Aku mengabdi kepada Tuhan
bukan karena takut neraka
Bukan pula karena mengharap masuk surga
Tetapi aku mengabdi,
Karena cintaku pada-Nya
Ya Allah, jika aku menyembah-Mu
karena takut neraka, bakarlah aku di dalamnya
Dan jika aku menyembah-Mu
karena mengharap surga, campakkanlah aku darinya
Tetapi, jika aku menyembah-Mu demi Engkau semata,
Janganlah Engkau enggan memperlihatkan keindahan wajah-Mu
yang abadi padaku
Aku membuka kembali lembaran-lembaran kata dari Rabiah Al-Adawiyah. Sufi adalah seorang pejalan yang tidak pernah lepas dari mengingat Allah. Sang pejalan yang mencari tempat persinggahan terakhir, yaitu tempat dimana dia dapat berjumpa dengan cinta hakikinya yaitu Tuhan.
"Bagaimana mungkin seorang pecinta bisa merasakan indahnya cinta sedangkan dia belum merasakan pahit pengorbanan atas cinta-nya tersebut?" Bibi membacakan sebuah kata-kata yang indah yang baru Aku dengar.
Sufi itu tidak pernah mengenal siang dan malam, karena yang mereka kenal adalah pencipta siang dan malam tersebut.
"Cinta memang butuh pengorbanan, apakah jika Aku mengorbankan diri demi Allah maka Aku akan berjumpa dengan-Nya?" Tanya pada Bibi.
"Rawiyah, keponakanku...masih banyak yang belum kamu ketahui tentang cinta, masih banyak yang belum kamu ketahui mengenai Ilmu yang sungguh luasnya, sekarang pelajarilah syariat, kajilah fiqih dan ushul-nya supaya kamu bisa membedakan mana yang haq dan bathil..." Lembut suara Bibi, sungguh membuat hati sangat tenang. Kata-katanya membuat motivasi baru dalam hidup untuk terus mensyukuri ni'mat yang telah Allah berikan.
Pertama yang harus Aku benahi adalah kekhusyuan dalam sholat.
"Sesungguhnya sholat adalah penjaga dari perbuatan keji dan munkar." Aku membaca terjemahan sebuah Ayat di dalam buku.
"Rawiyah, bagaimana cara wudhumu?" Tanya Ustadz Abdul
Aku menjawab, "Saya tidak mengerti bab thaharoh Ustadz. Yang jelas dalam surat Al-Baqoroh ayat 222 dijelaskan mengenai dalil wajibnya berthaharoh, benar Ustadz?"
"Nah kalau begitu mulai praktekkan bagaimana cara berwudhu yang baik, apalagi katanya Rawiyah mulai mengajar di Madrasah Ustadz Manaf?"
"Iya Ustadz, Ustadz Manaf guru ngaji Rawiyah seperti Ustadz Abdul Hehe"
"Iya, makanya ajarkan mereka cara berwudhu sesuai dengan mazhab yang Rawiyah pakai, apa yang Rawiyah sampaikan pasti bermanfaat." Ustadz Abdul memberi semangat.
"Aamiin, Insya Allah Ustadz
" Serasa mendapatkan suntikan motivasi, Aku semakin memperdalami ilmu Thaharoh, karena bab ini sangat penting apalagi untuk seorang wanita.
"Maka dari itu jangan berhenti mencari ilmu Rawiyah!" Batin kecil memberi semangat.
Aku bukanlah lulusan pondok pesantren, mendapatkan ilmu dari pengajian saja sangat bahagia apalagi kalau merasakan rasanya mondok. Kapan ya? Semoga Allah memberi jalan.
Sering orang mencibir, "Lulusan S1 bukan, apalagi lulusan ponpes tetapi kok aneh di percaya Ustadz Manaf untuk mengajar di Madrasahnya?"
Ini adalah cambukan perih agar bisa membuktikan kepada mereka. Ilmu yang sempurna itu bukan hanya masalah pendidikan tetapi amal yang nyata. Mungkin orang lain mempunyai segudang teori, tetapi Aku mempunyai segudang pengalaman sebagai bekal untuk meraih ridho Allah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Atas Langit Cinta (Self-Published)
SpiritualPerjalanan seorang wanita untuk mencari hakikat cinta yang sebenarnya. Cinta yang dia cari adalah cinta yang berdasarkan cinta kepada-Nya, akan tetapi bagaimana apabila cinta kepada Tuhan merubahnya menjadi wanita yang tidak dapat mencintai siapapun...