Empek-Empek

14 2 20
                                    

Kelas X-3

Peraturan sekolah di manapun pasti sama. Tidak boleh makan disaat jam pelajaran sedang berlangsung. Tetapi peraturan itu tidak bisa menghentikan kebiasaan Isna dan Mala. Ya, mereka selalu makan di dalam kelas. Tidak peduli sedang ada guru atau tidak, mereka akan tetap makan di dalam kelas jika mereka lapar dan ingin makan.

Karena sekolah SMA yang Isna dan Mala masuki mayoritas Islam, jadi setiap jam 12 siang mereka istrirahat dan sekaligus untuk sholat dhuhur berjamaah di masjid dekat sekolah. Dan disaat jam istirahat kedua itulah pintu gerbang dibuka, sehingga mereka bisa keluar-masuk sekolah untuk berbelanja jajanan kaki lima. Walaupun di sekolah mempunyai kantin dan koperasi, mereka tetap saja jajan di luar. Karena jajanan di luar lebih enak walaupun tidak sehat.

Sepreti para siswa-siswa lainnya, Isna dan Mala pun suka sekali membeli jajanan di pedagang kaki lima setelah melaksanakan sholat dhuhur berjamaah. Makanan yang selalu mereka beli adalah empek-empek. Mereka akan selalu memakan empek-empek di dalamkelas. Tidak peduli ada guru atau tidak.

Seperti biasanya, jam satu tepat para guru yang mengajar jam pelajaran terakhir sudah berada di kelas. Isna dan Mala terkejut saat memasuki kelas. Pasalnya di dalam kelas sudah begitu ramai dengan para siswa dan seorang guru laki-laki yang sedang sibuk men-setting kamera. Isna dan Mala pun heran ketika melihat begitu banyak kamera di dalam kelas. Di dalam kelas terdapat tiga kamera. Dua dipojok belakang kelas, dan satu lagi dipojok dekat pintu.

Selain itu, yang membuat Isna dan Mala heran adalah seorang guru laki-laki yang ada di kelas mereka saat ini. Seharusnya jam pelajaran terakhir di kelas X-3 adalah pelajaran Kimia dan guru pengampunya adalah seorang wanita, bernama ibu Yanti. Tetapi kenapa yang masuk justru laki-laki? Kalaupun ada jam pelajaran yang ditukar atau guru pengampunya tidak bisa hadir, pasti ada pemberiahuan dari ketua kelas.

Isna dan Mala pun melangkahkan kakinya menuju meja mereka yang berada dipojok kanan belakang kelas. Mereka mulai memakan empek-empek yang mereka beli tadi tanpa mempedulikan guru laki-laki yang sedang sibuk men-setting kamera di depan kelas. Belum selesai Isna dan Mala mengunyah empek-empek yang ada di dalam mulutnya, guru laki-laki itu mulai berbicara. Ternyata guru laki-laki itu adalah guru pengganti sementara untuk pelajaran Kimia. Karena beliau sedang melakukan kuliah kerja nyata untuk menyelesaikan tugas kuliah S2-nya.

Sebenarnya, Isna dan Mala tidak mau ambil pusing siapa yang mengajar pelajaran Kimia. Yang menyebabkan Isna dan Mala gusar adalah adanya kamera di kelas mereka sehingga mereka tidak bisa memakan empek-empek mereka yang sudah mulai dingin.

"Aku lapar, Is." Mala berbisik di telinga Isna sambil matanya tetap tertuju ke depan, memperhatikan guru laki-laki itu menyampaikan materi.

"Aku juga iya, tapi mau bagaimana? Di belakang kita ada kamera," jawab Isna sambil berbisik.

Mala celingak-celinguk memperhatikan kamera yang dipasang dipojok ruangan kelas oleh guru laki-laki itu.

"Is, mundur sedikit, dong," pinta Mala.

Isna mengernyit mendengar ucapan Mala. "Untuk apa?" tanyanya heran.

"Aku mau makan empek-empek. Aku lapar," sahut Mala.

Isna pun memundurkan kursinya. Setelah itu Mala menundukkan kepalanya tepat di depan laci meja. Mala pun langsung menyuapkan empek-empek ke dalam mulutnya dan langsung menegakkan tubuhnya kembali agar tidak dicurigai oleh guru. Mala pun langsung melindungi sebagian wajahnya dengan buku agar tidak diketahui oleh guru jika dia makan di dalam kelas.

"Enak," ucap Mala kepada Isna setelah dia menelan empek-empeknya.

"Ide bagus, tuh." Isna mengomentari tindakan Mala. "Aku mau juga, dong."

Mala pun memundurkan kursinya, memberi ruang kepada Isna untuk menundukkan kepalanya. Mereka berduapun terus memakan empek-empek dengan cara seperti itu sambil sesekali menoleh ke arah kamera yang ada di belakang mereka. Selama jam pelajaran berlangsung, Isna dan Mala sibuk memakan empek-empek sambil bercerita yang tidak jelas. Mereka sudah tidak lagi memperhatikan guru laki-laki yang sedang menerangkan materi seperti di awal jam pelajaran tadi.

Tanpa teras, Isna dan Mala sudah menghabiskan empek-empek mereka lima belas menit sebelum jam pelajaran berakhir. Mereka menghabiskan waktu jam pelajaran Kimia dengan makan di dalam kelas.

"Kenyangnya," Mala berucap sambil mengelus perutnya.

"Waw," ujar Isna. "Tidak terasa sebentar lagi kita pulang."

"Tidak terasa, ya," jawab Mala enteng dengan wajah tanpa dosa.

"Yo, yo, yo, kita pulang," ucap Isna semangat.

Mereka berduapun langsung memasukkan buku mereka yang berserakan di atas meja ke dalam tas. Padahal lonceng tanda jam pelajaran berakhir belum berbunyi. Setelah mereka selesi berbenah, barulah lonceng tanda jam pelajaran berakhirpun berbunyi. Sebelum bangkit dari kursi, Isna dan Mala mengambil air minum di dalam laci dan segera meminumnya. Pasalnya, setelah selesai makan empek-empek tadi mereka tidak ada minum sama sekali.

Usai minum mereka berduapun beranjak dari kursi mereka dan berjalan keluar kelas. Saat di depan kelas, mereka berduapun berpisah. Isna berjalan menuju gerbang depan, sedangkan Mala berjalan menuju ke tempat parkir bagian belakang dekat kelas akselerasi.

Hidup yang begitu indah.

Selesai makan langsung pulang. Mereka berdua memasang wajah tanpa dosa atas kelakuan mereka yang melanggar peraturan sekolah.

***

Rabu, 8 November 2017

Momen-Momen IMmiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang