Demi Kantong Plastik

25 4 10
                                    

Kebersihan itu sebagian dari Iman.

Kelas X-3.

Percaya atau tidak, Isna dan Mala adalah orang yang sangat cinta dengan kebersihan. Mungkin ini sedikit berlebihan, tetapi itulah kenyataannya.

Mereka berdua berbeda dengan para siswa yang lainnya. Jika para siswa yang lain meletakkan sampah di dalam laci meja atau membuang sampah sembarangan, berbeda dengan Isna dan Mala. Mereka tidak suka meletakkan sampah di dalam laci meja mereka. Alasannya sederhana saja, karena di dalam laci meja mereka penuh dengan buku-buku mereka. Ya, jika sekolah tas mereka penuh dengan buku seperti orang mau minggat dari rumah saja. Karena itulah mereka tidak suka menyimpan sampah di dalam laci meja.

Mereka berdua ini orang-orang yang suka menjaga kebersihan namun malas untuk berjalan menuju ke tempat sampah yang ada di luar kelas. Jangankan sampah plastik, bolpoin dan buku atau ATK yang berserakan di lantai saja mereka ambil, selain menjaga kebersihan juga lumayan untuk menghemat pengeluaran. Bagi Isna dan Mala, mendapatkan ATK yang berserakan itu seperti mendapatkan rezeki nomplok yang turun dari langit.

Kembali ke cerita.

Karena itulah mereka berpikir bagaimana caranya agar mereka bisa membuang sampah tanpa perlu capek-capek berjalan menuju tempat sampah yang ada di luar kelas tetapi di sekitar meja mereka tetap bersih. Intinya mereka berdua ini malas kuadrat namun cinta dengan kebersihan. Seperti tidak masuk akal saja. Di zaman sekarang di mana ada orang yang masih suka menjaga kebersihan.

Sampai suatu hari saat mereka membeli gorengan dan membungkusnya dengan kantong plastik. Ya, di kantin selalu menyediakan kantong plastik untuk membungkus gorengan. Sebenarnya mereka tidak sengaja saja mengumpulkan sampah menjadi satu di kantong plastik bekas pembungkus gorengan. Lama-kelamaan mereka menjadi terbiasa dengan hal itu. Karena setiap siswa duduknya berpasang-pasangan, maka mereka menggantung kantong plastik itu di tengah-tengah meja mereka. Jadi, setiap selesai makan mereka akan membuang sampah di kantong plastik yang mereka gantung dan akan mereka buang ke bak sampah jika pulang sekolah.

Tetapi, lama-kelamaan mereka sudah mulai jarang membeli gorengan. Mereka beralih untuk memakan mi instan cup. Walaupun mereka tidak membeli gorengan lagi, tetapi mereka masih membutuhkan kantong plastik untuk tempat sampah sementara mereka. Seperti waktu mengambil cabe (baca part "Demi Sebuah Cabe") mereka hanya membeli satu atau dua gorengan, biasanya Isna yang mendapatkan bagian membeli gorengan, sedangkan Mala mendapatkan bagian mengambil kantong plastik. Untung-untung kalau cuma dua atau tiga kantong plastik, lah ini langsung mengambil lima sampai delapan kantong plastik, lumayan untuk stok satu minggu, pikir Isna dan Mala. Kalau dihitung-hitung ibu kantinnya bisa bangkrut. Tetapi Isna dan Mala tidak mau ambil pusing, yang penting mereka mendapatkan tempat penampungan sampah sementara mereka sebelum di buang ke bak sampah.

Terkadang jika mereka malas untuk membeli gorengan dan stok kantong plastik mereka sudah habis, mereka dengan suka rela menawarkan diri untuk menemani Anita Sari atau Dita ke kantin untuk membeli gorengan. Pasti tahu, dong, apa tujuan mereka? Tujuan mereka cuma satu, mengambil kantong plastik tanpa harus mengeluarkan uang sepeser pun. Mereka benar-benar keterlaluan. Tapi mau bagaimana lagi, daripada membuang sampah sembarangan lebih baik mengorbankan diri untuk mengambil kantong plastik di kantin untuk menampung sampah mereka. Lagi pula ibu kantinnya tidak tahu juga jika mereka yang mengambil, jadi apa salahnya untuk mengambil kantong plastik yang harganya tidak seberapa.

Demi mendapatkan kantong plastik, apapun akan mereka lakukan. Mereka terus melakukan hal itu--mengambil kantong plastik untuk dijadikan pembuangan sampah sementara sebelum dibuang ke bak sampah-- sampai mereka lulus sekolah.

***

26 Agustus 2016

Momen-Momen IMmiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang