MC Dadakan

40 4 7
                                    

Kelas X-3.

Disaat jam pelajaran Bapak Sunarwan--wali kelas X-3, semua siswa diajak oleh Bapak Sunarwan untuk berkunjung ke rumah Fitriyani. Semua murid kelas X-3 mengetahui jika ibu dari Fitriyani meninggal dunia beberapa hari yang lalu.

Dengan semangat yang membara, semua anak kelas X-3 menyambut usul Bapak Sunarwan. Lagi pula kapan lagi bisa touring bareng satu kelas dan bisa bolos tidak belajar tanpa mendapat hukuman? Ini merupakan kesempatan langka.

Setelah selesai memasukkan semua buku pelajaran ke dalam tas, semua siswa menuju ke tempat parkir. Karena tas Isna dan Mala penuh dengan buku yang seperti orang mau minggat, mereka sepakat untuk pulang dulu ke rumah Isna untuk meletakkan tas mereka yang seperti gunung itu saat semua teman-teman mereka terus melaju dengan Dita di depan yang di gonceng oleh Anita Sari sebagai penunjuk jalan--karena rumah Dita satu desa dengan rumah Fitriyani.

Setelah meletakkan tas, Isna dan Mala bergegas menyusul teman-teman mereka yang sudah lebih dulu berangkat meninggalkan mereka beberapa meter atau mungkin satu kilometer? Tetapi tidak memerlukan waktu lama bagi Mala untuk menemukan rombongan Bapak Sunarwan yang meninggalkan mereka lebih dulu.

Jangan ditanya kenapa mereka bisa menyusul secepat itu.

Pertama, karena jalan menuju ke rumah Fitriyani masih satu jalan menuju ke rumah Lisdiana--teman Mala dari kelas X-5. Kedua, karena Mala mengendarai sepeda motornya dengan kecepatan tinggi. Jadi tidak heran jika mereka bisa cepat menyusul rombongan Bapak Sunarwan yang sudah lebih dulu berangkat. Mala sudah biasa mengendarai sepeda motor dengan kecepatan tinggi hingga 80-90 km/jam dan menempuh jarak 14 kilometer dari rumahnya ke sekolah dengan waktu kurang lebih lima belas menit. GILA! Memang Mala itu gila. Dia bahkan berangkat ke sekolah dua puluh menit sebelum lonceng jam pelajaran pertama berbunyi. Sama dengan Isna, bedanya Isna berangkat ke sekolah lima menit sebelum jam pelajaran pertama dimulai. Pasalnya, rumah Isna dekat dengan sekolah, jadi dia hanya jalan kaki saja. Dan mereka akan sampai di kelas pas saat lonceng masuk berbunyi. Alasan mereka mengapa berangkat sekolah sesiang itu cukup sederhana saja, mereka tidak mau menghabiskan waktu di kelas dengan berangkat sekolah pagi-pagi. Jika mereka mau, mereka bisa saja berangkat pagi.

Mereka segera menyalip rombongan yang berada paling belakang sehingga mereka sampai di barisan depan sendiri, di mana ada Titus dan Anita Sari yang menggonceng Dita. Mala segera mensejajarkan sepeda motornya dengan sepeda motor Titus.

Tidak disangka jika rumah Fitriyani itu begitu jauh. Melewati beberapa kota besar dan... hutan? Yup, rumah Fitriyani melewati hutan yang panjang, mungkin kira-kira 50 kilometer baru ada desa.

Walaupun mereka melewati hutan, Isna dan Mala tidak pernah takut. Bukannya mereka tidak, rasa takut pasti ada. Pasalnya, mereka tidak pernah berjalan sejauh ini, apalagi melewati hutan. Untuk mengurangi rasa takutnya, mereka berinisiatif menjadikan perjalanan ini seperti balapan dengan Isna dan Mala sebagai komentatornya, berhubung Isna dan Mala berada paling depan sendiri sementara Anita Sari berada tiga meter di belakang mereka diikuti Titus dan Fitriyani yang di gonceng oleh Della. Apalagi Mala suka sekali menonton pertandingan balap motor--MotoGP.

Pasti tahu dong apa tugasnya komentator?

Yup, mereka mengomentari Anita Sari dan Titus yang mereka anggap seperti pembalap di MotoGP. Ha-ah, masa kecil kurang bahagia. Tetapi jarang-jarang kan bisa merasakan sebagai komentator balap motor.

Terkadang mereka akan berbicara dengan menghayati peran mereka.

"Ya, sekarang Titus yang memimpin balapan. Sementara Anita Sari berada di urutan kedua. Mampukah Anita Sari menyalip Titus kembali?" kata-kata itulah yang selalu mereka ucapkan.

"Ya, sekarang Anita Sari menyalip Titus dan memimpin balapan."

Itulah kalimat-kalimat yang selalu mereka ucapkan sambil tertawa sampai mereka tiba di desa. Mau tahu bagaimana Mala mengetahui jika Titus atau Anita Sari saling menyalip sementara dia menyetir? Gampang saja. Sambil menyetir, sesekali Mala selalu melihat di spion sepeda motornya untuk mengetahui apa yang terjadi di belakang.

***

26 Agustus 2016

Momen-Momen IMmiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang