Sekilas Kenangan IMmi

19 1 7
                                    

Isna dan Mala. Mereka berdua adalah siswa yang cerdas dan mempunyai sejuta akal. Orang cerdas itu sudah pasti pintar, namun orang pintar belum tentu cerdas. Saking cerdas dan encernya otak mereka berdua, saat mereka memerlukan cabe saat makan mie cup atau kantong plastik tapi mereka malas untuk pergi ke kantin, mereka memanfaatkan teman yang pergi ke kantin untuk mengambilkan cabe atau kantong plastik buat mereka. Mereka cerdas, bukan? Atau mereka memang malas, ya? Sepertinya kedua-duanya. Intinya, mereka itu berbakat untuk memanfaatkan orang lain ditengah kemalasan mereka.

Selain cerdas, Isna dan Mala juga mempunyai nyali yang besar. Buktinya, saat ada guru atau saat bosan dan malas dalam mendengarkan materi yang disampaikan guru di depan kelas, mereka akan membaca buku. Masih mending jika buku yang dibaca adalah buku pelajaran. Mereka justru malah membaca buku seperti novel, komik/manga. Terkadang mereka juga bermain catur atau bermain monopoli saat pelajaran berlangsung. Dan yang lebih parahnya lagi, hali itu sering mereka berdua lakukan disaat pelajaran guru killer berlangsung. Bahkan mereka tidak sungkan untuk makan empek-empek ketika lapar sementara guru sedang menerangkan materi di depan kelas sampai muncrat-muncrat alias hujan badai air liur. Anehnya, perbuatan mereka tidak pernah diketahui oleh para guru yang sedang mengajar.

Selain cerdas dan mempunyai banyak akal, Isna dan Mala juga mempunyai bakat dalam membuat lirik lagu. Lagu mereka yang paling hits⸻menurut mereka berdua⸻yaitu lagu berjudul 'Selalu Remed'. Mereka menciptakan lagu 'Selalu Remed' itu dikarenakan mereka selalu remedial terus saat ulangan TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) saat kelas dua dan kelas tiga. Dan jika mereka ditanya kenapa mereka selalu remedial, alasan mereka, sih, simple saja yaitu untuk memberikan kesempatan bagi siswa yang sering remedial dan mereka juga sekali-sekali ingin merasakan yang namanya remedial. Mana ada yang namanya ingin merasakan remedial selama dua tahun. Huf, itu alasan saja atau memang mereka yang tidak bias mengerjakan, ya? Sepertinya pilihan kedua itulah yang benar.

Isna dan Mala juga mempunyai bakat sebagai fotografer. Saking sukanya foto, di manapun mereka selalu berfoto. Baik itu di kelas, ruang ganti, perpustakaan, gedung sekolah dan bahkan di toilet pun mereka berfoto. Karena berfoto di tempat keramaian sudah terlalu mainstream, menurut Isna dan Mala.

Bakat mereka yang lainnya yaitu betah duduk di warnet sampai berjam-jam. Alasan kepada orangtua ke warnet untuk mencari tugas sekolah, tapi kenyataannya mereka malah asyik mendownload foto lucu atau bahasa kerennya meme hingga ribuan foto. Bahkan mereka pernah diusir secara halus oleh penjaga warnetnya karena sampai magrib mereka belum pulang juga. Walaupun begitu mereka tidak pernah jera untuk pergi ke warnet.

***

Note:

Chapter ini aku persembahkan khusus sebagai permintaan maafku kepada sahabat terbaikku karena tidak bisa post cerita ini pada ulang tahun IMmi.


14 Oktober 2017

Momen-Momen IMmiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang