Gara-Gara "Ada di Buku"

80 8 0
                                    

Di perpustakaan.

Ibu Sumi, guru Bahasa Indonesia, terlambat masuk ke kelas XI IPS-2. Beliau memberikan tugas kepada murid XI IPS-2. Para siswi berinisiatif mengerjakan tugas di perpustakaan.

Entah kenapa hari ini Isna dan Mala begitu malas mengerjakan tugas Bahasa Indonesia yang diberikan oleh Ibu Sumi. Mereka berdua hanya mengerjakan sepuluh soal dari lima puluh soal.

Sekali-sekali ah nyontek sama Seri, masa Seri terus yang nyontek ke aku, batin Mala sambil bermalas-malasan mengerjakan tugas Bahasa Indonesia. Seri dan Peti adalah sahabat Isna dan Mala juga. Mereka berteman ketika kelas XI IPS-2.

"Seri, kamu ngerjakan Bahasa Indonesia?" tanya Mala.

"Iya," jawab Seri tanpa menoleh ke arah Mala.

"Nanti kami nyontek ya," kata Mala lagi.

Seri tidak menjawab perkataan Mala. Dia mengerjakan tugas Bahasa Indonesia bersama Peti.

Waktu yang seharusnya mereka pergunakan untuk mengerjakan tugas Bahasa Indonesia justru IMmi pakai untuk mengobrol. Hingga jam pelajaran Bahasa Indonesia kurang satu jam pelajaran lagi.

"Tugasnya dikumpulkan sekarang teman-teman," kata Zusan.

"Udah selesai belum, Seri?" tanya Isna. Seri menyerahkan bukunya kepada Isna.

"Kamu dapat jawabannya dari mana?" tanya Isna penuh selidik dan tidak percaya.

"Ya.. ada di buku," jawab Seri mantap.

Karena mendengar jawaban Seri yang penuh dengan keyakinan. Tanpa pikir panjang, Isna dan Mala pun langsung menyontek jawaban Seri. Mereka menyontek tanpa mengoreksi ulang jawaban dari Seri, karena mereka yakin jawabannya benar. Soalnya Seri bilang 'ada di buku'. Setelah selesai menyontek, mereka semua kembali ke kelas.

Ibu Syumei sudah berada di dalam kelas saat para siswi kembali dari perpustakaan. Setelah semua siswa duduk di tempatnya masing-masing, Ibu Syumei meminta buku tugas Bahasa Indonesia ditukar dengan teman sebangkunya untuk dikoreksi bersama-sama.

Isna dan Mala begitu kaget saat mereka mengetahui kalau mereka mendapatkan nilai lima. Sungguh memalukan. Di mana semua orang mendapatkan nilai tinggi, mereka justru mendapatkan nilai rendah. Mereka benar-benar jengkel kepada Seri.

Ibu Syumei mulai mengabsen dan memasukkan nilai tugas. Isna menyebutkan nilanya ketika Ibu Syumei memanggil namanya, begitu pula Mala. Seri dan Peti yang mendengar kalau mereka berdua mendapat nilai lima langsung menatap tajam ke arah Isna dan Mala duduk. Seolah-olah tidak percaya dengan nilai yang didapat oleh Isna dan Mala.

"Tiga, Bu!" jawab Seri ketika Ibu Syumei menyebut namanya.

Isna dan Mala yang sedang jengkel kepada Seri langsung tersenyum ketika mengetahui nilai Seri dan Peti lebih rendah dari mereka.

"Katanya ada di buku, ya jelas aja langsung nyontek kalau jaminannya di buku. Eh, nggak taunya banyak yang salah." Isna mengomel ketika Ibu Syumei sudah keluar dari kelas. Isna masih tidak terima kalau dapat nilai rendah.

Mala pun sama jengkelnya seperti Isna. Dia sedang berpikir. Entah apa yang sedang dipikirkannya.

"Bukan dia yang salah, Is." Mala menjawab ucapan Isna.

Isna bengong mendengar ucapan Mala. "Dia benar, sebenarnya kita sendiri saja yang bodoh. Dia benar kalau dia bilang jawabannya ada di buku. Pilihan gandanya memang ada di buku, tapi jawaban benar atau salahnya yang tidak tahu."

"Oh... iya, iya." Isna menganggukkan kepalanya. "Iya, memang kita yang salah. Tapi syukur nilai kita lebih tinggi daripada dia." Isna tertawa.

"Ya... syukurnya kita ngerjakan sepuluh soal, kalau tidak nilai kita ya sama saja dengan Seri."

Sejak saat itu, Isna dan Mala tidak pernah lagi menyontek kepada Seri. Mereka trauma. Walau semalas apa pun mereka, mereka tetap mengerjakan. Jika mereka malas untuk mengerjakan, mereka akan memotivasi diri mereka dengan ucapan Seri 'ada di buku'.

***

Momen-Momen IMmiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang