapapun...