Ibu dan Bapak begitu sumringah menyambut kedatangan Ibu Azzahra dan seorang supir pribadinya. Mobil Alphard terparkir di depan rumah, membuat semua tetangga penasaran siapakah tamu agung yang datang ke rumah kami?
"Saya titip anak saya Bu Zahra, maklum anak kami ini belum pernah tinggal di Jakarta yang notabene orang-orangnya terpelajar dan pergaulannya yang luar biasa. Ya..pernah sih kami ke Jakarta kalau rekreasi..ke monas ya Bu?" Lirik Bapak pada Ibu yang disambut dengan senyuman "Hehe...iya monas"
"Tenang Ibu dan Bapak, malahan saya sangat senang jika Rawiyah mau tinggal bersama saya di Jakarta, Insya Allah saya akan jamin semuanya. Jangan khawatirkan Rawiyah, do'akan semoga anak Bapak dan Ibu ini menjadi wanita yang sukses..."
Serentak Ibu dan Bapak berucap, "Aamiin!!!"
Ibu Azzahra dan sopirnya sampai kaget, dan kami semuanya tertawa dengan penuh kebahagiaan. Akhirnya tiba untuk berpamitan pada orangtua yang kembali akan Aku tinggalkan seperti sebelumnya. Aku masuk ke dalam mobil dan menatap keluar jendela, dan melihat mereka melambaikan tangan dengan penuh keharuan.
Ibu Azzahra kemudian menggenggam tangan ini dengan erat, menandakan Aku harus kuat dan konsisten dengan keputusan ini. Kenangan indah terlintas disanubari dan kenangan penuh derita menghias dalam ingatan. Perjuangan belum berakhir, Aku ingin mengembangkan bakat bersama Ibu Azzahra, beliaulah orang yang pertama-tama mengulurkan tangannya untuk wanita yang sebenarnya tiada terpandang dimata dunia ini. Sempat down, sempat terjatuh dan mencoba mengubur impian ini tetapi karena semangat dari orang tua dan Ibu Azzahra kini Aku bisa meraih masa depan yang lebih baik.
Mobil mewah ini melaju di Jalan Tol, Jakarta adalah kota yang besar. Aku takut disana tidak dapat menyesuaikan diri dengan yang lainnya. Tetapi Aku harus percaya diri, meskipun bukan sarjana. Aku akan melangkah mengejar impian. Karawang terlewati, Bekasi terlewati dan inilah gerbang pintu tol yang semakin mendekati Jakarta. Hari ini begitu cerah, suasana kota yang panas dan macet mulai terasa. Haus sekali, kemudian ada pedagang asongan yang berjualan. Ibu Zahra begitu peka terhadap keadaan, dia membeli minuman dan membagikan padaku dan sang sopir. Begitu baiknya beliau, Aku yakin Ibu Zahra sangat perhatian, pantas saja setiap usahanya mendulang kesuksesan. Karena dia begitu care terhadap orang lain bahkan kepada bawahannya.
Tiba-tiba Hp Ibu Zahra berdering, beliau segera mengangkatnya.
"Wa'alaikumsalam, piye kabare anakku....? Bagaimana suasana di Singapur sekarang...mau pulang sore ini? Alhamdulillah...pulanglah ke Jakarta jika sudah sampai di bandara. Ibu sangat rindu padamu..." dengan logat jawa yang kental, Ibu Zahra sepertinya berbicara dengan anaknya. Tetapi itu bukan urusan orang sepertiku, Aku memfokuskan diri pada patung pancoran, kami masih berada di jalur tol dalam kota.
"Mas, lewat depan gedung MPR saja ya arah slipi masuknya. Kita belanja dahulu, soalnya anak Ibu mau pulang dari Singapur.." Sambil berbicara lewat telepon selular, beliau habiskan waktu di dalam mobil dengan berbicara dengan anaknya.
Beruntung sekali yang menjadi anak Ibu Zahra, dan hebatnya anak beliau mau pulang dari Singapur. Memang benar Ibu Azzahra adalah seorang konglomerat, bagaimana dengan suaminya? Aku yang dari kampung, dari kota kecil yang jauh dari kemewahan serasa berubah 360° saat ini, berada di mobil yang mewah dan ber-AC itu rasanya subhanallah sekali. Berbeda dengan kebiasaan dulu yang kesana kesini kalau tidak memakai motor pastinya naik angkutan umum perkotaan. Betapa bersyukurnya diri ini pada-Mu yaa Allah, meskipun sebentar berada di dalam mobil tetapi ni'matnya sungguh luar biasa.
Kami singgah dahulu di sebuah mall, Aku hanya menunggu duduk di kursi yang disediakan oleh satpam yang dengan ramah memberikan tempat duduk. Tidak berselang lama, Ibu Zahra keluar dengan membawa belanjaan yang banyak. Sopir segera membawa belanjaan beliau ke dalam bagasi mobil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Atas Langit Cinta (Self-Published)
SpiritualPerjalanan seorang wanita untuk mencari hakikat cinta yang sebenarnya. Cinta yang dia cari adalah cinta yang berdasarkan cinta kepada-Nya, akan tetapi bagaimana apabila cinta kepada Tuhan merubahnya menjadi wanita yang tidak dapat mencintai siapapun...