Dua tahun berlalu, Kota kembang seperti sudah menjadi kota Metropolitan. Selama ini, Aku hempaskan dan luaskan tekad di tempat ini, untuk menuntut ilmu dan mencari arti hidup yang sebenarnya. Rabiah Al-Adawiyah tiada mungkin berkeluh kesah terhadap apa yang ditimpakan Kekasih padanya kecuali atas berkah kesabaran dari Sang Maha Cinta.
Setelah mengajar, Aku sering ikut Ibu-ibu pengajian di pesantren untuk workshop bersama, seminar handmade, ya seperti jahit menjahit. Hari demi hari berlalu, Alhamdulillah Allah lancarkan urusan di tempat dimana Aku menuntut ilmu, tentu saja semua tidak mudah dan banyak cobaan yang sulit menimpa. Namun, berkat keistiqomahan sekarang Aku bisa menjahit sendiri dan membuat bisnis pakaian buatan sendiri tentu saja dari hasil sedikit demi sedikit uang yang lama Aku kumpulkan dengan susah payah.
Pertama Aku belajar dari rumah Ibu-ibu pengajian, kemudian ada yang baik yang memberiku penawaran mengkredit mesin jahit meskipun barang second tetapi harga sesuai dengan kemampuan dan mesinnya pun masih cukup bagus.
"Assalamu'alaikum Rawiyah..." Sapa Aisyah membuatku berhenti menjahit.
"Wa'alaikumsalaam...Aisyah?" Aku melihat Aisyah menggendong tas dan menyered koper dari arah kamar yang berlawanan.
"Aisyah? Ada apa? Sepertinya kamu hendak pergi?" Tanyaku penasaran.
Aisyah memeluk erat seraya menangis, Aku sempat tertegun apa yang membuat Aisyah menangis.
"Duduklah, ada apa ini? Jangan membuatku bingung."
"Aku harus berhenti belajar di ponpes ini, orangtua menarikku untuk pulang ke Jakarta" Kelu bibirnya berucap sambil menahan sesak dadanya.
"Kenapa?" Tanyaku kembali.
"Aku harus menikah dengan seorang laki-laki yang dipilih mereka, jujur saja Aku menolak semua itu. Aku ingin memilih pendamping hidup dengan cara dan jalanku sendiri..apa itu salah Rawiyah?"
"Apa kamu sudah mengenalinya? Mungkin dia laki-laki yang baik.."
"Tidak!" Aisyah berdiri kemudian mondar-mandir dengan air mata yang berlinangan.
"Aku tahu siapa dia, dia tidak lain adalah laki-laki yang mempunyai niat busuk terhadap keluargaku.."
"Apa maksudmu Aisyah?"
Aisyah menerangkan secara panjang lebar, laki-laki itu pernah menghamili seorang wanita. Hingga saat ini wanita yang telah dia hamili menjadi gila karena secara sepihak laki-laki itu memutuskan hubungan diantara mereka. Sayangnya keluarga besar wanita tidak mampu meminta pertanggung jawaban kepada laki-laki biadab itu. Ayah laki-laki itu seorang pejabat yang berpengaruh dilingkungan tersebut, hanya dengan membayar uang Rp. 1.000.000 untuk menyembunyikan kelakuan bejat anaknya. Keluarga itupun pasrah menerima nasib mereka sebagai rakyat jelata yang tidak mampu melawan uang dan kekuasaan.
"Tolong Aku Rawiyah....bantu Aku.." Pinta Aisyah memohon dengan penuh harapan padaku.
"Lebih baik kamu segera menceritakan kelakuan bejat laki-laki itu pada keluargamu Aisyah"
"Tidak bisa Rawiyah, Ayahnya adalah seorang pejabat kelas kakap dan semua mata pencaharian ayahku ada padanya...Aku harus bagaimana?"
Kemudian terdengar langkah kaki, sontak Aisyah segera menyeka air matanya. Pria besar bertubuh tegap berdiri dihadapan kami.
"Ayah..."
Aku melihat Aisyah, apa yang harus Aku lakukan? Jika aku ikut campur dalam masalah ini bagaimana dengan nasibku yang hanya seorang pengembara disini.
"Ayo, kenapa kamu lama sekali?" Geram Ayah pada Aisyah.
Ayahnya segera membawa koper Aisyah, dengan berat hati Aisyah pergi bahkan tidak sempat berpamitan denganku. Aku hanya diam termangu, Aku tidak dapat menolong Aisyah. Aku ingin mengejar Aisyah dan menghalanginya untuk pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Atas Langit Cinta (Self-Published)
SpiritualPerjalanan seorang wanita untuk mencari hakikat cinta yang sebenarnya. Cinta yang dia cari adalah cinta yang berdasarkan cinta kepada-Nya, akan tetapi bagaimana apabila cinta kepada Tuhan merubahnya menjadi wanita yang tidak dapat mencintai siapapun...